Kamis, 28 Februari 2019

SANGAT DIANJURKAN MELAPANGKAN ORANG YANG KESULITAN


SANGAT DIANJURKAN MELAPANGKAN
 ORANG YANG KESULITAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu keindahan dan keutamaan syariat Islam adalah sangat menganjurkan untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Allah berfirman :

ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya. (Q.S al Maidah ayat 2).

Diantara tolong menolong yang sangat dianjurkan dalam syariat Islam adalah memudahkan atau melapangkan orang yang kesulitan. Ini dijelaskan Rasulullah dalam sabda beliau :

مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ،

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang Mukmin, maka Allah melapangkan dirinya satu kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) orang yang kesulitan, maka Allah Azza wa Jalla memudahkan baginya (dari kesulitan) DI DUNIA DAN DI AKHIRAT. (H.R Muslim, dengan lafazh ini).

Imam an Nawawi berkata : Dalam hadits ini terdapat keutamaan membantu kebutuhan dan memberi manfaat kepada sesama muslim sesuai kemampuan, (baik itu) dengan ilmu, harta, pertolongan, pertimbangan tentang sesuatu kebaikan, nasehat dan yang lainnya (Syarah Shahih Muslim).

Ini sejalan dengan makna suatu kaidah yang besar yaitu : Al jaza-u min jinsil amal, balasan yang didapat seorang hamba adalah sesuai dengan jenis perbuatannya. (Jami’ul Ulum wal Hikam).

Sungguh Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan, sebagaimana firman-Nya :

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula) Q.S ar Rahmaan 60.

Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : (Dalam hadits diatas terdapat) : Anjuran untuk memudahkan orang yang kesulitan maka Allah akan memudahkan urusannya. Memudahkan dalam hal ini mencakup memudahkan dalam hal harta, pekerjaan, mencari ilmu dan bentuk kemudahan yang lainnya. Dalam hal ini disebutkan balasannya di dua tempat yaitu DI DUNIA DAN DI AKHIRAT. (Syarah Arba’in an Nawawiyah).

Ketahuilah bahwa diantara bentuk memberi kemudahan atau kelapangan terhadap orang yang kesulitan  adalah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala : 

وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَىٰ مَيْسَرَةٍ ۚ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ ۖ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Dan jika (orang berutang itu) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Dan jika kamu menyedekahkan, itu lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui. (Q.S al Baqarah 280).

Syaikh as Sa’di berkata : “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan”. Maksudnya, apabila yang memikul hutang itu dalam keadaan sulit dan tidak mampu menunaikan hutangnya, maka wajiblah atas pemilik hutang untuk menangguhkan orang itu hingga keadaannya lapang.

Dan piutang bagi orang yang berhutang itu wajib apabila telah mendapat kadar hutangnya dengan jalan apapun yang mudah agar segera melunasi hutangnya. Apabila pemilik hutang itu bersedekah kepadanya dengan memaafkan hutang itu SEMUA ATAU SEBAGIANNYA, maka itu lebih baik baginya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Oleh karena itu orang orang beriman haruslah berusaha semampunya untuk melapangkan orang orang yang sedang kesulitan agar mendapat balasan kebaikan yang banyak. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.564)   




ORANG BERIMAN TAK BOLEH MEMELIHARA SIFAT HASAD


ORANG BERIMAN TAK BOLEH MEMELIHARA SIFAT HASAD

                                                       Oleh : Azwir B. Chaniago  
       
Hasad atau dengki adalah sifat seseorang yang  MERASA TIDAK SUKA ATAU BENCI bila melihat orang lain  diberi nikmat oleh Allah. Allah berfirman : 

أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۖ

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. (Q.S an Nisa’ 54).

Abdullah bin Mas’ud berkata : Janganlah kalian memusuhi nikmat-nikmat Allah. Lalu ada yang bertanya : Siapakah yang memusuhi nikmat nikmat Allah. Beliau menjawab : Yaitu orang orang yang dengki atau hasad atas nikmat dan karunia Allah yang diberikan kepada sebagian manusia.

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimi  berkata : (Sebagian ulama mengatakan) : Hasad artinya berharap hilangnya kenikmatan dari Allah Ta’ala yang ada pada orang lain. Artinya dia berangan angan supaya kenikmatan orang lain itu hilang, baik yang berupa harta, kedudukan, ilmu atau yang lainnya. (Syarah Arba’in an Nawawiyah).

Ketahuilah bahwa penyakit hasad bisa datang kapan saja dan mampu  menyerang siapa saja. Sifat hasad bisa menyerang orang kaya atau miskin, berpangkat atau bukan, berpendidikan tinggi atau tidak. Pengemis pun juga bisa dihinggapi penyakit ini. Bahkan ustadz atau kiyai pun mungkin juga bisa terkena virus hasad. Tinggal menghitung stadiumnya saja. Ada yang parah dan ada pula  yang tidak parah.

Rasulullah telah mengingatkan orang orang beriman untuk menjauhi sifat hasad ini. Beliau bersabda : 

لاَ تَحَاسَدُوا

Janganlah kalian saling hasad …. (H.R Imam Muslim).

Sungguh sifat hasad adalah sangat tercela, diantara keburukannya adalah :

Pertama : Hasad adalah akhlak atau perangai kaum Yahudi.

Hasad adalah perangai Yahudi dari dahulu sampai kapan pun. Dan sangat tidak patut diikuti oleh orang orang beriman. Allah Ta’ala  berfirman : 

وَدَّ کَثِیۡرٌ مِّنۡ اَہۡلِ الۡکِتٰبِ لَوۡ یَرُدُّوۡنَکُمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ اِیۡمَانِکُمۡ کُفَّارًا ۚۖ حَسَدًا مِّنۡ عِنۡدِ اَنۡفُسِہِمۡ مِّنۡۢ بَعۡدِ مَا تَبَیَّنَ لَہُمُ الۡحَقُّ ۚ

Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa hasad dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka.  (Q.S al Baqarah 109).

Kedua : Hasad adalah bentuk pengingkaran terhadap ketetapan Allah.

Sifat hasad sangatlah tercela karena merupakan bagian dari pengingkaran terhadap apa yang telah Allah tetapkan. Orang yang hasad seolah olah tidak suka terhadap kelebihan ataupun kenikmatan yang diberikan Allah kepada seseseorang. Pada hal Allah Ta’ala memberikan karunia kepada yang Dia kehendaki. Allah Ta’ala berfirman : 

ذَٰلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

Dan bahwa karunia itu ada di tangan Allah. Dia memberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Q.S al Hadiid 29).

Allah Ta’ala berfirman : 

وَإِن مِّن شَىْءٍ إِلَّا عِندَنَا خَزَآئِنُهُۥ وَمَا نُنَزِّلُهُۥٓ إِلَّا بِقَدَرٍ مَّعْلُومٍ

Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya. Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu. (Q.S al Hijr 21).
Allah Ta’ala berfirman : 

أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

Apakah mereka yang membagi bagi rahmat Rabb-nya ?. Kamilah yang menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat memanfaatkan sebagian yang lain. Dan rahmat Rabb-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. (Q.S az Zukhruf 32).

Syaikh Utsaimin mengingatkan kita semua : Bahwa sifat hasad ini pada umumnya menimbulkan banyak kemaksiatan, Diantaranya : (1) Permusuhan terhadap orang lain. (2) Persengketaan. (2) Perbuatan menyebarkan aib dan yang lainnya. Oleh sebab itu wajib atas setiap muslim untuk menjauhkanya, sebagaimana Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah melarangnya. (Syarah Arba’in Nawawiyah).

Jadi, seorang hamba akan senantiasa menjauhi sifat hasad  ini karena akan merusak bahkan merugikan dirinya di dunia dan di akhirat. Wallahu A’lam. (1.563)

Rabu, 27 Februari 2019

SUKA BERBOHONG DICATAT SEBAGAI PEMBOHONG DI SISI ALLAH


SUKA BOHONG DICATAT SEBAGAI PEMBOHONG
 DI SISI ALLAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh tak ada kebaikan sedikitpun bagi orang orang yang suka berbohong apalagi setiap saat berbohong. Dan tentu lebih buruk lagi kalau seorang pemimpin suka membohongi orang orang yang dipimpinnya karena dampak buruknya akan sangat luas, mencakup banyak orang. 

Mereka yang suka berbohong akan dicatat di sisi Allah Ta’ala sebagai pembohong. Rasulullah bersabda : 

Dوَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِيْ إِلَى الْفُجُوْرِ ، وَإِنَّ الْفُجُوْرَ يَهْدِيْ إِلَى النَّارِ ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Dan hindarilah olehmu berlaku bohong karena kebohongan menuntunmu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dan seseorang senantiasa berlaku bohong dan selalu berbohong sehingga dia tercatat di sisi Allah Ta’ala sebagai pembohong (H.R Imam Muslim)

Dicatat sebagai pembohong adalah predikat paling buruk apalagi di sisi Allah Ta’ala. Jika seseorang tercatat sebagai pembohong di sekitar tetangga atau di sekitar teman sekantor saja sudah berat dan sangat tidak nyaman. Kecuali bagi orang orang yang tidak memiliki rasa malu.

Selain itu ketahuilah bahwa orang yang suka berbohong merupakan salah satu tanda MANUSIA MUNAFIK. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم – قَالَ آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda, tanda-tanda orang munafik ada tiga : (1) Jika berbicara dia berbohong. (2)  Jika berjanji dia mengingkari. Dan (3)  Jika diberi amanah dia berkhianat (H.R Imam Bukhari)


Lalu siapa siapa yang disebut munafik. (1) Menurut Imam Ibnu Katsir, nifak adalah memperlihatkan kebaikan dan menyembunyikan keburukan. (2) Menurut Ibnu Juraij, bahwa orang munafik itu adalah orang yang perkataannya berlawanan dengan apa yang ia kerjakan dan bathinnya menyelisihi lahiriahnya.
 
Jadi  sifat munafik adalah seburuk buruk sifat manusia. Oleh karena itu Allah Ta’ala  akan memberikan hukuman yang berat bagi mereka. Allah Ta’ala berfirman : 

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

Sungguh orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (Q.S an Nisa’ 145)

Oleh karena itu, orang orang beriman senantiasa berlaku jujur karena jujur akan mendatangkan ketenangan. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

فإن الصدق طمأنينة ، والكذب ريبة_

Sesungguhnya kejujuran akan mendatangkan ketenangan, kebohongan mendatangkan kegelisahan. (H.R at Tirmidzi).

Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (1.562).