Sabtu, 03 Agustus 2019

MEMBANGUN RUMAH DI AKHIRAT JAUH LEBIH UTAMA


MEMBANGUN RUMAH DI AKHIRAT JAUH LEBIH UTAMA 


Oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap orang yang hidup di dunia butuh rumah tempat tinggal. Hidup di dalam rumah tentu lebih nyaman dalam banyak hal seperti dalam membina keluarga. Terutama sekali juga untuk  mendekatkan diri kepada Allah melalui berbagai ibadah sehingga bisa mendapatkan home sweethome atau baiti jannati, tetapi ingat bahwa sifatnya sementara.   Allah Ta’ala  berfirman : 

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ بُيُوتِكُمْ سَكَنًا

Dan Allah menjadikan rumah rumah bagimu sebagai tempat tinggal. (Q.S an Nahal 80).

Sungguh kita butuh rumah sebagai tempat tinggal yang abadi yaitu rumah di surga. Oleh karena itu yang paling utama sekali, saat ini kita harus berusaha dengan sungguh agar bisa membangun rumah di akhirat.


Allah Ta’ala berfirman : 

وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ

Dan sungguh yang kemudian itu (kehidupan akhirat) lebih baik bagimu dari yang permulaan (kehidupan dunia). Q.S adh Dhuha 4.  
 
Ketahuilah bahwa rumah di akhirat sangatlah jauh berbeda dengan rumah di dunia bahkan sangatlah sulit untuk membandingkannya. Diantaranya adalah :

Pertama : Rumah di dunia hanya untuk sementara. Syaikh as Sa’di, dalam menafsirkan surat an Nahal 80 tersebut diatas,  berkata : Tapi itu semua hanya UNTUK SEMENTARA sampai kita diwafatkan Allah Ta’ala. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Mungkin saja seseorang bisa membangun rumah di dunia dengan sangat kokoh sehingga rumahnya bisa berumur ratusan tahun tetapi dia hanya akan menempati rumah itu paling lama antara 60 sampai 70 tahun dan sedikit sekali yang lebih dari itu. Jadi memang sifatnya sementara.

Rumah di akhirat adalah untuk selama lamanya, abadi tak pernah berakhir karena hari akhirat itu kekal. Allah berfirman : 

جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ

Balasan mereka di sisi Rabb mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir dibawahnya sungai sungai. Mereka kekal di dalamnya selama lamanya. (Q.S al Baiyinah 8).    

Kedua : Rumah di dunia dibangun oleh manusia yang sifatnya lemah. Umumnya memakai batu bata dengan bahan baku tanah yang dibakar serta material lainnya. Sungguh rumah di surga sulit untuk dibanding dengan rumah akhirat karena Allah Ta’ala Mahakaya yang membangunnya.

Abu Hurairah berkata bahwa kami pernah bertanya  kepada Rasulullah Salallahu ‘alahi Wasallam tentang bangunan surga. Beliau bersabda :

لبنه من فضّة لبنة من ذهب و ملاطها المسك الأذفر وحصباؤها اللّؤلؤ والياقوت وتربتها الزّعفران
 


Surga itu bangunannya tersusun dari bata yang terbuat dari emas dan perak. Adukan semennya adalah campuran misk al adzfar. Batu kerikilnya adalah permata dan yaqut dan pasirnya za’faran”. (H.R Imam Ahmad dan at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
 
Ketiga : Rumah di dunia HANYA BISA DIBANGUN oleh orang orang yang memiliki harta berlebih. Ketika ada yang ingin membangun rumah di dunia dengan dana terbatas maka bisa jadi rumahnya terbengkalai bahkan mencari hutang kesana kemari.

Rumah di akhirat BISA DIBANGUN OLEH SIAPA SAJA. Tak ada kaitan langsung dengan harta yang banyak. Orang kaya ataupun miskin, orang sehat ataupun sakit, orang sempurna fisiknya maupun orang lumpuh ataupun buta dan yang lainnya semua bisa membangun rumah di surga. Ketika seseorang memiliki iman dan amal shalih maka dia akan ke surga dan mendapat tempat tinggal atau rumah di situ. Allah Ta’ala berfirman :

وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Itulah surga yang diwariskan kepada kepada kamu karena perbuatan (baik) yang telah kamu kerjakan. (Q.S az Zukhruf 72)

Sungguh Allah Ta’ala melalui Rasul-Nya telah memberi sangat banyak jalan atau cara untuk membangun rumah di surga, diantaranya adalah :

Pertama : Membangun masjid meskipun dengan dana sedikit.

Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ مِثْلَهُ

Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Dari Jabir bin ‘Abdullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ

Barangsiapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya sebesar tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga. (H.R Ibnu Majah).

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah berapapun dana atau material ataupun tenaga yang dikeluarkan seseorang untuk mendirikan masjid maka haruslah  menjaga keikhlasan sehingga betul betul bernilai di sisi Allah. Sungguh dua hadits ini menekankan kata LILLAH YAITU KARENA ALLAH. Ibnu Hajar berkata : Yang dimaksud lillah adalah ikhlas karena Allah. (Fathul Bari).

Kedua : Meninggalkan perdebatan, meninggalkan dusta dan berakhlak mulia.

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

Aku memberikan jaminan rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar. Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan kedustaan walaupun dalam bentuk candaan. Aku memberikan jaminan rumah di surga yang tinggi bagi orang yang bagus akhlaknya. (H.R Abu Daud)

Ketiga : Menutup celah dalam shaf shalat.

Menutup celah shaf adalah sesuatu yang hakikatnya mudah dilakukan oleh siapa saja meskipun sebagian orang tak tertarik untuk mengamalkannya. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَدَّ فُرْجَةً بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الجَنَّةِ وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً

Barang siapa yang menutupi suatu celah (dalam shaf), niscaya Allah akan mengangkat derajatnya karena hal tersebut dan akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga. (H.R al Muhamili, lihat  ash Shahihah, no. 1892)

Keempat : Mengamalkan salat sunnah rawatib.

Dari Ummu Habibab Radhiyallahu ‘Anha, berkata: Aku Mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

Siapa yang shalat 12 rakaat shalat sunnah rawatib) dalam sehari semalam niscaya dibangunkan untuknya rumah di surga. (H.R Imam Muslim)

Shalat 12 raka’at yang dimaksud adalah empat rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua raka’at sesudah maghrib, dua rakaat setelah ‘isya, dan dua rakaat sebelum shubuh sebagaimana yang terdapat dalam hadits ‘Aisyah dalam Sunan at Tirmidzi dan Ibnu Majah.

Kelima : Beriman pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam

Ini adalah cara paling penting dan utama untuk mendapatkan rumah di surga. Dari Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أَنَا زَعِيمٌ وَالزَّعِيمُ الْحَمِيلُ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ وَهَاجَرَ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ وَأَنَا زَعِيمٌ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى غُرَفِ الْجَنَّةِ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلَمْ يَدَعْ لِلْخَيْرِ مَطْلَبًا وَلَا مِنْ الشَّرِّ مَهْرَبًا يَمُوتُ حَيْثُ شَاءَ أَنْ يَمُوتَ

Aku menjamin orang yang beriman kepadaku, masuk islam dan berhijrah dengan sebuah rumah di pinggir surga, di tengah surga, dan surga yang paling tingggi. Aku menjamin orang yang beriman kepadaku, masuk islam dan berjihad dengan rumah di pinggir surga, di tengah surga dan di surga yang paling tinggi. Barangsiapa yang melakukan itu, maka ia tidak membiarkan satu pun kebaikan, dan ia lari dari setiap keburukan, ia pun akan meninggal, di mana saja Allah kehendaki untuk meninggal. (H.R an Nasa’i).

Ketahuilah bahwa beriman kepada Rasulullah Salallahu Salallahu ‘alaihi Wasalam tentu bukan sekedar ucapan tetapi juga harus juga dengan mencintai beliau. Dan diantara tanda mencintai beliau adalah sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdulwahab at Tamimi, yaitu : 

(1) Tha’atuhu fima‘amar - Mentaati apa yang diperintahkan beliau. (2) Wa tashdiqu fima akhbar - Membenarkan berita yang dibawa beliau. (3) Wajtinaabu maa anhu nahawa zajar - Menjauhi segala apa yang dilarang beliau. (4) Wa an laayu’badalahu illa bimaa syara’a - Beribadah dengan cara yang diajarkan beliau. (Kitab Ushul Tsalatsah).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.710)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar