Kamis, 29 September 2022

PERMOHONAN AMPUN MALAIKAT BAGI HAMBA ALLAH YANG SHALAT

 

PERMOHONAN AMPUN MALAIKAT BAGI HAMBA ALLAH YANG SHALAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Malaikat adalah makhluk yang suka mendoakan DAN MEMOHONKAN AMPUN bagi orang orang beriman ketika mereka melakukan berbagai kebaikan dan amal shalih. Diantaranya adalah doa dan permohonan ampun atau shalawat malaikat untuk hamba Allah yang terkait dengan shalat yang dilakukannya adalah :

Pertama : Orang yang shalat  di shaf awal. Abi Umamah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الأَوَّل قَالُوا: يَا رَسُوْلَ الله وَعَلَى الثَّانِي؟ قَالَ: إِنَّ الله وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الصَّفِّ الأَوَّل, قَالُوا: يَا رَسُوْلَ الله, وَعَلَى الثَّانِي؟ قَالَ: وَعَلَى الثَّانِ

Sesungguhnya Allah dan  malaikat-Nya senantiasa bershalawat kepada orang yang berdiri pada shaf pertama. Mereka para sahabat bertanya : Wahai Rasulullah shaf yang kedua juga ?. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya senantiasa bershalawat kepada yang berdiri pada shaf pertama. Para sahabat berkata lagi : Wahai Rasulullah, shaf kedua juga. Lalu Nabi menjawab : Shaf kedua juga. (H.R Imam Ahmad,  dihasankan oleh Syaikh al Albani)

Kedua : Orang yang  shalat menyambung shaf. Aisyah berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ الله وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الَّذِيْنَ يَصِلُوْنَ الصُّفُوْفِ وَمَنْ سَدَّ فُرْجَةً رَفَعَهَا الله بِهَا دَرَجَ

Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang menyambung atau merapatkan shaf. Dan barangsiapa yang menutup suatu kelonggaran dalam shaf maka Allah akan mengangkatnya satu derajat. (HR.Ibnu Majah 995 dan dishahihkan oleh syaikh Albani dalam at-Targhib wa at-Tarhib 1/200)

Ketiga : Orang yang masih berada di tempat shalatnya. Abu Hurairah berkata,  sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الْمَلَاءِكَةُ تُصَلَّيِ عَلَى أَحَدِكُمْ ما دَامَ فِي مُصَلَّاهُ الَّذِي صَلَّى فِيهِ ، مَا لَمْ يُحْدِثْ ، تَقُولُ : الَلّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ ، اَللّهُمَّ ارْحَمْهُ


Malaikat mendoakan salah seorang dari kalian selama dia berada di tempat shalatnya di mana yang mengerjakan shalat padanya, selama dia tidak berhadats, malaikat berkata : Ya Allah, ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Tentang hadits ini, Imam Ibnu Bathal berkata : Barangsiapa memiliki dosa yang banyak dan ingin agar Allah Ta'ala menggugurkannya tanpa keletihan hendaknya dia terus berada di tempat dia mengerjakan seelah shalat selesai untuk memperoleh doa yang banyak dan permohonan ampunan dari malaikat baginya.

Doa malaikat bagi orang yang duduk di tempat shalatnya (seusai shalat) berlangsung terus menerus selama orang itu duduk di tempat tersebut. Maka akan lebih dikabulkan. (Syarh Shahihuh Bukhari).

Kita memang berharap mendapat doa dan permohonan ampun dari malaikat  lebih mudah diijabah karena beberapa hal :

Pertama : Malaikat adalah hamba Allah yang mulia. Allah Ta'ala berfirman :

 بَلْ عِبَادٌ مُكْرَمُونَ

Sebenarnya mereka (para malaikat itu) adalah hamba hamba Allah yang dimuliakan. (Q.S al Anbiya' 26).

Imam Ibnu Katsir berkata : Malaikat adalah hamba hamba Allah Ta'ala yang dimuliakan di sisi-Nya pada kedudukan yang tinggi dan maqam yang luhur. Merekan berada dalam puncak ketaatan dalam ucapan dan perbuatan. (Tafsir Ibnu Katsir).

Kedua : Malaikat selalu taat dan jauh dari maksiat. Allah Ta'ala berfirman :

لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

…. Yang tidak duhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Q.S at Tahrim 6).

Ketiga : Malaikat sangat kuat ibadahnya. Allah Ta'ala berfirman :

 

وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَمَنْ عِنْدَهُ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلَا يَسْتَحْسِرُونَ

يُسَبِّحُونَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ

Dan milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. Dan (malaikat malaikat) yang di sisi-Nya tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak pula (merasa) letih. Mereka (malaikat malaikat) BERTASBIH TIDAK HENTI HENTINYA MALAM DAN SIANG. (Q.S al Anbiya’ 19-20)

Oleh karena itu beruntunglah hamba hamba Allah yang bisa mendapat doa dan permohonan ampun dari malaikat. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (2.761).   

 

Rabu, 28 September 2022

SHALAWAT DARI ALLAH DAN PARA MALAIKAT UNTUK ORANG BERSAHUR

 

SHALAWAT DARI ALLAH DAN PARA MALAIKAT UNTUK ORANG BERSAHUR

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Bersahur adalah salah satu bagian  dari perkara yang dilakukan oleh orang orang yang berpuasa. Sungguh makan sahur bukanlah sekedar memberi asupan gizi agar seseorang  lebih kuat secara fisik untuk berpuasa tetapi memiliki nilai yang JAUH LEBIH AGUNG dari itu.

Dan juga makan sahur memang tidaklah sesuatu yang diwajibkan tetapi ini termasuk sunnah Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam yang sangat baik untuk diamalkan. Imam an Nawawi berkata : Para ulama telah bersepakat tentang sunnahnya makan sahur dan bukan satu kewajiban. (Syarh Shahih Muslim).

Namun demikian, ketahuilah bahwa bersahur memiliki sangat banyak keutamaan. Diantaranya adalah mendapat shalawat dari Allah Ta'ala dan para Malaikat-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْنَ.

Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur. (H.R Ibnu Hibban dan ath Thabrani, dari Umar radiyallahu 'anhuma).

Dari Abu Sa’id al-Khudri ardhiyallahu anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

اَلسَّحُوْرُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوْهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ, فَإِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْنَ.”

Makan sahur adalah makanan yang penuh dengan keberkahan, maka janganlah engkau meninggalkannya, walaupun salah seorang di antara kalian hanya meminum seteguk air, karena sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur. (H.R Imam Ahmad).

Syaikh Ahmad ‘Abdurrahman al Banna memberikan komentar terhadap hadits ini : Shalawat Allah kepada mereka adalah kasih sayang-Nya kepada mereka, sedangkan shalawat para Malaikat kepada mereka adalah permohonan ampun untuk mereka, maka siapa saja yang tidak sahur, ia terhalang dari rahmat Allah Azza wa Jalla dan dari permohonan ampun para Malaikat untuk mereka pada waktu tersebut. (Dari Bulungul Amaani).

Selain itu, ketahuilah bahwa    Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menjelaskan kepada kita umat beliau bahwa DALAM SAHUR ADA BERKAH. Beliau bersabda : 

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِى السَّحُورِ بَرَكَةً

Makan sahurlah, karena di dalam (makanan) sahur itu terdapat keberkahan. (Muttafaq ‘alaih).

Selain itu, diriwayatkan pula dari  Abu Sa’id al Khudri, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

السَّحُورُ أَكْلُهُ بَرَكَةٌ فَلَا تَدَعُوهُ وَلَوْ أَنْ يَجْرَعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ

Makan sahur adalah berkah maka janganlah kalian meninggalkannya meskipun salah seorang di antara kalian hanya minum seteguk air. (H.R Imam Ahmad, hadits Hasan)

Oleh karena itu hamba hamba Allah yang banyak berpuasa akan banyak pula  bersahur sehingga mendapat banyak pula kebaikan yang dimaksud pada hadits diatas yaitu shalawat dari Allah Ta'ala, shalawat dari Malaikat dan keberkahan dari sahurnya.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (2.760).

Selasa, 27 September 2022

HAMBA ALLAH TAK BOLEH MENGABAIKAN AL QUR AN SEDIKITPUN

 

HAMBA ALLAH TAK BOLEH MENGABAIKAN AL QUR AN SEDIKITPUN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, al Qur an adalah kitab yang diturunkan Allah Ta'ala sebagai petunjuk bagi orang orang bertakwa. Allah Ta'ala menjelaskan perkara ini dalam firman-Nya :

ذٰلِكَ الْكِتٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيْهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِيْنَۙ 

Kitab (al Qur an) ini tidak ada keraguan padanya, PETUNJUK bagi mereka yang bertakwa. (Q.S al Baqarah 2).

Syaikh as Sa'di berkata : Maka orang orang bertakwa mengambil manfaat dengan ayat ayat al Qur an dan ayat ayat penciptaannya. Dan juga hidayah atau petunjuk itu ada dua macam : (1) Hidayah sebagai penjelasan dan (2) Hidayah taufik. Dan orang orang bertakwa mendapat kedua hidayah ini. Selain mereka tidak mendapatkan HIDAYAH TAUFIK. Hidayah PENJELASAN TANPA ADANYA HIDAYAH TAUFIK kepada pengamalannya bukan merupakan hidayah secara hakiki dan sempurna. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam pernah mengeluh tentang orang orang yang mengabaikan al Qur an, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta'ala :

وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَٰرَبِّ إِنَّ قَوْمِى ٱتَّخَذُوا۟ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ مَهْجُورًا

Dan (Rasululullah) berkata : Yaa Rabb-ku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan al Qur an ini diabaikan. (Q.S al Furqan 30).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan tentang hujranu Qur an atau orang orang yang mengabaikan al Qur an. Beliau berkata : (1) Tidak mempelajari dan tidak menghafalnya termasuk hujranul Qur an. (2) Tidak mengimani dan tidak membenarkannya termasuk hujranul Qur an. (3) Tidak mentadaburi dan tidak memahaminya termasuk hujranul Qur an. (4) Tidak mengamalkan dan tidak menjalankan perintah perintah dan tidak menjauhi larangan larangannya termasuk hujranul Qur an. (5) Berpaling dari al Qur an, dengan lebih tertarik kepada syair syair ucapan manusia, nyanyian atau jalan hidup dari selainnya termasuk hujranul Qur an. (Tafsir Ibnu Katsir).

Tentang surat al Furqan ayat 30 ini, Syaikh as Sa'di berkata : " telah menjadikan al Qur an ini sesuatu yang diabaikan". Maknanya adalah : Mereka telah berpaling darinya, mengabaikan dan meninggalkannya. Padahal yang menjadi kewajiban mereka adalah patuh pada hukumnnya dan menerima aturan aturannya serta mengikutinya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Oleh karena itu hamba hamba Allah teruslah berupaya untuk sungguh sungguh mengambil manfaat dari al Qur an sehingga tidak terjatuh kepada SIKAP MENGABAIKAN, diantaranya adalah  : (1) Mau belajar membacanya. (2) Membiasakan diri untuk sering membacanya. (3) Mau mendengar dengan saksama ketika dibacakan. (4) Berusaha memahami makna maknanya. (5) Berusaha menghafalkannya. (6) Siap untuk   mengamalkannya. (7) Berusaha mengajarkan sesuai kemampuan.

Insya Allah ada manfaatnya bai kita semua. Wallahu A'lam. (2.759).

 

 

 

 

 

SEMUA ORANG BERIMAN SANGAT DIANJURKAN MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN

 

SEMUA ORANG BERIMAN SANGAT DIANJURKAN MENGAJAK KEPADA KEBAIKAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Allah Ta'ala telah menjelaskan bahwa hamba hamba-Nya yang beriman adalah bersaudara yaitu sebagaimana firman-Nya :

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ

Sesungguhnya orang beriman itu bersaudara (Q.S al Hujurat 10).

Syaikh as Sa’di berkata : (Ayat ini) adalah perjanjian yang ditunaikan Allah diantara sesama orang orang yang beriman. Siapapun orangnya yang berada dibelahan timur bumi ataupun barat yang beriman kepada Allah, Malaikat, kitab kitab-Nya, Rasulnya serta beriman kepada hari yang Akhir, maka ia adalah saudara bagi orang orang yang beriman lainnya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Sebagai konsekwensi dari persaudaraan adalah SALING MENGINGINKAN KEBAIKAN UNTUK SAUDARANYA. Diantaranya adalah saling tolong menolong, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman : 

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksa-Nya. (Q.S al Maidah 2).

Ketahuilah bahwa tolong menolong ini  diantaranya adalah diaplikasikan dalam bentuk mengajak saudara saudara sesama orang beriman untuk SELALU BERSEMANGAT DALAM MELAKUKAN KEBAIKAN YANG DISYARIATKAN. Diantara caranya adalah melalui nasehat baik lisan, tulisan dan perbuatan dan lainnya.

Lalu apa makna nasehat ?. : Nasehat adalah menginginkan kebaikan pada orang lain. Sebagaimana dikatakan al Khattabi rahimahullah : Nasehat adalah kalimat ungkapan yang bermakna memberikan kebaikan kepada yang dinasehati. (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam).

Selain itu ketahuilah bahwa nasehat adalah engkau suka jika saudaramu memiliki (kebaikan) apa yang engkau miliki. Engkau bahagia sebagaimana engkau ingin yang saudaramu bahagia. Engkau juga merasa sakit ketika saudaramu disakiti. Engkau bermuamalah (bersikap baik) dengan mereka sebagaimana engkau pun suka diperlakukan seperti itu. (Syarh Riyadhis Shalihin).

Sungguh, manusia akan terhindar dari kerugian ketika mereka mau  berbuat baik dengan saling memberi nasehat. Allah Ta'ala berfirman : 

  وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Demi masa. Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali  orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling MENASEHATI DALAM KEBENARAN dan saling menasehati dalam kesabaran. (Q.S al 'Ashr 1-3).

Selain itu ketahuilah bahwa hamba hamba Allah yang suka menasehati atau mengajak kepada kebaikan akan mendapatkan manfaat yang banyak, diantaranya adalah mendapat pahala seperti orang yang mengerjakannya. Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Barangsiapa yang MENUNJUKKAN KEPADA KEBAIKAN maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya. (H.R Imam Muslim).

Bahkan pahala orang yang diajak kepada kebaikan   tidak berkurang sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

Barangsiapa memberi petunjuk pada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikuti ajakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun juga. (H.R Imam Muslim)

Oleh karena itu, hamba hamba Allah hendaklah BERUSAHA DAN CERDAS MENGUNAKAN KESEMPATAN untuk mengajak orang lain kepada kebaikan. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.758).

 

 

 

 

 

 

 

Senin, 26 September 2022

NASEHAT SALAFUSH SHALIH TENTANG BERBICARA DENGAN TEMAN DUDUK

 

NASEHAT SALAFUSH SHALIH TENTANG BERBICARA DENGAN TEMAN DUDUK

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Manusia ditakdirkan Allah Ta'ala menjadi makhluk sosial yang butuh bergaul dengan sesama. Sehari hari kita melihat orang orang berkumpul, berbincang dan berbicara  dengan sesamanya dalam kelompok kecil maupun kelompok besar untuk berbagai keperluan.

Sungguh Islam, agama yang mulia ini telah mengajarkan umatnya tentang banyak adab dalam bergaul terutama sekali saling menghormati dan bahkan  saling tolong menolong dalam kebaikan. Allah Ta'ala berfirman :

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah sangat berat siksa-Nya. (Q.S al Maidah 2).

Ketahuilah, salah satu adab yang penting dalam bergaul adalah ADAB DALAM BERBICARA DENGAN TEMAN DUDUK. Para salafush shalih telah mengajarkan kepada kita tentang adab ini. Diantaranya kitab bisa  belajar dari  :

Pertama : Ibnu Abbas radhiallahu 'anhu. Beliau  berkata :  

Teman dudukku (teman bicara) mempunyai tiga hak yang menjadi kewajibanku : (1) Aku arahkan pandanganku padanya jika berbicara. (2) Aku luaskan tempat duduknya jika ia akan duduk. (3)  Aku dengarkan dengan  seksama jika ia berbicara. (Dari ‘Uyuunul Akhbaar).

Kedua : Al Imam Hasan al Bashri rahimahullah. Beliau berkata :

Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang lain : (1) Hendaknya engkau bersemangat mendengar melebihi semangat engkau berbicara. (2) Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. (3) Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain. (Dari al Muntaqa).

Lalu bagaimana dengan keadaan yang kita saksikan atau bisa jadi yang kita lakukan sehari hari di zaman ini. Ternyata kemajuan tekhnologi informasi telah menguras sebagian adab adab pokok dalam berbicara dengan teman duduk.

Sangatlah banyak manusia yang ketika berbicara dengan teman duduknya terlihat seperti tak peduli. Kenapa ?, karena ketika teman duduknya berbicara dia masih sangat serius dan fokus kepada alat komunikasi handphone dan semacamnya yang ada ditangannya.

Keadaan ini terjadi mungkin bisa dianggap sebagai suatu yang kurang sopan atau kurang adab. Bahkan akibat tidak fokus memperhatikan pembicaraan teman duduk maka besar kemungkinan pembicaraan tidak nyambung dan lebih parah lagi bisa mendatangkan salah paham dalam berkomunikasi.

Oleh karena itu ternyata bahwa adab dan akhlak  sangat dibutuhkan oleh setiap orang disemua waktu  dan keadaannya termasuk adab dalam berbicara dengan teman duduk.

Sebagai penutup tulisan ini, dinukil satu hadits dari Abdullah bin al 'Ash radhiyallahu 'anhuma, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يُزَحْزَحَ عَنِ النَّارِ وَيَدْخُلَ الْجَنَّةَ فَلْتَأْتِهِ مَنِيَّتُهُ وَهُوَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَلْيَأْتِ إِلَى النَّاسِ الَّذِى يُحِبُّ أَنْ يُؤْتَى إِلَيْهِ

Barangsiapa ingin dijauhkan dari neraka dan masuk ke dalam surga, hendaknya ketika dia mati dalam keadaan beriman kepada Allah, dan hendaknya DIA BERPRILAKU KEPADA ORANG LAIN SEBAGAIMANA DIA SENANG DIPERLAKUKAN OLEH ORANG LAIN. (H.R Imam Muslim).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (2.757).

 

 

 

 

 

Minggu, 25 September 2022

MENGIKUTI SUNNAH MENDATANGKAN CINTA ALLAH

 

MENGIKUTI SUNNAH MENDATANGKAN CINTA ALLAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

As sunnah menurut ulama salaf adalah petunjuk yang dilaksanakan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dan para sahabat beliau, baik tentang ilmu, keyakinan, perkataan dan perbuatan. (Syarah Aqidah Ahlussunnah, Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas).

Para muhadditsun (ulama pakar hadis) mendefinisikan sunnah sebagai segala hal yang disandarkan kepada Nabi, baik itu berupa perkataan, perbuatan, taqrir (ketetapan), maupun sifat perangai atau sifat fisik. Baik sebelum diutus menjadi nabi ataupun setelahnya. (Muslim.or.id).

Jadi, ketika seseorang mengamalkan dan mengikuti as sunnah maka hakikatnya adalah  mengikuti Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam. Sungguh Allah Ta'ala berfirman :

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Katakanlah (wahai Muhammad), Jika kamu (benar benar) mencintai Allah, IKUTILAH AKU, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa dosamu. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. (Q.S Ali Imran 31).

Syaikh as Sa'di berkata : Tanda tanda kecintaan kepada Allah Ta'ala adalah MENGIKUTI RASULULLAH SALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM dimana Allah Ta'ala menjadikan TINDAKAN MENCONTOH Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dan mengikuti segala yang diserukannya sebagai jalan kepada kecintaan-Nya dan keridhaan-Nya.

Oleh karena itu TIDAK AKAN DIPEROLEH kecintaan Allah dan keridhaan-Nya serta pahala-Nya kecuali dengan membenarkan apa yang dibawa oleh Muhammad Rasulullah berupa al Qur an dan as Sunnah dan mentaati perintah dan menjauhi larangan dari al Qur an dan as Sunnah.

Maka barangsiapa yang melakukan hal demikian niscaya Allah akan mencintainya, mengampuni dosa dosanya dan menutup aib aibnya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Jadi ketika seseorang mengamalkan as sunnah yaitu mengikuti Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam maka :

(1) Allah akan mencintai dan mengasihi dan mengampuni dosa dosanya, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 31 tersebut diatas.

(2) Sebagai jalan untuk menghindari perpecahan diantara umat yaitu sebagaimana sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :

فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَ فًا كَثِيْرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اْلمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِي، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Sesungguhnya barangsiapa hidup sesudahku niscaya dia akan melihat BANYAK PERSELISIHAN maka wajib atas kalian berpegang dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk sesudahku.

Berpeganglah kalian dengannya dan gigitlah ia dengan gigi gerahammu serta jauhilah oleh kalian perkara agama yang diada-adakan karena semua yang baru dalam agama adalah bid’ah dan semua bid’ah adalah sesat. (H.R Imam Ahmad, Abu Dawud,at Tirmidzi dan yang selainnya, disahihkan oleh Syaikh al Albani)

(3) Ketika seseorang mengikuti Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam berarti dia telah menghidupkan sunnah.  Yang demikian itu tu adalah salah satu cara mencintai beliau. Beliau bersabda :

 من أحيا سنتي فقد أحبني ومن أحبني كان معي في الجنة .

Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku maka dia telah mencintaiku. Barangsiapa mencintaiku maka dia akan bersamaku di surga. (H.R at Tirmidzi).

Oleh karena itu hamba hamba Allah hendaklah senantiasa mengikuti dan mengamalkan sunnah dalam semua keadaannya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (2.756)

 

 

  

Sabtu, 24 September 2022

PERKARA YANG MENGHALANGI MANUSIA MEMENUHI PERINTAH ALLAH

 

PERKARA YANG MENGHALANGI MANUSIA MEMENUHI PERINTAH ALLAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Di zaman ini kita menyaksikan SEBAGIAN MANUSIA  yang sepertinya terhalang untuk memenuhi panggilan Allah Ta'ala yaitu untuk melakukan amal shalih dan meninggalkan dosa dan maksiat. Padahal sungguh, melakukan amal shalih dan meninggalkan dosa karena takut kepada Allah adalah jalan paling lurus untuk keselamatan hidup di dunia dan di di akhirat kelak.

Dalam hal ini ada beberapa perkara sebagai penyebab, diantaranya adalah :

Pertama :  Tertipu oleh perhiasan dunia berupa harta dan jabatan.

Dunia dengan segala perhiasannya bisa menipu manusia dan melemahkan keimanannya sehingga menghalanginya dari memenuhi perintah Allah. Sungguh sangatlah banyak manusia yang seolah olah berlomba untuk mendapatkan harta dan jabatan yang terkadang menghalanginya  memenuhi perintah Allah Ta'ala.  

Apalagi di zaman ini yang penuh dengan fitnah dan ujian. Sungguh yang bisa selamat hanyalah orang orang yang mendapat keteguhan hati dalam iman. Allah Ta'ala berfirman :

وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

Dan janganlah engkau tujukan pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan dari mereka (sebagai) bunga kehdupan dunia, agar Kami uji mereka dengan (kesenangan) itu. Karunia Rabb-mu lebih baik dan lebih kekal. (Q.S Thaha 131).

Kedua : Tertipu oleh rayuan syaithan.

Salah satu penghalang manusia untuk memenuhi perintah Allah Ta'ala adalah rayuan dan tipu daya dari musuh manusia yang bernama  syaithan.  Allah Ta'ala  berfirman : 

إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَٱتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُوا۟ حِزْبَهُۥ لِيَكُونُوا۟ مِنْ أَصْحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ

Sungguh syaithan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala nyala. (Q.S Faatir 6). 

Syaikh as Sa’di berkata : Maksudnya adalah agar permusuhan syaithan terhadap kalian (haruslah)  menjadi perhatian. Janganlah kalian meremehkan serangannya yang bisa terjadi setiap waktu. Dia bisa melihat kalian dan kalian tidak bisa melihatnya dan dia selalu mengintai kalian. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Kalau kita perhatikan keadaan sebagian besar manusia memang tersesat diantaranya adalah karena perbuatan syaithan yang menggelincirkannya dari jalan yang lurus. Dihalangi untuk memenuhi perintah Allah Ta'ala sebagaimana  firman-Nya :  

وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ

Dan sungguh, mereka (syaithan syaithan itu) benar benar menghalang halangi mereka dari jalan yang benar sedangkan mereka menyangka bahwa mereka telah mendapat petunjuk. (Q.S az Zukhruf 37).

Ketiga : Pengaruh teman dan lingkungan yang buruk.

Ketahuilah bahwa teman, apalagi teman akrab yang punya kelakuan tak baik bisa menghalangi  seseorang untuk memenuhi perintah Allah Ta'ala. Begitupun sebaliknya. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingatkan tentang hal ini dalam sabda beliau : 

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang akan mencocoki agama (atau kebiasaan) teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian. (H.R Abu Daud, at Tirmidzi dan Imam Ahmad dari Abu Hurairah, dihasankan oleh Syaikh al Albani).

Keempat : Tak nyaman dengan apa kata orang.

Ada sebagian saudara kita terhalang dan merasa berat melakukan perintah Allah Ta'ala karena tak nyaman bahkan takut dengan apa kata orang.  Seolah olah mati langkah dan terhalang melakukan kebaikan   karena memikirkan APA KATA ORANG.

Pada hal yang akan mereka lakukan itu adalah kebaikan yang disyariatkan, misalnya : (1) Seseorang yang sudah berumur lanjut terkadang merasa berat untuk belajar al Qur an. Takut APA KATA ORANG. (2) Seseorang yang merasa masih awam dalam agama, tak mau menempati shaf pertama ketika shalat di masjid. Takut APA KATA ORANG. (3) Seseorang ingin memelihara jenggot mengikuti sunnah, tapi masih merasa berat. Takut APA KATA ORANG. (4) Seseorang yang ingin menutup aurat dengan memakai jilbab yang syar’i tapi masih merasa berat. Takut APA KATA ORANG. 

Sungguh dalam memenuhi perintah Allah Ta'ala kita tak mesti mencari ridha manusia. Jangan terganggu dengan apa kata orang. Sungguh ridha Allah yang harus dicari dan  diutamakan.

Imam asy Syafi’i berkata : Mendapatkan keridhaan semua orang adalah suatu tujuan yang tak mungkin dicapai. Tidak ada jalan untuk selamat dari mereka. Cukuplah bagimu untuk menekuni hal hal yang bermanfaat bagimu. (Siyar A’lam an Nubala’).

Sungguh Allah Ta'ala berfirman :

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang  orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). Q.S al An’am 116

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam.(2.755).

 

 

 

  

   

 

Jumat, 23 September 2022

IMAN SESEORANG BISA BERKURANG SAMPAI SEBESAR BIJI SAWI

 

IMAN SESEORANG BISA BERKURANG SAMPAI SEBESAR BIJI SAWI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh nikmat utama bahkan paling utama yang dianugerahkan Allah Ta'ala kepada hamba hamba-Nya adalah NIKMAT IMAN yaitu iman yang mendatangkan rasa takut dan berharap kebaikan kepada-Nya. Dan juga IMAN YANG MELAHIRKAN AMAL SHALIH.

Ketahuilah bahwa tentang iman ada dijelaskan oleh Dr. Shalih Fauzan al Fauzan,  sebagaimana beliau katakan :  Imam adalah ucapan dengan lisan, i'tikad atau pembenaran dengan hati dan amal dengan anggota badan yang BERTAMBAH DENGAN KETAATAN DAN BERKURANG DENGAN KEMAKSIATAN. Inilah definisi yang shahih yang bersumber dari al Qur an dan as Sunnah. (Syarah Matan al Aqidah ath Thahawiyah).

Ada beberapa dalil yang menjelaskan bahwa iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang, diantaranya :

Pertama : Dalam surat al Anfal 2. Allah Ta'ala berfirman :

وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Rabb-lah mereka bertakwa.

Kedua : Dalam surat at Taubah 124. Allah Ta'ala berfirman :

فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا 

Adapun orang orang beriman maka surat ini menambah imannya.

Ketiga : Dalam surat al Muddatstsir 31). Allah Ta'ala berfirman :

وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا ۙ

… supaya orang beriman bertambah imannya.    

Sungguh, bahwa iman yang dan amal shalih akan menyelamatkan hamba hamba Allah di dunia dan di akhirat kelak. Allah Ta'ala berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Barangsiapa yang beramal saleh, laki laki atau perempuan sedangkan dia beriman, akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik. Dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S an Nahal 97).

Imam Ibnu Katsir berkata : Inilah janji dari Allah Ta’ala bagi orang yang mengerjakan amal shalih, yaitu amal yang mengikuti al Qur an dan as Sunnah, baik laki laki maupun wanita yang hatinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Amal yang diperintahkan itu telah disyariatkan dari sisi Allah, yaitu Dia akan memberinya kehidupan yang baik di dunia  dan memberikan balasan di akhirat kelak dengan balasan yang lebih baik dari pada apa yang telah dikerjakannya. (Tafsir Ibnu Katsir).

Allah Ta’ala juga mengingatkan dalam  firman-Nya : 

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ

Sungguh orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih mereka akan mendapat surga yang mengalir di bawahnya sungai sungai. Itulah kemenangan yang agung. (Q.S al Buruj 11).

Oleh karena itu, hamba hamba Allah hendaklah MENJAGA DENGAN SUNGGUH AGAR IMAN YANG KOKOH TETAP BERADA DALAM DIRI. Sungguh sangat berbahaya bagi kehidupan seseorang di dunia dan di akhirat kelak jika imannya berkurang karena banyak melakukan maksiat.

Memang semua orang beriman, dengan kasih sayang Allah akan masuk surga. Tetapi ketika imannya berkurang sampai sebesar biji sawi maka seseorang akan masuk surga setelah dosa dosanya dihapus yaitu DIBAKAR DENGAN API NERAKA. Rasulullah Salalallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

أُخْرِجُوا مِنَ النَّارِ مَن كانَ في قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إيمَانٍ

Keluarkanlah dari neraka siapa saja yang dalam hatinya masih ada iman seberat biji sawi. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abu Said al Khudri).

Wallahu A'lam. (2.754).