Sabtu, 17 Juni 2017

AMALAN YANG DIANJURKAN KETIKA I'TIKAF



AMALAN YANG SANGAT DIANJURKAN KETIKA I'TIKAF

Oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu ibadah yang diajarkan dan dicontohkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasllam bersama sahabat adalah I’tikaf. Terutama sekali dilakukan pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.

Diantara dalil tentang pelaksanaan I’tikaf adalah satu hadits dari Abdullah bin Umar  bahwa ia berkata : “Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam (melakukan) i’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (H.R Imam Bukhari). 

Lalu apa makna i’tikaf ?.  Secara bahasa I’tikaf bermakna menetapi sesuatu dan menahan diri agar senantiasa tetap berada padanya, baik itu berupa kebajikan ataupun keburukan. Menurut syariat, i’tikaf adalah menetapnya seorang muslim di dalam masjid untuk melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah Ta’ala.

Agar mendapat manfaat yang besar maka selama beri’tikaf sangat dianjurkan melakukan berbagai amalan  dengan penuh ketaatan dan ikhlas karena Allah Ta’ala.  Dan juga berharap untuk  mendapatkan lailatul qadr yang lebih baik dari seribu bulan.

Adapun amalan yang sangat dianjurkan bagi seorang hamba pada saat beri’tikaf diantaranya adalah : 

Pertama  : Memperbanyak shalat.
Shalat merupakan seutama-utamanya ibadah dan  besar pahalanya. Saat beri’tikaf sangatlah dianjurkan memperbanyak shalat sunnah. Diantara keutamaannya adalah melengkapi kekurangan dalam shalat wajib. Ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam : Sesungguhnya amalan yang pertama kali dihisab pada manusia di hari kiamat nanti adalah shalat. Allah ‘azza wa jalla berkata kepada malaikat-Nya dan Dia-lah yang lebih tahu, “Lihatlah pada shalat hamba-Ku. Apakah shalatnya sempurna ataukah tidak ?

Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun jika dalam shalatnya ada sedikit kekurangan, maka Allah berfirman: Lihatlah, apakah hamba-Ku memiliki amalan sunnah. Jika hamba-Ku memiliki amalan sunnah, Allah berfirman: sempurnakanlah kekurangan yang  ada pada amalan wajib dengan amalan sunnahnya.” Kemudian amalan lainnya akan diperlakukan seperti ini.”(H.R Imam Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).
Oleh karena itu sangatlah baik jika pada saat i’tikaf seorang hamba  berusaha memperbanyak shalat sunnah. 

Kedua : Memperbanyak membaca Alquran.
Membaca al Qur an adalah termasuk sebaik baik ibadah. Apalagi membaca dengan berusaha mentadaburi dan memahami makna maknanya. Sangatlah dianjurkan untuk memperbanyak bacaan al Qur an pada saat i’tikaf. Sungguh membaca al Qur an mendatangkan pahala yang besar bahkan dihitung dari setiap huruf yang dibaca. Oleh karena itu berusahalah mengkhatamkan beberapa kali semampunya pada saat i’tikaf.

Rasulullah bersabda : “Man qara-a harfan min kitaabillah falahu bihi hasanatun. Wal hasanatun bi’asyri amtsalihaa. Laa aquulu “aliflammim” harfun. Wa  lakin alifun harfun, wa laamun harfun wa miimmun harfun” Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf. (H.R Imam at Tirmidzi).

Bahkan orang yang belum mahir membaca dan masih terbata bata pun ketika  membaca al Qur an dijanjikan dengan dua pahala, bukan satu, yaitu pahala karena mau membacanya dan pahala karena berat dan susahnya dalam membaca. Sedangkan yang mahir akan bersama malaikat yang mulia.

Rasulullah bersabda : “Orang yang membaca al Qur an dengan mahir, akan bersama Malaikat yang mulia lagi taat dan yang membaca al Qur an dengan terbata bata dan merasa berat, maka ia mendapat dua pahala”  (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim).

 Orang yang banyak membaca al Quran akan mendapat mandapat jaminan untuk mendapatkan syafaat di hari akhir kelak. Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam  bersabda : ‘’Bacalah oleh kalian Alquran. Karena sesungguhnya Alquran itu akan datang menghampiri kalian di hari kiamat sebagai syafaat.’’ (H.R Imam Muslim).

Ketiga : Memperbanyak berdzikir.
Orang yang i’tikaf dianjurkan untuk banyak berdzikir kepada Allah seperti membaca  tasbih, tahmid, tahlil, takbir, istighfar dan dzikir lainnya yang diajarkan oleh Rasululllah. Sungguh berdzikir adalah sebaik baik perkara guna mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala telah memerintahkan hamba hamba-Nya untuk berdzikir pada  setiap waktu dan  keadaan dan saat i'tikaf sangatlah dianjurkan untuk banyak berdzikir. Allah berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanudzkurullaha dzikran katsiiraa. Wa shabbihu-hu bukratan wa-ashiilaa”. Wahai orang orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (Q.S al Ahzaab 41-42). 

Allah berfirman : “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu kufur terhadap (nikmat) Ku” (Q.S al Baqarah 152).

Sungguh dzikir mendatangkan ketentraman hati yaitu sebagaimana disebutkan dalam  firman-Nya : “(Yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah, Ketahuilah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. (Q.S ar Ra’du 28).

Keempat : Memperbanyak shalawat kepada Rasulullah.
Amalan berikutnya yang juga dianjurkan bagi orang yang beri’tikaf adalah memperbanyak shalawat kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam. Allah Ta’ala memerintahkan orang orang yang beriman untuk bershalawat kepada Nabi.
Bahkan Allah dan para malaikat-Nya juga bershalawat kepada Rasulullah. Allah berfirman : ”Sesungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkan salam penghormatan kepadanya”. (Q.S al Ahzaab 56).

Jadi ternyata sangatlah banyak kesempatan untuk beramal ketika melakukan i’tikaf. Oleh karena itu diajurkan  untuk mengutamakan beramal dan berusaha meniadakan sesuatu yang akan mengganggu kekhusyu’an dalam i’tikaf, diantaranya adalah dengan : 

(1)  Pada saat i’tikaf dianjurkan untuk mengurangi hubungan dengan orang lain baik sesama yang beri’tikaf maupun tamu yang mungkin berkunjung.

(2) Berusaha menghindari hubungan dengan orang luar  dengan menggunakan handphone atau alat komunikasi yang sejenisnya kecuali untuk sesuatu yang sangat mendesak. 

(3) Menghindari sejauh jauhnya perkataan ataupun perbuatan yang sia sia meskipun mubah. Tidak bercanda dan tidak banyak tertawa ketika beri’tikaf. 

Itulah diantara amalan yang sangat baik dilakukan ketika i’tikaf sehingga mendapatkan pahala dan ridha-Nya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.059).

Jumat, 16 Juni 2017

JANGAN PUTUS ASA KARENA BANYAK DOSA




JANGAN PUTUS ASA KARENA BANYAK DOSA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Allah melarang manusia untuk berputus asa dari ampunan-Nya meskipun telah memiliki dosa melebihi gunung yang paling tinggi sekalipun.  Allah Ta’ala   selalu membuka pintu ampunan terus menerus siang malam. 
  
Allah berfirman : Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri !. Janganlah kamu  berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya.” (Q.S az-Zumar  53). 

Syaikh as Sa’di berkata :  “Janganlah berputus asa dari rahmat Allah”, maksudnya janganlah berputus harap dari-Nya, lalu kalian (terus) meceburkan diri kalian ke dalam kebinasaan dan kalian mengatakan : Dosa dosaku sudah terlanjur sangat banyak dan keburukan keburukan sudah menggunung maka sudah tidak ada lagi jalan untuk menghilangkannya dan tidak ada cara untuk menjauhinya. Lalu kalian tetap melakukan maksiat (berarti) membekali diri dengan apa yang menyebabkan murka Allah terhadap kalian. Dan ketahuilah bahwa Dia mengampuni semua dosa. (Tafsir Taisir Karimir Rahman) 

Namun demikian memang ada diantara manusia yang berputus asa dari rahmat Allah, diantaranya adalah :

Pertama : Orang orang kafir.
Allah berfirman : “Innahu laa yaiasu min rauhillah illal qaumul kaafiruun” Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang orang yang kafir. (Q.S Yusuf 87).

Kedua : Orang orang yang sesat.
Allah berfirman : “Qaala waman yaqnathu min rahmati rabbihii illadh dhaalluun. Dia (Ibrahim) berkata, tidak ada yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya kecuali orang yang sesat. (Q.S al Hijr 56).

Jadi kalau seseorang putus asa dari rahmat Allah maka dia akan jatuh kepada dua keadaan ini yaitu menjadi kafir atau sesat. Na’udzubillahi min dzaalik. 

Saudaraku, sungguh kita memiliki Rabb yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang kepada hamba hamba-Nya. Bahkan Allah menyayangi kita melebihi sayang kita kepada diri sendiri. Jadi sungguh tidaklah tepat bahkan keliru berat jika ada diantara kita yang merasa putus asa dari rahmat-Nya. 

Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa manusia berbuat dosa siang dan malam artinya terus atau sering berbuat dosa. Allah berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum tukhti-una bil laili wan nahar” Wa ana aghfiru dzunuba jamii’a. Fastaghfiruni, aghfirlakum”. Wahai hamba hambaku, sesungguhnya kalian berbuat dosa (kesalahan) siang dan malam. Dan Aku Maha Pengampun, semua dosa. Minta ampunlah kepada-Ku, Aku akan ampuni kalian.

Bahkan untuk keselamatan hamba hamba-Nya, Allah Ta’ala menyuruh kita untuk segera memohon ampun agar kita menjadi orang yang beruntung. Allah Ta’ala berfirman :  “Wa tuubuu ilallahi jamiian aiyuhal mu’minuuna, la’allakum tuflihuun”. Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang orang yang beriman, agar kamu beruntung.  (Q.S an Nuur 31).

Dalam satu hadits Qudsi, disebutkan pula bagaimana besarnya kasih sayang Allah jika seorang hamba berdoa dan memohon ampun kepada-Nya : “Wahai anak Adam, selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku akan mengampunimu sebanyak apapun dosamu dan Aku tidak peduli. Wahai anak adam, kalau toh dosa-dosamu setinggi langit kemudian kamu memohon ampunan kepada-Ku, Aku akan mengampunimu dan aku tidak peduli. Wahai anak adam, jika engkau mendatangiku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian engkau bersua dengan-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu apapun maka Aku pasti akan mendatangimu dengan membawa ampunan sepenuh bumi juga.” (HR. at-Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani).

Selanjutnya seorang hamba haruslah memperkuat azzam atau tekadnya dalam bertaubat kepada Allah dengan mencari lingkungan yang shalih. Bergaul dengan orang-orang shalih. Dalam satu hadits yang cukup panjang yaitu kisah seorang yang telah membunuh 100 nyawa terdapat dua pesan utama yaitu bertaubat dan mencari lingkungan  yang shalih. tertera dalam hadits Nabi yang panjang mengajarkan dua hal itu.  “Pergilah ke negeri ini dan ini karena di sana ada manusia-manusia yang menyembah Allah Ta’ala. Maka sembahlah Allah bersama mereka, dan jangan pernah lagi kembali ke negerimu karena ia adalah negeri yang buruk.” (HR. Bukhari-Muslim).

Tentang hadits ini, Ibnu ‘Allan rahimahullah berkata :  Di dalam hadits ini ada anjuran untuk berlepas diri dari teman yang buruk, memutus hubungan dengan mereka selama mereka masih tetap seperti itu, dan mengganti mereka dengan bersahabatkan orang-orang yang baik, rajin beribadah dan wara’ serta orang-orang yang bisa dijadikan teladan, dan bersahabat dengan orang-orang yang 
mendatangkan manfaat. Agar taubatnya semakin mantap dan kuat, karena setiap orang akan meniru temannya. (Dalilu al-Falihin li Thuruqi Riyadhi ash-Shalihin).

Oleh karena itu jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Mohonlah ampunan dan bertaubatlah pada setiap saat sebelum pintu taubat ditutup. Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (1.058).




Rabu, 14 Juni 2017

JANGAN MENGABAIKAN DZIKIR PAGI DAN PETANG



JANGAN MENGABAIKAN DZIKIR PAGI DAN PETANG

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta’ala menyuruh hamba hamba-Nya untuk selalu berdzikir (mengingat-Nya). Ketahuilah bahwa berdzikir adalah sarana terbaik agar si hamba diingat pula oleh Allah Ta’ala. Allah berfirman : “Fazhkuruunii adzkurkum wasykuruulii wa laa takfuruun”. Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.  (Q.S al Baqarah 152).

Syaikh as Sa’di berkata : (Dalam ayat ini) Allah Ta’ala memerintahkan hamba hamba-Nya untuk mengingat-Nya dan menjanjikan baginya sebaik baik balasan yaitu bahwa Allah akan mengingatnya pula yaitu bagi orang orang yang ingat kepada-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)

Sangatlah banyak ayat dalam al Qur an as Sunnah dan atsar yang   menjelaskan tentang keutamaan yang akan diperoleh seorang hamba yang selalu berdzikir kepada-Nya, diantaranya adalah :

Pertama : Selamat dari adzab Allah.
Berdzikir adalah benteng yang kokoh dari keburukan dunia dan akhirat dan menyelamatkan diri dari adzab Allah. Dalam sebuah atsar dari Muadz bin Jabal disebutkan bahwa : “Tidak ada amal yang dilakukan anak Adam yang lebih menyelamatkannya dari adzab Allah Ta’ala selain dari berdzikir kepada-Nya” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, at Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Kedua : Memperoleh ketenangan hati
Sungguh Allah Ta’ala telah mengajarkan cara yang paling baik dan paling sempurna untuk mendapatkan ketenangan hati  yaitu dengan senantiasa berdzikir kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman : “(Yaitu) orang orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah, Ketahuilah hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”. (Q.S ar Ra’du 28).

Syaikh as Sa’di berkata : Makna firman Allah : “Tathma-iinul qulub”- hati menjadi tenteram,  adalah hilangnya segala sesuatu (yang berkaitan dengan) kegelisahan, dan kegundah-gulanaan dari dalam hati. Dan dzikir tersebut akan menggantikannya dengan rasa keharmonisan (ketenteraman), kebahagiaan dan kelapangan. Dan maksud firman-Nya : alaa bi dzikrillahi tathma-innul quluub” adalah sudah nyata dan sudah sepantasnya hati (manusia) tidak akan pernah merasakan ketenteraman, kecuali dengan dzikir (mengingat) Allah. (Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Umar bin Khaththab berkata : Wajib bagi kalian berdzikir kepada Allah karena yang demikian merupakan obatnya hati. Jauhilah menyebut aib manusia karena hal itu merupakan penyakit hati

Ketiga : Ibadah mudah tapi banyak kebaikan.
Sangatlah banyak lafazh dzikir yang mudah untuk diucapkan oleh orang orang yang beriman tapi mendatangkan kebaikan yang banyak. Diantaranya adalah bahwa ada empat kalimat  akan datang pada hari Kiamat dan menjadi perisai atau penghalang seseorang yang selalu mengucapkannya, dari jilatan api neraka. 

Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah bersabda : “Khudzuu junnatakum” Ambillah perisai kalian. Lalu para sahabat berkata : Wahai Rasulullah, apakah ada musuh yang datang ?. Rasulullah bersabda : “Tidak (tidak ada musuh yang datang) akan tetapi (ambillah) perisai (sebagai pelindung) dari Neraka, yakni dengan mengucapkan : 1. Subhanallah 2. Alhamdulillah 3. La ilaaha ilallah 4. Allahu Akbar. Keempat kalimat itu akan datang di hari Kiamat sebagai mujannabaat (yang berjalan disisi kita) dan sebagai mu’aqqibaat (yang berjalan dibelakang kita). Keempat kalimat itu merupakan al baaqiyaatush shaalihaat (kekal pahalanya hingga hari Kiamat dan berguna bagi pembacanya). Hadits Hasan Lihat Shahiihut Targhib  wat Tarhib).
 
Keempat : Memperoleh ampunan dan pahala yang besar.
Allah Ta’ala menyediakan ampunan dan pahala yang besar bagi hamba hamba-Nya yang banyak berdzikir yaitu sebagaimana Firman-Nya : “(Sungguh) … Laki laki dan perempuan yang banyak berdzikir (menyebut nama Allah), Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Q.S al Ahdzab 35).

Kelima : Dzikir adalah sebaik baik amalan.
Sungguh berdzikir kepada Allah Ta’ala  adalah sebaik baik amalan bagi orang orang beriman. Perhatikanlah bahwa  Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam telah  mengabarkan kepada para sahabat dalam sabda beliau : “Maukah aku kabarkan kepada kalian amal amal kalian  yang terbaik, yang paling suci di sisi Raja kalian, yang paling meningkatkan derajat kalian, dan lebih baik bagi kalian daripada memberikan emas dan perak, serta lebih baik bagi kalian daripada bertemu musuh, lalu kalian memenggal leher mereka dan mereka memenggal leher kalian ? Para sahabat menjawab : Tentu saja wahai Rasulullah. Maka beliau salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Yaitu dzikir kepada Allahazza wa Jalla”. (H.R Imam Ahmad, Imam Ibnu Majah, al Hakim dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Diantara waktu berdzikir yang  dianjurkan adalah pada pagi dan petang hari, sebagaimana firman-Nya : 

Pertama : Allah berfirman : “Wahai orang orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut Nama) Allah dzikir yang sebanyak banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. (Q.S al Ahzaab 41-42)

Kedua : “Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabb-mu pada waktu petang dan pagi”. (Q.S al Mu’min 55)
 
Ketiga : “Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakana dan bertasbihlah sambil memuji Rabb-mu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya). Q.S Qaaf 39.

Lalu kapan waktu yang dianjurkan untuk  berdzikir pagi dan petang dimaksud ?. Ketahuilah waktunya adalah : (1) Dzikir pagi adalah antara (selesai) shalat shubuh sampai terbit matahari. (2) Dzikir petang adalah antara (selesai) shalat ‘ashar sampai matahari terbenam.

Keutamaan dan waktunya juga  ada dijelaskan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam. Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah bersabda : “Aku duduk bersama orang orang yang berdzikir kepada Allah dari mulai shalat Shubuh sampai matahari terbit lebih aku sukai daripada memerdekakan empat budak dari anak (keturunan) Ismail.
Dan aku duduk bersama orang orang yang berdzikir kepada Allah dari mulai shalat ‘Ashar sampai terbenam matahari lebih aku cintai daripada memerdekakan empat orang budak. “(H.R  Abu Dawud no. 3667).

Jadi, kesimpulannya adalah bahwa Allah Ta’ala telah memerintahkan hamba hamba-Nya untuk selalu berdzikir kepada-Nya dalam setiap waktu dan keadaan. Juga Allah Ta’ala telah menjanjikan kebaikan yang banyak bagi yang mengamalkannya. Dan diantara dzikir  yang sangat dianjurkan adalah berupa dzikir pagi dan dzikir petang. 

Semoga Allah Ta’ala memberikan kekuatan kepada kita untuk melakukan amal yang sangat baik ini. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.057)    

Selasa, 13 Juni 2017

KETIKA DATANG BERITA YANG MENAKUTKAN



KETIKA DATANG BERITA YANG MENAKUTKAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Belakangan ini amatlah sering kita mendengar atau membaca berita yang mungkin menakutkan atau untuk menakut nakuti kaum muslimin. Diantaranya dikatakan bahwa ekonomi kita akan dikuasai seluruhnya oleh asing dan aseng. Komunis mulai bangkit dan dalam waktu yang tidak terlalu akan menguasai negeri ini. Para ulama akan dikriminalisasi habis habisan dan yang lainnya. 

Ini adalah berita buruk bahkan bisa jadi membuat cemas  sebagian kaum muslimin. Berita ini meskipun belum tentu benar tapi memang harus kita waspadai.

Agar tidak merugikan kaum muslimin maka kita bisa melakukan sesuatu sehingga bisa membendungnya.  Diantaranya dan paling utama adalah kita perkuat iman, berserah diri kepada Allah dan selalu bermohon kebaikan kepada-Nya. Orang beriman tak pantas takut kepada musuh musuh Islam. Orang beriman memiliki Allah Yang Maha Perkasa yang dimohon pertolongan dan perlindungan-Nya.

Oleh karena itu jika datang berita menakutkan maka : (1)  Orang beriman akan semakin bertambah keimanannya. (2) Orang beriman tidak mendapat bencana tapi akan mendapat karunia yang besar. (3) Orang beriman tidak takut kepada musuh musuhnya dan hanya takut kepada Allah Ta’ala.

Sungguh Allah Ta’ala telah berfirman : “(Yaitu) orang orang (yang mentaati Allah dan Rasul-Nya) yang kepada mereka ada orang yang mengatakan, sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian. Karena itu takutlah kepada mereka. Maka perkataan itu MENAMBAH KEIMANAN MEREKA dan mereka menjawab :  Cukuplah Allah menjadi Penolong bagi kami dan Dia adalah sebaik baik Pelindung. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) besar dari Allah, MEREKA TIDAK MENDAPAT BENCANA apa apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka itu tidak lain adalah syaithan yang menakut nakuti (kalian) dengan kawan kawannya. Karena itu JANGANLAH KALIAN TAKUT KEPADA MEREKA TETAPI TAKUTLAH KEPADAKU, jika kalian benar benar orang yang beriman”.  (Q.S Ali Imran 173-175).

Diantara perkara yang sangat dianjurkan bagi orang beriman ketika mendapat kabar yang buruk atau menakutkan, adalah memohon kepada Allah dengan mengucapkan : Hasbunallahu wa ni’mal Wakiil.

Dua diantara Rasul yang mulia,  dua Khalilullah yaitu kekasih Allah yang paling dekat dengan-Nya pernah mengucapkan kalimat ini ketika mendapat kesulitan.

Pertama : Nabi Ibrahim ‘alahis salam. Beliau mengucapkan kalimat ini pada saat akan dilemparkan oleh kaumnya kedalam api yang menyala nyala karena beliau menentang perbuatan mereka melakukan kesyirikan dengan menyembah patung.

Lalu seketika itu juga datang pertolongan Allah Ta’ala. Api yang secara asal adalah panas dan membakar ternyata menjadi dingin sehingga Nabi Ibrahim selamat. Allah Ta’ala berfirman : “Kami (Allah) berfirman : Wahai api !. Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim”. (Q.S al Anbiya’ 69). 

Kedua : Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam. Rasulullah mengucapkan kalimat ini pada saat datang kabar bahwa pasukan musuh telah berkumpul untuk menyerang beliau. 

Tentang hal ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari,  dari Ibnu Abbas dia berkata : “Cukuplah Allah bagi kami dan Allah adalah sebaik baik Pelindung” Nabi Ibrahim ‘alaihis salam membacanya ketika beliau dilemparkan ke dalam api dan Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam membacanya ketika kaumnya berkata kepada tentang pasukan yang musuh yang akan menyerang kaum muslimin yaitu sebagaimana disebutkan dalam surat  Ali Imran 173 diatas.

Imam Ibnul Qayyim berkata : Cukuplah Allah sebagai pelindung orang orang yang bertawakal kepada-Nya dan Pelindung orang yang berlindung kepada-Nya. Dialah yang mengamankan rasa takut orang yang takut dan Pengayom orang yang bernaung. Maka barangsiapa menjadikan-Nya sebagai pelindung, meminta tolong kepada-Nya dan bertawakal kepada-Nya serta memurnikan segalanya kepada-Nya, niscaya Allah akan menolongnya, melindungi, memelihara dan menjaganya. Barangsiapa takut dan bertakwa kepada-Nya niscaya Dia mengamankannya dari apa yang ia takutkan dan ia khawatirkan serta Dia akan mendatangkan manfaat yang dibutuhkannya. 

Selain itu orang muslim yang cerdas, ketika menerima berita maka sangatlah diajurkan untuk bersikap tenang dan mencari tahu perkaranya. Rasulullah bersabda : “Perlahan lahan (ketenangan) itu dari Allah sedangkan terburu buru adalah dari syaithan”. (H.R Abu Ya’la, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Tentang hadits ini, Syaikh Shalih al Fauzan berkata : Hendaknya perlahan lahan dalam menanggapi suatu perkara, tidak terburu buru, tidak tergesa gesa menghukumi orang.
Hendaknya tabaiyun sebagaimana firman Allah Ta’ala : Wahai orang orang yang beriman. Jika datang kepadamu seseorang yang fasik  membawa suatu  berita maka periksalah dengan teliti kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu”. (Q.S al Hujuraat 6). Lihat al Muntaqa min Fataawaa.

Begitulah sikap seorang yang beriman ketika menerima berita yang menakutkan yang juga  mungkin belum tentu benar. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.056)