Selasa, 31 Januari 2023

CARA MENGHAMBAT RASA BERAT DALAM BERIBADAH

 

CARA MENGHAMBAT RASA BERAT DALAM BERIBADAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Orang orang beriman wajib yakin seyakin yakinnya bahwa tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah, mengabdi dan beribadah kepada Allah Ta’ala yaitu sebagaimana firman-Nya :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariyat 56).

Lalu berapa lama atau sampai kapan beribadah. Beribadah kepada Allah Ta’ala dengan taat SAMPAI AKHIR HAYAT atau sampai diwafatkan. Allah Ta’ala menjelaskan hal ini dalam firman-Nya :  

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan sembahlah Rabbmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu. (Q.S al Hijr 99).

Sayikh as Sa’di berkata : Al yaqin yaitu sampai ajal tiba. Maksudnya, kontinyulah (terus menerus) engkau (Muhammad)  mendekatkan diri kepada Allah dengan segala macam ibadah disetiap waktu. Maka beliau mentaati perintah Rabb-nya dan senantiasa   beribadah sampai datang al yaqin  dari Rabbnya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Jadi kewajiban kita beribadah, mengabdi dan menyembah kepada Allah Ta'ala adalah terus menerus atau kontinyu. Cuma saja terkadang datang RASA BERAT DALAM BERIBADAH. Penyebabnya sangat banyak, diantaranya adalah :

(1) Hawa nafsu yang cenderung kepada keburukan. Alah Ta’ala berfirman :  

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِالسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

(Yusuf berkata) Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Yusuf 53).

(2) Syaithan yang selalu mendorong kepada keburukan dan kesesatan. Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : 

وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالا بَعِيدًا

Dan syaithan itu bermaksud menyesatkan mereka (manusia, dengan) kesesatan yang sejauh jauhnya. (Q.S an Nisa’ 60).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah selalu berhati hati dan waspada jika pada suatu waktu DIDATANGI RASA BERAT UNTUK BERIBADAH. Ketahuilah bahwa ada banyak jalan untuk melawan keadaan ini, diantaranya adalah :

Pertama : Jangan mau menjadi muslim yang bodoh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : 

أَفْضَلُ المُؤْمِنِينَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَ أَكْيَسُهُمْ أَكْثَرُهُم لِلمَوتِ ذِكْرًا وَ أَحْسَنُهُم لَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ

Orang mukmin yang paling utama adalah orang yang paling baik akhlaknya. Orang mukmin yang PALING CERDAS adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka semua adalah orang-orang cerdas. (H.R at Tirmidzi).

Ketika seorang hamba menempatkan mati di pelupuk matanya maka datanglah rasa takut untuk melalaikan ibadah itulah orang yang cerdas.

Ad Daqaq berkata : Barangsiapa yang banyak mengingat kematian, dia akan dimuliakan dengan tiga perkara, yaitu: (1) Bersegera dalam bertaubat, (2) Hati yang qanaah, (3) BERSEMANGAT UNTUK MELAKUKAN IBADAH. Barangsiapa yang lupa mengingat kematian, dia akan dihukum dengan tiga perkara, yaitu: (1) Menunda-nunda taubat, (2) Tidak ridha terhadap pemberian (takdir) Allah, (3) Malas beribadah. (At-Tadzkirah).

Kedua : Perkokoh rasa yakin bahwa diri manusia selalu dalam pengawasan Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman  :

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tidak ada satu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya Malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). Q.S Qaf 18.

Rasulullah Salllahu 'alaihi Wasallam bersabda :

أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

… Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu … (H.R Imam Muslim).

Ketiga : Ingatlah bahwa ibadah atau amal shalih yang kita lakukan maka manfaatnya  akan kembali kepada diri. Allah Ta'ala berfirman : 

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik UNTUK DIRIMU SENDIRI.

Jadi, jika seseorang berat dalam beribadah maka kerugian dan penyesalan  ada pada dirinya sendiri bukan pada orang lain. 

Keempat : Ingatlah bahwa Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. Sungguh Allah akan membalas amal shalih seseorang dengan pahala berlipat ganda. Rasulullah Sallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

لاَ يَتَصَدَّقُ أَحَدٌ بِتَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ إِلاَّ أَخَذَهَا اللَّهُ بِيَمِينِهِ فَيُرَبِّيهَا كَمَا يُرَبِّى أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ أَوْ قَلُوصَهُ حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ أَوْ أَعْظَمَ

Tidaklah seseorang bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil kerja yang halal melainkan Allah akan mengambil sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya lalu Dia membesarkannya sebagaimana seseorang membesarkan anak kuda atau anak unta betinanya hingga sampai semisal gunung atau lebih besar dari itu.  (H.R Imam Muslim).

Kelima : Ingatlah bahwa kematian bisa datang mendadak.

Ingatlah, setiap  hamba harus semakin waspada  karena di zaman ini  ternyata banyak terjadi KEMATIAN TIBA TIBA ATAU  MENDADAK. Memang itu merupakan salah satu tanda-tanda (sudah dekatnya) hari Kiamat. Sebagaimana disebutkan  dalam  satu hadits :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ، رَفَعَهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : مِنِ اقْتِرَابِ السَّاعَةِ أَنْ يُرَى الْهِلالُ قِبَلا ، فَيُقَالُ : لِلَيْلَتَيْنِ ، وَأَنْ تُتَّخَذَ الْمَسَاجِدَ طُرُقًا ، وَأَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجَاءَةِ

Dari Anas bin Malik, dia meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Diantara dekatnya hari kiamat, hilal akan terlihat nyata sehingga dikatakan ini tanggal dua, masjid-masjid akan dijadikan jalan-jalan, dan munculnya (banyaknya) KEMATIAN MENDADAK. (H.R ath Thabrani).

Nah, ketika jika kematian yang mendadak itu datang pada saat seseorang sedang dalam keadaan merasa berat beribadah maka AKAN MENDATANGKAN PENYESALAN SERTA KERUGIAN BESAR. Wallahu A'lam. (2.896)

 

 

 

 

 

 

JANGAN LALAI BELAJAR ILMU AGAMA TERSEBAB MENCARI DUNIA

 

JANGAN LALAI BELAJAR ILMU AGAMA TERSEBAB MENCARI DUNIA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam SANGAT MENDORONG UMATNYA UNTUK BEKERJA ATAU BERUSAHA mencari harta dunia guna memenuhi kebutuhan dirinya, keluarganya dan orang orang yang dalam tanggungannya. Dengan bekerja atau berusaha maka terhindarlah seorang hamba dari meminta minta dan terjagalah kehormatan dirinya.  

Namun demikian, ketika seorang hamba berusaha mencari rizki maka janganlah  menghabiskan waktunya sehingga lalai belajar ilmu tentang syariat. Ketahuilah bahwa Allah Ta'ala tidak suka kepada orang yang pandai urusan dunia tapi bodoh dalam urusan akhirat. Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللهَ تَعَالى يُبْغِضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنيَا، جَاهِلٍ بِالآخِرَة

Sesungguhnya Allah Ta’ala membenci setiap orang yang pandai dalam urusan dunia, tapi bodoh dalam urusan akhirat. (H.R al Hakim dari Abu Hurairah).

Asy Syaikh al ‘Allamah Abdul Aziz ar Rajihi berkata : Orang yang Allah benci dalam hadits ini adalah orang yang tidak berusaha memahami ilmu agama yang wajib untuk dipelajari, karena ia menyibukkan dirinya dengan urusan-urusan dunia, maka dunia menjadi keinginan terbesarnya dan puncak ilmunya. (Syarh Shahih Ibni Hibban).

Allah Ta'ala berfirman :

لَمُونَ اهِرًا الْحَيَاةِ الدُّنْيَا الْآَخِرَةِ افِلُونَ

Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan duniasedangkan terhadap (kehidupan) akhirat MEREKA LALAI. (Q.S ar Ruum 7).

Imam Ibnu Katsir  berkata tentang  makna ayat ini : Kebanyakan manusia tidak perhatian terhadap ilmu (syariat) kecuali ilmu dunia, yaitu ilmu tentang macam-macam profesi, urusan-urusan dunia dan berbagai permasalahannya.

Maka mereka pun menjadi terampil lagi pandai dalam berbagai lapangan pekerjaan dan profesi untuk menghasilkan keuntungan dunia, namun mereka lalai terhadap ilmu dan amal yang bermanfaat untuk mereka di akhirat, sampai di antara orang-orang yang lalai itu seakan tidak pernah terbetik di benaknya dan tidak pernah berfikir untuk kehidupan akhiratnya. (Tafsir Ibnu Katsir).

Tentang ayat ini pula Syaikh as Sa'di berkata : “sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai”. Maknanya adalah bahwa hati mereka, hawa nafsu mereka dan kemauan mereka sudah terfokus kepada dunia, kesenangannya dan gemerlapnya. Lalu berbuat hanya untuk itu, berupaya dan menuju kepadanya.

Mereka berpaling dan lupa terhadap kehidupan akhirat. Ia sama sekali tidak merindukan surga dan tidak pula takut kepada api neraka. (Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu berkata : Ilmu lebih baik daripada harta, ilmu menjagamu, sedang harta engkaulah yang menjaganya, ilmu bertambah jika diamalkan, sedang harta berkurang jika dibelanjakan. (Al Hilyah)

Sungguh hamba hamba Allah berkewajiban untuk mencari rizki berupa harta dunia tetapi hendaklah mengutamakan BELAJAR ILMU SYAR’I dan tentu juga ilmu ilmu lainnya yang berguna bagi kaum muslimin.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.895)

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 29 Januari 2023

YANG DITIMBANG DI AKHIRAT ADALAH AMAL BUKAN ILMU

 

YANG DITIMBANG DI AKHIRAT ADALAH AMAL BUKAN ILMU

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, agama Islam sangat menghargai ilmu bahkan mewajibkan umatnya untuk belajar ilmu. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim (H.R Ibnu Majah, dari  Anas bin Malik, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Ketahuilah bahwa  ilmu yang PALING UTAMA untuk dipelajari adalah ilmu syar'i. Syaikh Abdul Aziz bin Baaz menjelaskan bahwa : Ilmu syar’i adalah ilmu yang terkandung dalam al Qur an dan as Sunnah, yakni : (1) Ilmu tentang Allah dan Sifat-sifat-Nya. (2) Ilmu tentang hak Allah terhadap hamba-Nya. (3) Ilmu tentang segala hal yang disyari’atkan Allah kepada hamba-hamba-Nya. (4) Termasuk juga ilmu tentang jalan yang akan mengantarkan hamba kepada ilmu itu beserta segala rinciannya. (Dari Kitab al ‘Ilm wa Akhlaqu Ahliha).

Tetapi ketahuilah bahwa ilmu adalah sarana untuk bisa beribadah dengan benar yaitu ikhlas karena Allah Ta'ala dan ittiba' yaitu sesuai petunjuk Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam. Sungguh kita butuh ilmu dalam setiap waktu dan keadaan. (1) Kita butuh ilmu untuk memahami aqidah yang lurus. (2) Kita butuh ilmu untuk beribadah yang benar. (3) Kita butuh ilmu untuk berakhlak yang terpuji. (4)  Kita butuh ilmu agar bisa bermuamalah dengan baik. Bahkan beberapa saat sebelum matipun kita masih butuh ilmu yaitu ilmu tentang kalimat apa yang harus diucapkan pada saat yang kritis itu. 

Sehari hari kita menyaksikan bahwa  banyak saudara saudara kita yang bersemangat untuk belajar ilmu. Ini benar benar hal yang menggembirakan dan sangat baik. Namun demikian yang paling penting lagi adalah SEMANGAT UNTUK MENGAMALKANNYA. Ketahuilah bahwa di akhirat kelak yang akan ditimbang adalah AMAL SHALIH BUKAN ILMU YANG DIMILIKI KETIKA DI DUNIA. Allah Ta'ala berfirman :

فَمَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Maka barangsiapa berat timbangan (amal kebaikan) nya, mereka itulah orang orang yang beruntung. (Q.S al A'raf 8).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah berusaha dan bersemangat mengamalkan ilmu yang sudah diketahuinya. Misalnya ketika :

(1) Sudah punya ilmu tentang shalat shalat sunnah, puasa puasa sunnah hendaklah berusaha mengamalkan sebisa mungkin.

(2) Sudah punya ilmu tentang membaca al Qur an maka berusahalah membacanya secara rutin.  

(3) Sudah punya ilmu tentang doa sehari hari hendaklah berusaha mengamalkannya, seperti doa keluar rumah. Doa masuk dan keluar kamar mandi, doa berangkat ke masjid, masuk masjid dan keluar masjid hendaklah jangan diabaikan.

(4) Sudah punya ilmu tentang dzikir sesudah shalat dan dzikir pagi-petang berusahlah mengamalkannya.

(5) Sudah punya ilmu tentang adab tidur, doa dan dizkir sebelum tidur berusahalah mengamalkannya.   

Sebagai penutup tulisan ini, dinukil beberapa nasehat ulama tentang mengamalkan ilmu yang sudah diketahui.

Pertama : Diriwayatkan oleh ad Darimi,  Mu’adz bin Jabal berkata : Ketahuilah ilmu apa saja yang (hendak) engkau ketahui !. Tetapi Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan memberimu pahala dengan ilmu itu hingga engkau mengamalkannya.

Kedua : Sufyan ats-Tsauri berkata : Apabila aku mengamalkan (ilmu) yang telah aku ketahui, niscaya aku menjadi orang yang paling berilmu. Tapi apabila aku tidak mengamalkan (ilmu) yang aku ketahui, maka tidak ada di dunia ini yang lebih bodoh dariku. (Al-Jaami' lil Khathiib)

Ketiga : Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Apabila seseorang tidak mengamalkan ilmunya maka menyebabkan kegagalan dalam ilmunya, dan tidak mendatangkan berkah, dan membuatnya (bisa) lupa (akan ilmu yang dipelajari). (Syarah Hilyah Thaalib al 'Ilmi).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (2.894)

 

 

 

 

 

Sabtu, 28 Januari 2023

SEMUA MAKHLUK BERTASBIH DAN BERSUJUD KEPADA ALLAH

 

SEMUA MAKHLUK BERTASBIH DAN BERSUJUD KEPADA ALLAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh,  perintah Allah Ta'ala kepada orang orang beriman untuk beribadah kepada-Nya. Diantaranya adalah termasuk bertasbih dan bersujud kepadanya terutama dalam shalat. Tetapi ketahuilah bahwa BUKAN HANYA ORANG ORANG BERIMAN YANG BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA.

Allah Ta'ala menjelaskan bahwa semua makhluk dan berupa benda mati juga beribadah kepada-Nya yaitu dengan  bertasbih bahkan bersujud kepada Allah Ta'ala :

Pertama : Bertasbih kepada Allah Ta'ala.

Banyak sekali ayat al Qur an yang menjelaskan hal ini, diantaranya adalah :

(1) Surat al Isra' ayat 44. Allah Ta'ala berfirman :

تُسَبِّحُ لَهُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ٱلسَّبْعُ وَٱلْأَرْضُ وَمَن فِيهِنَّ ۚ وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِۦ وَلَٰكِن لَّا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih memuji-Nya. Tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.

(2) Surat an Nur ayat 41. Allah Ta'ala berfirman :

أَلَمْ تَرَ أَنَّ ٱللَّهَ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱلطَّيْرُ صَٰٓفَّٰتٍ ۖ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ صَلَاتَهُۥ وَتَسْبِيحَهُۥ ۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌۢ بِمَا يَفْعَلُونَ

Tidakkah engkau tahu bahwa kepada Allah-lah bertasbih apa yang ada di langut dan di bumi dan juga burung yang mengembangkan sayapnya. Masing masing sungguh telah mengetahui (cara) berdoa dan bertasbih. Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.

Imam Ibnu Katsir berkata : Bahwa segala sesuatu yang berada di langit dan di bumi seperti malaikat, manusia, jin, hewan hingga benda mati semuanya bertasbih kepada Allah Ta'ala. (Tafsir Ibnu Katsir).

(3) Surat ash Shaff ayat 1. Allah Ta'ala berfirman :

سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah dan Dia-lah yang Mahaperkasa, Maha bijaksana.

Syaikh as Sa'di berkata : (Ayat) ini adalah penjelasan tentang keagungan dan keperkasaan Allah Ta'ala, segala sesuatu TUNDUK KEPADA-NYA. Seluruh yang ada di langit dan di bumi bertasbih dengan memuji, menyembah dan meminta segala kebutuhan kepada Rabb mereka. (Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Kedua : Bersujud kepada Allah Ta'ala.

Diantaranya dijelaskan Allah Ta'ala dalam firman-Nya :

(1) Surat an Nahl ayat 49. Allah Ta'ala berfirman :

وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ مِن دَآبَّةٍ وَٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ

Dan segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi hanya BERSUJUD KEPADA ALLAH yaitu semua makhluk begerak (bernyawa) dan (juga) para malaikat dan mereka tidak menyombongkan diri.

(2) Surat al Hajj ayat 18. Allah Ta'ala berfirman :

Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi BERSUJUD KEPADA ALLAH. Juga matahari, bulan, bintang, gunun gunung, pohon pohon, hewan hewan yang melata dan DAN KEBANYAKAN DARI MANUSIA ?. Tetapi banyak (manusia) YANG PANTAS MENDAPAT ADZAB.

Tentang ayat ini, Syaikh as Sa'di berkata : Di tengah tengah ayat ini, Allah Ta'ala menyisipkan penjelasan mengenai sujudnya semua makhluk kepada-Nya. Seluruh makhluk yang berada di langit dan di bumi, matahari, bulan, bintang bintang, gunung gunung, pepohonan, bangsa hewan yang mencakup seluruh binatang. DAN KEBANYAKAN DARI KALANGAN MANUSIA.

Mereka adalah orang orang beriman. "Dan banyak dari manusia yang telah ditetapkan adzab atasnya". Maksudnya, pasti telah ditetapkan (adzab) lantaran kekufurannya dan tidak beriman. Allah tidak melimpahkan taufik baginya untuk menjadi orang beriman. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)

Nah, ketika makhluk Allah yang ada di langit dan di bumi, yang besar dan yang kecil semua bertasbih bahkan bersujud kepada Allah Ta'ala  maka orang orang beriman haruslah semakin bersemangat untuk beribadah kepada Allah Ta'ala dibanding makhluk yang selainnya.

Bahkan  ketika orang beriman beribadah atau melakukan amal shalih, Allah Ta'ala akan memberi balasan yaitu kehidupan yang baik baginya di dunia dan di ahirat sebagaimana firman-Nya :

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang beramal saleh, laki laki atau perempuan sedangkan dia beriman, akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S an Nahal 97).

Insya Allah ada mafaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (2.893)

 

 

 

 

 

Jumat, 27 Januari 2023

KEBIASAAN TELAT MELAKSANAKAN SHALAT HARUS DIHINDARI

 

KEBIASAAN TELAT MELAKSANAKAN SHALAT HARUS DIHINDARI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu ibadah paling utama dalam Islam adalah shalat yang tidak boleh dilalaikan karena shalat adalah rukun kedua setelah syahadatain. Sungguh shalat adalah amal yang pertama kali dihisab di akhirat kelak.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِك

Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari Kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaraka wa Ta’ala mengatakan : Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah ?. Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang.

Begitu juga amalan lainnya seperti itu. Dalam riwayat lainnya disebutkan pula  : Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula. (H.R Abu Daud, Imam Ahmad, al Hakim dan  Baihaqi).

Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan  bahwa shalat adalah kewajiban yang telah ditentukan waktunya  :

إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Sungguh, shalat itu adalah kewajiban DITENTUKAN WAKTUNYA atas orang orang beriman. (Q.S an Nisa’ 103).

Ketahuilah bahwa shalat memiliki pengaruh yang kuat bagi yang mengamalkannya di dunia. Shalat yang baik akan memperbaiki amal-amal lainnya. Begitupun dengan shalat yang buruk, ia akan memperngaruhi amal-amal lainnya.

Lalu bagaimanakah jika terbiasa shalat terlambat atau telat ?. Shalat yang sering diakhirkan atau tidak tepat waktunya juga mempengaruhi urusan kebaikan lainnya. Sehingga barangsiapa yang sering shalat terlambat, maka rahmat dan pertolongan Allah Ta'ala  juga bisa datang terlambat. Rasululllah Salallahu 'alaihi Wasallam  bersabda :

لا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمْ اللَّهُ

Suatu kaum masih saja bersikap lambat (dalam ketaatan kepada Allah -peny) sehingga Allah akan memperlambat mereka (dari rahmat-Nya) H.R Imam Muslim.

Dalam kitab Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin dijelaskan bahwa maksud sabda Rasulullah tersebut adalah apabila seseorang membiasakan dirinya terlambat untuk ibadah kepada Allah Ta'ala, maka Allah Ta'ala akan menghukumnya dengan mengakhirkannya dalam semua urusan kebaikan.

Dengan demikian shalat yang dibiasakan dengan terlambat akan mengakibatkan terlambatnya kebaikan kebaikan lainnya yang tentu mendatangkan kerugian. Oleh karena itu, shalat yang dilaksanakan dengan tepat waktu bisa menambah dekat kita kepada pertolongan dan rahmat Allah Ta'ala, demikian nasehat Syaikh Utsaimin.

Diantara kita bisa telat untuk sesuatu urusan dunia seperti telat tamat kuliah, telat mendapat pekerjaan, telat mendapat rizki, telat dikabulkan doa bahkan telat memahami ilmu syariat. Ketahuilah bahwa boleh jadi penyebabnya adalah   karena kita suka telat dalam memenuhi kewajiban kita kepada Allah Ta'ala termasuk suka telat dalam menegakkan shalat.  

Telat dalam sesuatu urusan dunia sebagaimana disebut diatas hakikatnya belum seberapa berat. Ketahuilah yang paling berat dan sangat mengerikan adalah TERLAMBAT MASUK SURGA karena harus tinggal dulu di neraka untuk waktu yang lebih lama. Dalam satu hadits disebutkan dalam satu hadits dari Aisyah :

 قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: “لاَ يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ عَنِ الصَّفِّ الأَوَّلِ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللَّهُ فِي النَّارِ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : Orang yang terbiasa telat dari shaf pertama, dia akan ditelatkan untuk keluar dari neraka. H.R Abu Dawud dan dinilai sahih oleh Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah. Dishahihkan oleh Syaikh al Albani, kecuali kata : neraka.

Wallahu A'lam. (2.892).

 

 

ALLAH MENCUKUPI KEBUTUHAN ORANG YANG SHALAT DHUHA

 

ALLAH MENCUKUPI KEBUTUHAN ORANG YANG  SHALAT DHUHA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta'ala telah memerintahkan hamba hamba-Nya untuk menegakkan shalat fardhu lima kali sehari semalam. Selain itu ada banyak shalat sunnah yang dianjurkan dalam syariat Islam. Satu diantaranya yang sifatnya sunnah muakadah adalah shalat sunnah dhuha.

Tentang makna shalat dhuha dijelaskan oleh Syaikh bin Baz yaitu : Shalat dhuha  atau shalatul Awwabiin adalah shalat sunnah mu’akkadah, dimulai sejak terbitnya matahari setinggi tombak, sampai menjelang tergelincirnya matahari, minimal dua rakaat dan tak terbatas jumlah maksimalnya (www.binbaz.org.sa).

Ketahuilah bahwa shalat dhuha  adalah shalat orang yang kembali kepada ketaatan. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب، وهي صلاة الأوابين

Tidaklah menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yang kembali kepada ketaatan). Inilah shalat awwabin. (H.R Ibnu Khuzaimah, dihasankan oleh Syaikh al Albani)

Imam an Nawawi rahimahullah berkata : Awwab adalah muthii’ (orang yang taat). Ada pula ulama yang mengatakan bahwa maknanya adalah orang yang kembali kepada ketaatan. (Syarh Shahih Muslim).

Sungguh, sangatlah banyak keutamaan yang akan diperoleh hamba hamba Allah yang melazimkan dirinya untuk melaknakan shalat dhuha ini. Diantaranya adalah bahwa Allah Ta'ala akan mencukupi kebutuhannya di akhir harinya. Dari Uqbah bin Amir al Juhani radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :

 

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَا ابْنَ آدَمَ اكْفِنِى أَوَّلَ النَّهَارِ بِأَرْبَعِ رَكَعَاتٍ أَكْفِكَ بِهِنَّ آخِرَ يَوْمِكَ

 

Sesungguhnya Allah 'Azza wa Jalla berfirman : Wahai anak Adam, laksanakan untuk-Ku empat rakaat di awal siang, AKU AKAN CUKUPI DIRIMU dengan shalat itu di akhir harimu. (H.R Imam Ahmad, Syaikh Syu’aib al Arnauth berkata bahwa sanad hadits ini shahih.

 

Al ‘Azhim Abadi menyebutkan  : Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat dhuha akan menyelamatkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu. (Aun al Ma’bud).


Selain itu, ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam memohon ampun seratus kali setelah shalat dhuha, yaitu sebagaimana  beliau mengucapkan :

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَتُبْ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ

مائة مرة  حتى  قالها

Ya Allah, ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.  

Sampai beliau membacanya seratus kali. (H.R Imam Bukhari dalam al Adab al Mufrad, Syaikh al Albani mengatakan bahwa hadits ini sanadnya shahih).

Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A'lam. (2.891)