Rabu, 30 Mei 2018

KISAH ORANG MISKIN MENGUMPULI ISTRI KETIKA SHAUM RAMADHAN


KISAH ORANG MISKIN MENGUMPULI ISTRI 

KETIKA SHAUM RAMADHAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta’ala telah mewajibkan orang beriman  untuk melaksanakan shaum di bulan Ramadhan selama 29 atau 30 hari yaitu sebagaimana firman-Nya : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai orang orang yang beriman !. Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (Q.S al Baqarah 183).

Orang yang sedang berpuasa tentulah ingin mendapat nilai yang paling baik dari puasanya. Oleh karena itu dia akan berusaha dengan sungguh sungguh untuk menjauhi hal hal yang mengurangi nilai apalagi yang bisa membatalkan puasa. Diantara perkara paling utama yang membatalkan puasa adalah makan, minum dan jima’ atau mengumpuli istri di siang hari bulan Ramadhan.

KHUSUS UNTUK LARANGAN MENGUMPULI ISTRI DI BULAN RAMADHAN BUKAN HANYA SEKEDAR MEMBATALKAN PUASA TETAPI WAJIB MEMBAYAR KAFARAT ATAU DENDA. Kafaratnya adalah (1) Membebaskan budak atau (2) Memberi makan 60 orang miskin atau (3) Berpuasa 2 bulan berturut turut. 

Imam Ibnu Daqiqil berkata bahwa tiga macam kafarat itu bukan pilihan tapi menunjukkan urutan atau tertib. (Al Ihkam). Maksudnya, jika kafarat pertama tak bisa maka baru yang kedua dan jika kedua tak bisa maka baru kafarat yang ketiga.

Meskipun kafarat bagi yang mengumpuli istri di bulan Ramadhan itu sangatlah berat tetapi ada saja kemungkinan terjadi karena mengikuti hawa nafsu.

Pada zaman Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam pernah terjadi. Inilah kisahnya, yaitu sebagaimana diceritakan oleh Abu Hurairah : Tatkala kami sedang duduk duduk di sekitar Rasulullah datanglah seorang laki laki. Dia berkata : Wahai Rasulullah, celakalah aku. Beliau bertanya : Ada apa denganmu ?. Dia menjawab saya telah mengumpuli istri saya pada hal saya sedang berpuasa. 

Rasulullah lalu bertanya : Apakah engkau memiliki seorang budak yang bisa engkau bebaskan ? Dia menjawab : Tidak. Rasulullah kembali bertanya : Apakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut turut  ?. Dia menjawab : Tidak. Rasulullah bertanya lagi : Apakah kamu mampu memberi makan kepada enam puluh orang miskin. ? Dia menjawab : Tidak wahai Rasulullah.

Lalu Rasulullah diam sejenak. Tiba tiba (ada) yang membawakan sekeranjang kurma kepada Rasulullah. Lalu beliau bertanya : Mana laki laki yang tadi bertanya ?. Dia menjawab : Saya ya Rasulullah. Beliau berkata : Ambillah sekeranjang kurma ini dan bersedekahlah dengan kurma ini. Laki laki tadi malah berkata : Apakah kepada orang yang lebih miskin dari saya wahai Rasulullah ? Demi Allah tidak ada keluarga di daerah ini yang lebih miskin daripada saya.

Rasulullah akhirnya tertawa hingga gigi geraham beliau terlihat. Lalu bersabda : “Berikanlah kurma ini kepada keluargamu” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Dari hadits ini kita mengambil banyak faedah diantaranya adalah bagaimana santunnya Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam kepada orang miskin. Meskipun dia telah melakukan kesalahan yaitu mengumpuli istri pada saat shaum di bulan Ramadhan dan tak mampu membayar kafarat lalu diberi hadiah sekeranjang kurma. 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.313).

Selasa, 29 Mei 2018

MENGINGAT ALLAH BUKAN DI BULAN RAMADHAN SAJA


MENGINGAT ALLAH BUKAN DI BULAN RAMADHAN SAJA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap tahun Allah Ta’ala menurunkan satu bentuk nikmat yang sangat besar bagi orang orang beriman yaitu berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan. Sungguh sangatlah banyak keutamaan dan kebaikan yang terdapat di dalamnya. Diantaranya adalah : 

Pertama : Bulan diturunkannya al Qur an.

Ramadhan merupakan syahrul Quran (bulan Al-Quran). Diturunkannya Al-Quran pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata atas kemuliaan dan keutamaan bulan Ramadhan. Allah Ta’ala     berfirman  :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ

Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). (Q.S al Baqarah 185).

Di ayat lain Allah Ta’ala berfirman : 

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al Qur an) pada malam qadar. (Q.S al Qadar 1). 

Kedua : Bulan penuh keberkahan.

Bulan Ramadhan disebut juga dengan bulan penuh keberkahan. Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam menjelaskan hal ini dalam sabda beliau : “Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian..” (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi). 

Dan juga bahwa setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka Allah akan melipat gandakan pahalanya.

Keutamaan yang banyak dalam bulan Ramadhan telah membuat orang orang beriman bersungguh sungguh melaksanakan amalan yang wajib yaitu shaum Ramadhan. Selain itu, mereka   berlomba mengisinya dengan amalan amalan sunah seperti shalat tarawih, membaca al qur an, berdzikir, berinfak, bersedekah dan yang lainnya.

Ketiga : Ada kesempatan untuk diampuni dosa yang telah lalu. 

Rasulullah Salallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : 

من صام رمضان ايمانا واحتسابا غفرله ماتقدم من ذنبه

Barang siapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim). 

Namun demikian, jika kita amati, ternyata ada sebagian dari saudara saudara kita yang bila Ramadhan datang mereka akan ikut puasa, ruku’ dan sujud serta melakukan ibadah lainnya bersama orang banyak. 

Tapi setelah Ramadhan berlalu mereka kembali pada kondisi mereka sebelum Ramadhan. Tidak lagi ruku’ dan sujud atau beribadah yang lainnya. Seolah olah Ramadhan tak memberi bekas apa apa terhadap dirinya. Mereka kembali kepada kebiasaan buruknya bahkan ada pula yang kembali kepada maksiat yang dahulu pernah dilakukannya.

Imam Ibnu Taimiyyah mengingatkan : Barangsiapa bertekad meninggalkan maksiat di bulan Ramadhan saja, tanpa bertekad di bulan lainnya, maka ia bukan seorang yang bertaubat secara mutlak, akan tetapi ia hanyalah sekedar orang yang meninggalkan perbuatan maksiat di bulan Ramadhan (al Majmu’ al Fatawa).

Ketahuilah bahwa  manusia seperti ini bukan hanya ada pada zaman kita ini.  Pada zaman Imam Ahmad bin Hambal juga sudah ada. Sampai sampai Imam Ahmad berkomentar tentang mereka. Imam Ahmad berkata : Mereka adalah seburuk buruk  kaum lantaran tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan.
 
Oleh karena itu maka kewajiban kita adalah mengingatkan mereka : Bahwa sesungguhnya nikmat Allah yang dia peroleh dan dia butuhkan bukan pada bulan Ramadhan saja tapi setiap detik dari umurnya. Dan tentu sangatlah tidak pantas kalau bersyukur dan mengingat Allah Ta’ala hanya pada bulan Ramadhan saja.

Jadi berlombalah untuk melakukan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala terutama di bulan Ramadhan dan dilanjutkan pada bulan bulan lainnya.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.312)



Minggu, 27 Mei 2018

JANGAN LUPA MEMULAI SESUATU YANG BAIK DENGAN BASMALAH


JANGAN LUPA MEMULAI SESUATU YANG BAIK 
DENGAN BASMALAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Satu kalimat yang sangat dianjurkan untuk dibaca oleh seorang muslim sebelum melakukan suatu yang baik dan penting adalah : Bismillah ataupun lengkapnya Bismillahir Rahmanir Rahim. 

Diantara sandarannya adalah : 

Pertama : Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّ أَمْرٍ ذِيْ بَالٍ لاَ يُبْدَأُ فِيْهِ بِـ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ فَهُوَ أَبْتَرُ

Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan bismillahirrahmanir rahiim, amalan tersebut terputus berkahnya. (H.R al Khatib dalam Al-Jami’, dari jalur Ar-Rahawai dalam al Arba’in dan as Subki dalam Tabaqathnya)

Kedua : Rasulullah bersabda :“Yaa Ghulam, sammillaha, wa kul biyamiinika, wakul min maa yaliik.”  Wahai anak. Sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah makanan yang ada di dekatmu.(H.R Abu Dawud dan al Hakim). 

Ketiga : Syaikh al Munajjid berkata : Bahwa Allah Ta’ala memulai kitab suci Al-Qur an dengan Bismillahir Rahmanir Rahim. Begitu pula Nabi Sulaiman ‘alaihis salam menulis surat pada penguasa Saba’ dengan bismillah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah :

إِنَّهُ مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Sesungguhnya (surat) itu, dari SuIaiman yang isinya : Dengan  nama Allah Yang Maha Pengasih.  Maha Penyayang. (Q.S an Naml 30)

Keempat : Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memulai suratnya kepada Heraklius Raja Romawi dengan bismillah.

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، مِنْ مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ: سَلاَمٌ عَلَى مَنِ اتَّبَعَ الهُدَى، أَمَّا بَعْدُ،

Bismillahir rahmanir rahiim. Dari Muhammad, hamba Allah dan utusan-Nya.
Kepada : Heraklius, raja Romawi.

Keselamatan bagi yang mengikuti petunjuk, Amma Ba’du.

Kelima : Jumhur ulama tetap menganjurkan membaca bismillah untuk perkara yang penting. (Fatawa al Islam, Sual wa Jawab, no. 146079)

Sungguh membaca basmalah sebelum melakukan sesuatu, diantaranya adalah sebagai bukti atau pernyataan kita kepada Allah Ta’ala bahwa kita lemah. Kita wajib tunduk dan bergantung kepada Allah Ta’ala serta menyadari tak ada yang bisa kita lakukan tanpa pertolongan Allah Ta’ala.

لا حول ولا قوة إلا بالله

Tidak ada daya dan kekuatan selain dari Allah Ta’ala.

Oleh karena itu maka seorang hamba haruslah terus menerus melazimkan dirinya untuk membaca basmalah pada setiap memulai sesuatu perbuatan baik. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua . Wallahu A’lam. (1.311).