Rabu, 30 September 2020

ALLAH TAK MENGAMBIL SEMUA NIKMAT-NYA KETIKA WABAH MELANDA

 

ALLAH TAK MENGAMBIL SEMUA NIKMAT-NYA KETIKA

WABAH MELANDA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Satu jenis wabah penyakit yang berbahaya telah mendatangi banyak negeri termasuk negeri kita. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO  memberi nama dengan covid 19. Wabah ini mendatangi negeri kita sudah beberapa bulan lalu   dan saat tulisan ini disusun wabah ini masih ada. Hanya Allah Ta’ala yang Maha Mengetahui kapan wabah penyakit ini akan berakhir.

Sungguh ini adalah ketetapan Allah Ta’ala yaitu berupa ujian yang menimpa orang orang beriman. Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, KAMI TELAH BERIMAN DAN MEREKA TIDAK DIUJI ?. Dan sungguh Kami telah menguji orang orang sebelum mereka maka Allah pasti mengetahui orang orang yang benar dan pasti mengetahui orang oang yang berdusta. (Q.S al Ankabut 2-3)

Allah Ta’ala berfirman : 

لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ

Kamu sungguh sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu (Q.S Ali Imran 186).

Imam Ibnu Katsir berkata : Seorang mukmin itu harus diuji harta dan jiwanya atau anak keturunan dan keluarganya. Seorang mukmin juga harus diuji tingkat keagamaannya. Jika agamanya kuat maka akan bertambah pula cobaan yang akan diterimanya. (Tafsir Ibnu Katsir)

Kita mengetahui bahwa dengan adanya wabah ini, ADA SEBAGIAN NIKMAT    diambil Allah Ta’ala dari hamba hamba-Nya. Diantaranya, berkurangnya kesempatan untuk berusaha mencari rizki, berkurangnya kesempatan belajar ilmu bagi kita dan anak anak kita, berkurangnya nikmat sehat dan berkurangnya nikmat ketentraman hati serta berkurangnya kenyamanan karena harus mengikuti protokol kesehatan  dan yang lainnya.

Meskipun ada nikmat yang diambil tapi ingatlah bahwa TERNYATA MASIH SANGAT BANYAK NIKMAT ALLAH YANG ADA PADA KITA. Oleh karena itu kita tetap wajib bersyukur kepada-Nya.  Terhadap nikmat yang SEBAGIAN telah diambil  maka kedepankanlah perasaan SABAR DAN RIDHA.

Dan satu hal yang PALING PENTING UNTUK KITA SYUKURI adalah bahwa melalui musibah ini TERNYATA ALLAH TA’ALA TIDAK MENGAMBIL NIKMAT IMAN yang telah Dia anugerahkan kepada kita. Betapapun terasa beratnya musibah berupa wabah penyakit ini melanda negeri kita, kita masih tetap bersyukur dengan sebenar benar syukur karena IMAN YANG ADA DALAM DIRI KITA masih bisa melahirkan berbagai amal amal shalih yang menjadi bekal kita ketika kembali ke negeri akhirat kelak.

Oleh karena itu, kita  tetap harus bersyukur dengan nikmat YANG MASIH ADA pada diri kita yang jumlah dan jenisnya masih sangatlah banyak terutama NIKMAT IMAN. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.091).   

Selasa, 29 September 2020

PERBANYAK MEMOHON AMPUN KETIKA WABAH PENYAKIT MELANDA

 

PERBANYAK MOHON AMPUN KETIKA WABAH PENYAKIT MELANDA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh sejak beberapa bulan yang lalu sampai saat tulisan ini disusun, negeri kita dilanda wabah penyakit yang berat dan berbahaya. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO  memberi nama resmi dengan covid 19. Banyak saudara kita yang terkena wabah penyakit ini.  Kita mengetahui bahwa ratusan orang  yang meninggal bahkan termasuk juga para dokter dan perawat kesehatan.

Para hamba Allah haruslah bersabar karena semua ini adalah KETETAPAN ALLAH TA’ALA. Allah Ta’ala berfirman :

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah (Muhammad). Tidak akan menimpa kami melainkan APA YANG TELAH DITETAPKAN ALLAH BAGI KAMI. (Q.S at Taubah 51).

 

Dengan keadaan ini, hamba hamba Allah hendaklah berupaya dan bermohon kepada Allah Ta’ala agar mengangkat wabah ini dan meringankan penderitaan yang dihadapi. Diantara upaya yang sangat dianjurkan untuk  dilakukan oleh hamba hamba Allah adalah DENGAN MEMPERBANYAK MEMOHON AMPUN.

Kenapa harus memperbanyak memohon ampun ?. Ketahuilah bahwa diantara penyebab datangnya musibah adalah karena dosa dosa kita. Allah Ta’ala mengingatkan dalam firman-Nya :

Allah Ta’ala  berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ    

Dan musibah apa saja yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kesalahanmu). Q.S asy Syuura 30.

Para ulama menjelaskan bahwa kasabat aidiikum, perbuatan tanganmu dalam ayat ini maknanya adalah dosa dosa kalian.

Ibnu Qayyim al Jauziyah rahimahullah mengatakan : Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa. (Al Jawabul Kaafi)

Ibnu Rajab al Hambali rahimahullah mengatakan : Tidaklah disandarkan suatu keburukan (kerusakan) melainkan pada dosa karena semua musibah, itu semua disebabkan karena dosa. (Latha’if Ma’arif).

Tentang surat asy Syura ayat 30 tersebut diatas, Imam Ibnu Katsir berkata : Wahai manusia, musibah apapun yang menimpa kalian, SEMATA MATA KARENA KEBURUKAN (DOSA) YANG KALIAN LAKUKAN.

“Dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kalian)” maksudnya adalah memaafkan dosa dosa kalian. Maka Dia tidak membalasnya dengan siksaan, bahkan memaafkannya. Dan sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan perbuatannya niscaya Dia tidak akan meninggalkan diatas muka bumi suatu makhluk melata pun. (Tafsir Ibnu Katsir).

Tentang surat asy Syura ayat 30 ini pula Syaikh as Sa’di memberi  penjelasan buat kita. Beliau berkata : Allah Ta’ala memberitahukan bahwa tidak ada satu pun musibah yang menimpa hamba-Nya, baik yang menimpa dirinya, hartanya, anaknya dan menimpa sesuatu yang mereka cinta (musibah tersebut) berat mereka rasakan, KECUALI (SEMUA MUSIBAH ITU TERJADI) KARENA PERBUATAN DOSA YANG TELAH MEREKA LAKUKAN.

Dan bahwa dosa dosa (mereka) yang Allah ampuni lebih banyak. Karena Allah tidak menganiaya hamba-Nya namun merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Kalau kita perhatikan, sungguh sangatlah banyak dosa yang dilakukan manusia di zaman ini, mulai dari kesyirikan dimana mana, lgbt, saling menzhalimi, mengambil harta orang lain secara bathil dan yang lainnya. Bahkan muncul pula para pendusta agama. Semua ini pasti mengundang murka Allah Ta’ala.

Sungguh, Allah Ta’ala telah mengingatkan bahwa hamba hamba-Nya berbuat dosa malam dan siang dan Allah akan mengampuni dosa hamba-Nya dengan memohon ampun. Dalam satu hadits qudsi,  Allah Ta’ala berfirman :

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا فَاسْتَغْفِرُونِى أَغْفِرْ لَكُمْ

Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di malam dan siang hari, dan Aku akan mengampuni seluruh dosa, maka minta ampunlah kepada-Ku, niscaya akan Aku ampuni dosa-dosa kalian. (H.R Imam Muslim).

Oleh karena itu bersegeralah meninggalkan maksiat sekecil apapun dan bersegera pula memohon ampun. Diantara permohonan ampun yang diajarkan Rasulullah Salalllahu ‘alaihi Wasallam dan sangat baik untuk kita amalkan adalah :

رَبِّ اغْفِرْ لِى وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

Ya Allah ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (H.R Abu Dawud).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.090)

 

           

Senin, 28 September 2020

KEWAJIBAN HAMBA ALLAH UNTUK BERSERAH DIRI KEPADA-NYA

 

KEWAJIBAN HAMBA ALLAH UNTUK BERSERAH DIRI 

KEPADA-NYA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Suatu keadaan yang paling kokoh bagi hamba hamba Allah  adalah berserah diri atau bertawakal  kepada Allah Ta’ala saja. Sungguh, Allah Ta’ala telah memerintahkan manusia untuk selalu bertawakal, sebagaimana firman-Nya :

وَلِلَّهِ غَيْبُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَيْهِ يُرْجَعُ الْأَمْرُ كُلُّهُ فَاعْبُدْهُ وَتَوَكَّلْ عَلَيْهِ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Dan milik Allah meliputi rahasia langit dan bumi dan kepada-Nya segala urusan dikembalikan. Maka sembahlah Dia dan bertawakal-lah kepada-Nya. Dan Rabb-mu tidak akan lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S Huud 123).

Allah Ta’ala berfirman :

وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا

Dan bertawakal-lah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pemelihara. (Q.S al Ahzaab 3).

Lalu apa makna tawakal ?. Imam Ibnu Rajab al Hambali berkata : Hakikat tawakal atau berserah diri adalah HATI BENAR BENAR BERGANTUNG KEPADA ALLAH ‘AZZA WA JALLA  guna mempoleh mashlahat dan Menolak mudharat dari urusan urusan dunia dan akhirat. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)

Diantara keutamaan bertawakal adalah sebagaimana  dijelaskan Allah Ta’ala dalam firman-Nya :

وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ ۚ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah pasti mewujudkan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap tiap sesuatu. (Q.S ath Thalaq 3)

Syaikh as Sa’di berkata : “Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah” maknanya  adalah (bertawakal) dalam urusan agama dan dunianya dengan bergantung sepenuhnya kepada Allah Ta’ala dengan maksud untuk mendapatkan apa apa yang bermanfaat dan menghindari apa apa yang mudharat serta percaya sepenuhnya bahwa mereka akan diberi kemudahan. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)

Tentang berserah diri, Imam Ibnul Qayyim berkata : Tawakal  (berserah diri dan bersandar) kepada Allah Ta’ala adalah termasuk sebab YANG PALING KUAT UNTUK MELINDUNGI DIRI SEORANG HAMBA dari gangguan, kezhaliman dan permusuhan orang lain yang tidak mampu dihadapinya sendiri. (Badai’ al Fawaid)

 Sebagian orang di zaman ini ada yang menyangka bahwa tawakal adalah semakna atau identik dengan pasrah secara total. Ini persangkaan yang keliru  karena sifat tawakal itu  menuntut sikap optimis, aktif dan dibarengi dengan upaya.

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin memberi nasehat tentang perkara ini. Beliau berkata : Tawakal adalah menyandarkan permasalahan kepada Allah Ta’ala dalam mengupayakan apa yang dicari dan menolak apa yang tidak disukai disertai percaya penuh kepada Allah dengan MENEMPUH SEBAB yang disyariatkan.

Jadi tawakal harus memenuhi dua syarat : (1) Penyandaran kepada Allah Ta’ala dengan sebenar benarnya dan nyata. (2) Harus menempuh sebab sebab yang diizinkan syariat. (Al Qaulul Mufid, Syaikh Utsaimin).

Sungguh tak ada tempat bagi hamba hamba Allah untuk berserah diri dengan sebenar benarnya KECUALI HANYA KEPADA ALLAH TA’ALA SAJA. Insya Allah ada mafaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.089).