Minggu, 28 Februari 2021

MENUTUP HIDUP DENGAN KALIMAT TAUHID TANDA HUSNUL KHATIMAH

 

MENUTUP HIDUP DENGAN  KALIMAT TAUHID TANDA HUSNUL KHATIMAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Husnul khatimah atau akhir hidup yang baik sangat didambakan dan dicari oleh hamba hamba Allah. Sungguh itu adalah keadaan yang menggembirakan dan tanda kebaikan.

Syaikh al Albani, dalam Ahkam Jana’iz, menyebutkan 19 macam tanda seseorang wafat dalam husnul khatimah. Satu diantaranya adalah mengucapkan : LAA ILAHA ILLA ALLAH (tidak ada yang berhak disembah selain Allah).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menjelaskan hal ini dalam sabda beliau :

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ دَخَلَ الجَنَّةَ

Barangsiapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal dunia adalah laa ilaha illa Allah, maka dia akan masuk surga.  (HR. Abu Dawud).

Dalam satu hadits dari Huzaifah bin Yaman, bahwa Rasulullah Salallhu ‘alaihi Wasallam bersabda :

مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَ اللهُ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ صَامَ يَوْمَنْ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ ابْتِغَاءَ وَجْهِ اللهِ خُتِمَ لَهُ بِهَا ، دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang mengucapkan Laa Ilaaha illa Allah, dia mengucapkannya karena mengharap wajah Allah lalu dia berakhir hidupnya dalam keadaan seperti itu maka dia masuk surga. Barangsiapa yang berpuasa suatu hari karena mengharap wajah Allah lalu dia berakhir hidupnya dalam keadaan seperti itu maka dia pasti masuk surga.

Dan barangsiapa yang bersedekah dengan suatu sedekah karena mengharap wajah Allah lalu berakhir hidupnya dalam keadaan seperti itu maka dia pasti masuk surga. (H.R Imam Ahmad).

Sepintas terasa (?) mudah untuk menghafal dan mengucapkan kalimat ini. Tetapi sungguh tidaklah seperti yang dibayangkan sebagian orang. Apa lagi saat sakaratul maut. Biasanya fisik sangat lemah sementara itu syaithan mendampingi pula dan ingin mengelincirkan.

Ketahuilah bahwa jika seseorang menjalani hidupnya dengan berbagai keburukan dan jauh dari Allah Ta’ala maka saat sehatpun dia sulit atau bahkan hampir tak pernah mengucapkan kalimat tauhid. Lalu saat mengalami sakaratul maut akan sangat sulit mengucapkannya meskipun dibimbing oleh orang yang hadir saat itu.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata : Sesungguhnya dosa, maksiat dan syahwat adalah sebab yang menggelincirkan manusia saat kematiaanya, ditambah lagi dengan godaan syaithan. Jika maksiat dan godaan syaithan terkumpul, ditambah lagi dengan lemahnya iman, maka sungguh sangat mudah berada dalam su'ul khotimah (akhir hidup yang buruk). Lihat Al Bidayah wa Nihayah.

Ada beberapa riwayat tentang orang orang yang tak mampu mengucapKan kalimat tauhid saat sakaratul maut padahal dibimbing oleh orang yang hadir disampingnya Imam Ibnul Qayyim berkata : Ada sejumlah orang yang sedang dijemput maut dibimbing untuk mengucapkan kalimat Laa ilaha illa Allah, (ternyata) :

(1) Ada yang menjawab : Ah, ah aku tidak bisa mengucapkannya.

(2) Ada pula yang justru membantah dan berkata : Apa yang kalian ucapkan itu tidak akan bermanfaat untukku sebab aku telah melakukan segala macam kemaksiatan. Setelah itu dia meninggal tanpa mengucapkan dua kalimat syahadat.

(3) Ada pula yang menjawab : Kalimat itu tak bermanfaat bagiku. Aku sendiri tidak ingat apakah aku pernah melakukan shalat untuk Allah meskipun hanya sekali.

(4) Saya pernah diberitahu oleh orang yang pernah menyaksikan sakaratul maut seorang pengemis. Menjelang ajalnya, pengemis tersebut terus berkata : Recehannya, demi Allah, recehannya … , hingga akhirnya meninggal.

(5) Saya diberi tahu oleh sebagian pedagang bahwasanya ketika ada kerabatnya mengalami sakaratul maut dan ditalqin atau dituntun dengan kalimat Laa ilaha illa Allah, dia malah berkata : Barang ini murah, barang ini bagus, barang ini begini dan begitu …, hingga akhirnya dia meninggal.

Beliau juga berkata : Bagaimana mungkin taufik untuk husnul khatimah akan didapat seseorang yang : (1) Hatinya lalai dari dzikir kepada Allah Ta’ala. (2) Selalu mengikuti hawa nafsunya. (3) Dan keadaannya yang melampaui batas.

Sungguh, orang yang hatinya lalai dari mengingat Allah Ta’ala sangat jauh dari husnul khatimah, tertawan oleh syahwatnya, lisannya kering dari dzikir kepada-Nya. Anggota tubuhnya tidak mentaati perintah Allah Ta’ala bahkan dia selalu sibuk dengan maksiat. (Ad Daa’ wad Dawaa’).

Oleh karena itu, hamba hamba Allah mari sama sama kita perkokoh iman kita, kita perbanyak beribadah untuk mendapatkan ridha dan pahala dari Allah Ta’ala. Dan juga kita perbanyak doa agar diwafatkan dalam husnul khatimah. Diantaranya adalah :

اَللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِيمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيهِ

Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku adalah umur yang terakhirnya, sebaik-baik amalku adalah amal-amal penutupannya dan sebaik-baik hariku adalah hari saat aku menghadap-Mu. (H.R ath Thabrani).

اللهم إني أسألك حسن الخاتمة

Ya Allah aku memohon kepada-Mu (diwafatkan dalam) husnul khatimah

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.248)

 

 

 

 

 

TERTIB SHALAT SUNNAH RAWATIB DAPAT RUMAH DI SURGA

 

TERTIB SHALAT SUNNAH RAWATIB DAPAT RUMAH DI SURGA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Apa yang dimaksud dengan shalat sunnah rawatib ?. Shalat sunnah rawatib  yaitu shalat shalat yang dilakukan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dan dianjurkan bersama shalat wajib, baik sebelum maupun sesudahnya. Ada yang mendefinisikannya dengan shalat sunnah yang mengikuti shalat wajib. (Shahih Fiqih Sunnah).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : (Shalat sunnah rawatib) Yaitu shalat yang TERUS DILAKUKAN secara kontinyu yang mendampingi shalat fardhu. (Asy Syahr al Mumti’).

Kalau kita perhatikan di zaman ini ada sebagian saudara saudara kita yang sepertinya merasa berat melaksanakan shalat sunnah rawatib ini. Bahkan ada yang berniat shalat sunnah rawatib qabli’ya zhuhur misalnya, tapi tak bisa dilaksanakan karena sering  terlambat datang ke masjid.  

Ada juga saudara kita yang ketika selesai melaksanakan shalat fardhu yang ditandai dengan salam lalu mereka langsung berdiri untuk melanjutkan urusan dunianya.  Bahkan ada pula yang tak sempat membaca dzikir setelah shalat apalagi dzikir pagi ataupun dzikir petang.

Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam beserta sahabat, ulama terdahulu serta orang orang shalih dari zaman ke zaman senantiasa mengamalkan ibadah ini. Sungguh shalat sunnah rawatib ini memiliki banyak keutamaan yang disediakan  bagi hamba hamba Allah Ta’ala yang  istiqamah atau tertib  mengamalkannya. Satu diantara keutamaannya adalah  dibangunkan rumah  di surga.

Dari Ummu Habibah radhiyallahu ‘Anha, berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

Siapa yang shalat 12 rakaat shalat sunnah rawatib) dalam sehari semalam niscaya dibangunkan untuknya rumah di surga. (H.R Imam Muslim).

Shalat 12 raka’at yang dimaksud adalah empat rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua raka’at sesudah maghrib, dua rakaat setelah ‘isya, dan dua rakaat sebelum shubuh sebagaimana yang terdapat dalam hadits Aisyah dalam Sunan at Tirmidzi dan Ibnu Majah.

Sungguh rumah di surga tak bisa dibanding dengan rumah di dunia. Paling tidak ada dua hal.

Pertama : Rumah di   dunia, sebesar dan semewah  apapun hanya bisa ditempati paling lama antara 60 -70 tahun atau sedikit lebih dari itu. Rumah di  akhirat kelak adalah untuk selama lamanya, abadi tak pernah berakhir karena hari akhirat itu kekal. Allah berfirman : 

جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ

Balasan mereka di sisi Rabb mereka adalah surga ‘Adn yang mengalir dibawahnya sungai sungai. Mereka kekal di dalamnya selama lamanya. (Q.S al Baiyinah 8).    

Kedua : Rumah di dunia dibangun oleh manusia yang sifatnya lemah dan serba kekurangan. Umumnya memakai batu bata, pasir. semen, genteng dan keramik  serta material lainnya. Sungguh rumah di  akhirat tak terkira hebatnya karena diciptakan oleh Allah Ta’ala Yang Mahakaya.

Abu Hurairah berkata bahwa kami pernah bertanya  kepada Rasulullah Salallahu ‘alahi Wasallam tentang bangunan surga. Beliau bersabda :

لبنه من فضّة لبنة من ذهب و ملاطها المسك الأذفر وحصباؤها اللّؤلؤ والياقوت وتربتها الزّعفران

Surga itu bangunannya tersusun dari bata yang terbuat dari emas dan perak. Adukan semennya adalah campuran misk al adzfar. Batu kerikilnya adalah permata dan yaqut dan pasirnya za’faran. (H.R Imam Ahmad dan at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Oleh sebab itu hamba hamba Allah berusaha melaksanakan shalat sunnah rawatib dengan tertib dan merasa sangat sedih juga tak mengamalkannya. Wallahu A’lam. (2.247).

 

 

Jumat, 26 Februari 2021

JAUHKAN DIRI DARI PERUSAK DAN PEMBATAL AMAL

 

JAUHKAN DIRI DARI PERUSAK DAN PEMBATAL AMAL

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap saat, kita hamba hamba Allah berusaha melakukan amalan yang fardhu dan berusaha pula melakukan amalan sunnah yang disyariat. Sungguh amalan amalan shalih yang kita lakukan itu DENGAN LANDASAN IMAN adalah untuk mencari ridha Allah agar diselamatkan diri kita di dunia dan TERUTAMA SEKALI DI AKHIRAT KELAK. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ اللَّهَ يُدْخِلُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ

Sungguh, Allah akan memasukkan orang orang yang BERIMAN DAN MENGERJAKAN AMAL SHALIH ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai sungai. (Q.S Muhammad 12)

Bahkan Allah Ta’ala akan memberi surga yang paling tinggi yaitu surga Firdaus, sebagaimana firman-Nya :

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا

Sungguh, orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih untuk mereka disediakan surga Firdaus sebagai tempat tinggal.  (Q.S al Kahfi 107).

Namun demikian, sungguh amal amal shalih yang kita lakukan haruslah selalu DIJAGA DARI SEGALA SESUATU YANG MEMBATALKAN DAN YANG MERUSAKNYA. Ketika amal shalih kita batal atau rusak maka  kita bisa binasa di akhirat. Na’udzubillah.

Ketahuilah, sangat banyak hal harus yang bisa membatalkan dan merusak amal shalih yang telah kita kerjakan, diantaranya yang utama adalah :

Pertama : Perbuatan syirik atau menyekutukan Allah Ta’ala.

Inilah pembatal dan perusak amal paling puncak. Allah Ta’ala berfirman :

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

بَلِ ٱللَّهَ فَٱعْبُدْ وَكُن مِّنَ ٱلشَّٰكِرِينَ

Dan sungguh, telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi nabi) yang sebelummu : Sungguh jika engkau mempersekutukan (Allah) niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah engkau termasuk orang yang rugi. Karena itu hendaklah Allah saja yang engkau sembah dan hendaklah engkau termasuk orang yang bersyukur. (Q.S az Zumar 65-66).

 

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

 

Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (Q.S al An’am 88).

 

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam mengajarkan doa berlindung dari kesyirikan dan tentu sangat baik untuk diamalkan. 

 

وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ   اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ

 

Ya Allah !.  Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan  yang menyekutukan-Mu sedangkan aku mengetahuinya dan aku memohon ampun kepada-Mu atas dosa dosa yang tidak aku ketahui. (H.R Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad).

Kedua : Riya dan beramal dengan tujuan dunia.

 

Ketahuilah bahwa perbuatan riya adalah akan menghilangkan nilai pahala dari amal shalih yang dilakukan seseorang. Allah Ta’ala berfirman :

 

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَىٰ كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۖ

 

Wahai orang-orang yang beriman !. Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. (Q.S al Baqarah 264).

 

Termasuk pula dalam perkara yang bisa menghapus amal seseorang adalah beramal untuk tujuan atau niat mendapat dunia. Baik dari segi harta, jabatan dan yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman:

 

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

 

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka. Dan sia sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan TERHAPUSLAH APA YANG TELAH MEREKA AMALKAN. (Q.S Huud 15-16).

 

Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : (Riya adalah) Dia melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala hanya ingin mengambil perhatian orang lain dan agar mendapat nama di tengah tengah masyarakat, bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ia bersedekah karena ingin dikatakan dermawan, menyempunakan shalatnya agar orang mengatakan shalatnya bagus dan lain lain.

 

Seharusnya ibadah hanya untuk Allah akan tetapi menginginkan dengan itu pujian dari orang lain. Mereka mendekatkan diri kepada manusia dengan cara melaksanakan ibadah kepada Allah Ta’ala. Seperti inilah yang disebut riya’. (Tafsir Juz ‘Amma).

 

Ketiga : Melakukan ibadah menyelisihi Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam.

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengajarkan Islam ini kepada umatnya dengan lengkap dan sempurna. Oleh karena itu seseorang janganlah melakukan ibadah yang tidak ada tuntunan atau contohnya dari beliau. Tak baik mengada ada dalam ibadah. Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْه ِأَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa  beramal yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalannya tertolak. (H.R Imam Muslim)

Ketika seseorang yang berani membuat perkara perkara baru yang diada adakan dalam ibadah maka bukan hanya ibadahnya tertolak tetapi  Allah Ta’ala  mengancam dengan fitnah dan adzab yang pedih. Allah Ta’ala berfirman : 

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Hendaklah takut orang orang yang menyalahi (menyelisihi) perintahnya (yakni perintah Rasul) akan menimpa mereka fitnah atau menimpa mereka adzab yang sangat pedih. (Q.S an Nuur 63).

Ketahuilah bahwa hamba hamba Allah sangatlah dianjurkan untuk senantiasa berdoa terutama sekali dalam rangkaian dzikir pagi, yaitu doa yang diajarkan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam :

 اللَّهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ عِلْماً نَافِعاً، وَرِزْقاً طَيِّباً، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً  

Ya Allah !. Sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amalan yang diterima. (H.R Imam Ahmad dan Ibnu Majah, dishahihkan leh Syaikh al Albani).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.246).