Kamis, 28 Mei 2015

KERUGIAN MENCINTAI DUNIA



KERUGIAN MENCINTAI DUNIA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Prof. DR. Hamka, dalam Kitab Tafsir al Azhar mengatakan bahwa tidak ada kegunaan  manusia ini diciptakan Allah kecuali hanya untuk beribadah kepada-Nya. Allah berfirman : Wa maa khalaqtul jinna wal insa illaa li ya’buduun” Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzaariat 56). 

Oleh karena itu manusia wajib menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Janganlah seorang muslim mau ditipu oleh dunia sehingga lalai dalam beribadah kepada Allah sehingga menjadi manusia yang merugi.

Pertama :  Memang manusia memiliki kesibukan mengurus usaha, pekerjaan, harta, keluarga dan yang lainnya, tetapi jangan berlebihan. Jangan dijadikan tujuan, sehingga membuat  lalai dalam mengingat Allah dan beribadah kepada-Nya.

Allah berfirman :  “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu laa tulhikum amwaalukum walaa aulaadukum ‘an dzikrillahi wa man yaf’al dzaalika faulaa-ika humul khaasiruun” Wahai orang orang yang beriman. Janganlah harta bendamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang orang yang rugi.  (Q.S al Munaafiquun 9).    

Kedua : Diantara kerugian bagi orang yang mencintai kehidupan dunia adalah di cap sebagai orang berada dalam kesesatan yang amat sangat. Allah berfirman  : “Alladziina yastahibbunal hayaaad dun-yaa ‘alal aakhirati wa yashudduuna ‘an sabilllahi  wa yabghunaha ‘iwajaa, ulaaaika fii dhalaalin ba’iidaa”.  (Yaitu) orang yang lebih mencintai kehidupan dunia daripada (kehidupan) akhirat, dan menghalang halangi manusia (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan (jalan yang) bengkok.
Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.  (Q.S Ibrahim ayat 3).
     
Ketiga :  Mencintai dunia berarti mengagungkannya.  Mengagungkan sesuatu yang hina dimata Allah adalah termasuk dosa besar. Dosa besar pasti mendatangkan kerugian yang besar pula. Pada hal dunia sangat hina di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah telah mengingatkan dalam sabdanya tentang kehinaan dunia. “Fa wallahi laddun-yaa ahwanu ‘alallahi min hadzaa ‘alaikum” Demi Allah, sungguh dunia itu lebih hina bagi Allah dari pada (bangkai anak kambing) ini bagi kalian (H.R Imam Muslim).  

Keempat : Allah akan mencerai beraikan urusan dan akan memenuhi dengan kesibukan dunia. Ketahuilah saudaraku, bahwa manusia yang mencintai dunia menjadikan dunia sebagai cita cita  yang ingin dikejarnya. Sungguh, seseorang yang menjadikan dunia sebagai tujuan hidupnya maka Allah akan mencerai beraikan urusannya dan kedua tangannya akan dipenuhi dengan kesibukan.

Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah dunia maka Allah akan mencerai beraikan urusannya. Menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya dan dia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang tujuan hidupnya adalah negeri akhirat, Allah Ta’ala akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan dihatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina” (H.R Imam Ahmad, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Hadits ash Shahihah).

Rasulullah bersabda : “Wahai anak keturunan Adam. Curahkanlah waktumu untuk beribadah kepadaKu, niscaya akan Aku penuhi dadamu dengan kekayaan (kecukupan) dan Aku tutup kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukannya maka Aku penuhi kedua tanganmu dengan kesibukan dan Aku tidak akan tutup kefakiranmu” (H.R Imam at Tirmidzi dan Imam Ahmad, Lihat Silsilah Hadits Shahih Syaikh al Albani).   

Oleh karena itu jagalah diri  agar kita tidak mendapat kerugian yang besar karena mengejar dunia pada hal akhirat jauh lebih baik. Allah berfirman : “Walal aakhiratu khairul laka mina uula”  Dan sungguh yang kemudian itu lebih baik bagimu dari pada yang permulaan (Q.S ad Duhaa 4). 

Wallahu A’lam. (327)


HAKIKAT DUNIA TIDAK BERHARGA



                              HAKIKAT DUNIA TIDAK BERHARGA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Diantara manusia ada  yang berusaha sekuat kuatnya untuk mendapatkan dunia beserta perhiasannya. Seolah olah mereka ingin menghabiskan umurnya hanya untuk dunia. Terkadang membuat mereka lalai terhadap akhirat yang lebih utama. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : “Walal aakhiratu khairul laka mina uula”  Dan sungguh yang kemudian itu lebih baik bagimu dari pada yang permulaan (Q.S ad Duhaa 4). 

Ketahuilah bahwa apabila seseorang lebih mengutamakan sesuatu yang fana dan tidak sempurna maka itu merupakan (1) Indikasi ketidak tahuannya terhadap mana yang lebih berharga. (2) Atau jika dia tahu mana yang lebih berharga maka itu merupakan indikasi bahwa dia tidak menginginkan sesuatu yang lebih berharga. (3) Atau mungkin juga ada kerusakan pada fungsi akalnya. 

Rasulullah dan para sahabatnya sangat paham bahwa pada hakikatnya dunia tidak mempunyai harga. Oleh karena itu maka beliau dan para sahabat (1) Mencampakkan dunia dibelakang punggungnya (2) Memalingkan hatinya dari dunia, mengabaikannya dan tidak merasa nyaman dengannya (3) Menganggap dunia ini penjara bukan surga. Pada hal kalau beliau menginginkan dunia niscaya akan memperolehnya dengan mudah.

Lalu bagaimana penjelasannya bahwa dunia itu secara hakikat tidaklah berharga. Simaklah beberapa catatan dibawah ini.

Pertama : Rasulullah bersabda : “Raka’atal fajri khairum minad dun-ya wamaa fiih” Dua rakaat sunat fajar lebih baik dari pada dunia dan apa yang ada didalamnya. (H.R Imam Muslim).
Dunia dan segala isinya bermakna seluruh harta dunia dan perhiasannya. Dan ternyata bahwa semua harta dunia itu lebih rendah harganya dibanding  dengan keutamaan dua rakaat shalat sunat Fajr.

Ketahuilah bahwa harta dunia sebesar dan sebanyak apapun adalah sesuatu yang akan hilang, musnah dan punah. Harta akhirat yaitu berupa amal shalih yang  dilakukan seorang hamba, diantaranya berupa shalat sunat Fajr maka kenikmatan dan manfaatnya tidak akan pernah sirna, bermanfaat untuk akhirat dan pasti akan kekal selama lamanya. Inilah salah satu ketinggian suatu amal shalih dan merupakan dalil bahwa harta dunia itu tidak ada nilai. Hadits tentang keutamaan shalat sunat Fajr ini adalah salah satu pembanding atau penjelas bahwa dunia itu sebenarnya tidak berharga.

Ini adalah nilai dari shalat sunat Fajr atau shalat sunat qabliya subuh. Apalagi nilai shalat shubuhnya tentu lebih besar lagi. Begitu pula ibadah ibadah yang lainnya yang pasti jauh lebih bernilai daripada segala harta dunia.  

Kedua : Allah memberitahukan bahwa dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan yang sementara saja. Allah berfirman : “Wa maa haadzihil hayaatud dun-yaa illaa lawun wa la’ibun, wa innad daaral akhirata lahiyal hayawaan. Lau kaanuu ya’maluun”. Dan kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya sekiranya mereka mengetahui. (Q.S al Ankabut 64).

Ketahuilah bahwa sesuatu yang namanya senda gurau ataupun permainan hakikatnya adalah tidak berharga. Dan kehidupan dunia ini dinamakan dunia karena rendah dan hina, karena salah satu makna dun-yaa  adalah rendah atau hina. Kehidupan dunia adalah sesuatu yang sedikit dan kecil, jadi tidak memiliki harga.

Ketiga : Dunia memang tidak berharga meskipun hanya seharga sayap nyamuk. Rasulullah bersabda : “Lau kaanatid dun-yaa ta’dilu ‘indallahi janaaha ba’udhatin, maa saqaa kaafiran minhaa syarbata maa’in” Seandainya dunia di sisi Allah sebanding dengan sayap nyamuk maka Dia tidak memberi minum sedikitpun darinya kepada orang kafir. (H.R Imam at Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Lalu masih adakah diantara kita yang akan menghabiskan umurnya untuk mengejar sesuatu yang hanya senilai dengan sayap nyamuk.

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa pada suatu kali Rasulullah berjalan melewati pasar sementara banyak sahabat  berada di dekat beliau. Beliau berjalan lalu melewati bangkai anak kambing jantan yang kedua telinganya cacat. Sambil memegang telinga anak kambing itu beliau bersabda : “Siapa diantara kalian yang mau membeli ini seharga satu dirham ?. Para sahabat berkata : Kami sama sekali tidak tertarik kepadanya. Apa yang (bisa) kami perbuat dengannya.  Beliau bersabda : Apakah kalian mau jika (kambing) ini menjadi milik kalian ?. Para sahabat berkata : Demi Allah, kalau anak kambing jantan ini hidup, pasti ia cacat, karena kedua telinganya kecil, apalagi ia telah mati.

Lalu beliau bersabda : “Fa wallahi laddun-yaa ahwanu ‘alallahi min hadzaa ‘alaikum.” Demi Allah, dunia itu lebih hina bagi Allah daripada bangkai anak kambing ini bagi kalian. (H.R Imam Muslim).   
   
Keempat : Dunia bukan hanya sekedar rendah dan tidak berharga tetapi dilaknat. Rasulullah bersabda : “Alaa innad dun-yaa mal’uunah. Mal’uunun maa fiihaa illaa dzkrullahi wamaa waalaahu wa ‘alimun au muta’allimun” Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada didalamnya, kecuali (1) Dzikir kepada Allah dan (2) Ketaatan kepada-Nya, (3) Orang orang yang berilmu atau (5) Orang yang mempelajari ilmu. (H.R Imam at Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Abdil Barr. Hadits ini Hasan).   

Lalu apakah kita akan menghabiskan waktu kita mengejar seuatu  yang rendah, tidak berharga  dan dilaknat. Na’udzubillah

Wallahu A’lam. (326)

INGIN KEHIDUPAN YANG BAIK



INGIN KEHIDUPAN YANG BAIK

Oleh : Azwir B. Chaniago

Manusia yang berakal   (sehat) tentulah menginginkan kehidupan yang baik bagi dirinya, keluarganya bahkan masyarakat dan lingkungannya. Lalu untuk mendapatkan kehidupan yang baik itu,  manusia telah melakukan berbagai usaha dan cara.

Tapi ketahuilah bahwa   Allah telah memberikan petunjuk yang pasti benar, bagi yang  ingin untuk mendapatkan kehidupan yang baik. Diantaranya adalah  sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah  : “Man ‘amila shaalihan dzakarin au untsa wahuwa mukminun fala nuhyiyannahu hayaatan thaiyibah. Wala najziyannahum ajrahum biahsani maa kaanu ya’maluun”. Barangsiapa yang beramal saleh, laki laki atau perempuan sedangkan dia beriman, akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S an Nahl 97).

Jadi sangatlah jelas bahwa kunci kehidupan yang baik adalah iman dan amal shalih. Jangan abaikan dua hal yang sangat penting ini. Tapi ketahuilah bahwa iman saja tidak bermanfaat, amal shalih saja, juga tidak berguna, harus dua duanya.

Syaikh as Sa’di berkata : Sesungguhnya keberadaan iman menjadi syarat sah dan dengan keimanan karena keimanan menuntut adanya amal shalih. Barangsiapa yang telah menggabungkan antara iman dan amal shalih, “maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik.

Hal itu adalah berupa pemberian ketenteraman hati dan ketenangan jiwa serta tiada menoleh kepada urusan yang mengganggu hatinya. Allah akan memberinya rizki yang halal lagi baik dari arah yang tidak disangka sangkanya.  

Selain itu, bahkan  jauh penting lagi adalah bahwa Allah menyuruh memberikan kabar gembira   untuk orang orang yang beriman  dan beramal shalih dengan surga. Allah berfirman : “ Wabasysyiril ladzina aamanuu wa ‘amilush shaalihaati anna lahum jannatin tajrii min tahtihal anhaar” Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang orang beriman dan beramal shalih bahwa untuk mereka (disediakan) surga surga yang dibawahnya mengalir sungai sungai.  (Q.S al Baqarah 25)

Lalu dalam al Qur an juga dijelaskan bahwa orang orang berpaling dari peringatan Allah maka tiada lain baginya kecuali kehidupan yang sempit.  

Allah Ta’ala berfirman : “Waman a’radha ‘an dzikri fainna lahu ma’isyatan dankaa wa nahsyuruhuu yaumal qiyamati a’maa” Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku maka baginya kehidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunnya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. (Q.S Thaha 124).

Diantara ulama Tafsir menjelaskan bahwa orang yang berpaling dari mengingat Allah termasuk yang enggan beribadah kepada-Nya maka kehidupannya akan senantiasa dirundung kesedihan dan duka (Adhawaul Bayan, dinukil oleh Syaikh asy Syinqiti)
Jadi beriman dan beramal shalih berujung kepada kehidupan yang baik sedangkan berpaling dari peringatan Allah dipastikan akan memperoleh kehidupan yang sempit.

Semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (325)


Rabu, 27 Mei 2015

BERSYUKUR DENGAN NIKMAT WAKTU



BERSYUKUR DENGAN NIKMAT WAKTU

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Sungguh waktu atau zaman adalah salah satu dari demikian banyaknya rahmat dan nikmat yang diberikan Allah kepada manusia agar dimanfaatkan untuk  beribadah kepada-Nya. Seorang hamba wajib untuk bersyukur dengan nikmat waktu sebagaimana juga nikmat nikmat yang lainnya.

Allah Ta’ala berfirman : “Wamin rahmathii ja’ala lakumul laila wan nahara litaskunuu fiihi wa litabtaghu min fadhlihi wa la’allakum tasykuruun.” Dan diantara rahmatNya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebagian dari karuniaNya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur. (Q.S al Qashas 73).

Tapi amat disayangkan banyak diantara manusia mengabaikan dan melalaikan nikmat ini. Rasulullah bersabda : “Nikmataani maghbuunun fihi, katsirun minannasi shihatu wal faragh”  Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang (H.R Imam Bukhari)

Agar waktu bermanfaat.
Kita sangatlah meyakini bahwa waktu yang diberikan Allah kepada manusia  untuk menjalani  hidup di dunia ini adalah sedikit. Oleh karena itu maka manusia yang cerdas akan memanfaatkan waktu tersebut dengan  sebaik baiknya untuk sesuatu yang bermanfaat yaitu sebagai salah satu tanda bersyukur kepada Allah. Paling tidak ada  empat cara dalam menggunakan waktu sehingga betul betul  bermanfaat yaitu : 

Pertama : Menyibukkan diri dengan thalibul ‘ilmi. Sungguh thalibul ‘ilmi adalah ibadah yang agung dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim. 

Kedua : Menyibukkan diri dengan ibadah. Sungguh tujuan penciptaan manusia adalah hanya untuk beribadah kepadaNya. 

Ketiga : Mendahulukan amal yang utama. Seorang muslim  mengetahui bahwa waktunya berada di dunia tidaklah lama. Dia akan lebih mendahulukan amal yang utama dari yang kurang utama sehingga mendapat nilai lebih disisi Allah Ta’ala.

Keempat : Bersegera melakukan amal shalih.  Rasulullah bersabda : “Gunakan waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu dan hidupmu sebelum matimu. Sesungguhnya engkau tidak akan mengetahui namamu untuk esok, wahai Abdullah. (H.R Imam at Tirmidzi).
Imam Hasan al Bashri berkata : Jauhkan dirimu dari taswif, yaitu berkata nanti sajalah

Pelit terhadap waktu untuk sesuatu yang sia sia.
Imam Ibnul Qayyim menyebutkan 10 tanda orang yang hatinya sehat. Satu diantaranya adalah dia sangat bakhil atau pelit dengan waktu yang dimiliki. Bahkan lebih bakhil daripada orang yang bakhil terhadap harta.

Oleh karena itu maka orang yang hatinya sehat menggunakan waktu yang diberikan Allah hanya untuk sesuatu yang bernilai ibadah dan ketaatan kepada Allah. Tidak ada waktu yang disia siakan. Sungguh orang yang hatinya sehat sangatlah bakhil  menggunakan waktunya untuk yang tidak ada manfaat akhiratnya.  

Ketahuilah bahwa masih banyak ayat ayat al Qur an yang belum kita pelajari maknanya, masih banyak hadits yang belum sempat kita baca, masih banyak taklim yang belum sempat kita hadiri. Bahkan masih banyak jenis ibadah yang telah kita ketahui ilmunya tapi belum kita amalkan. Kalau begitu keadaannya, masihkah kita akan menggunakan waktu dengan sia sia. 

Sejatinya jika hati kita sehat maka tidaklah kita akan menyia nyiakan nikmat Allah yang bernama waktu. Jangan tertipu dengan waktu. Bersyukurlah dengan waktu yang masih diberikan Allah kepada kita dan isilah dengan amalan amalan yang paling utama dan paling bermanfaat.  

Imam Hasan al Bashri berkata : Sungguh saya telah bertemu dengan beberapa kaum, mereka lebih bersungguh sungguh menjaga waktu mereka dari pada kesungguhan kalian mendapatkan dinar dan dirham.

Wallahu A’lam.  (324)