Senin, 18 Maret 2024

BANYAK BERDOA DAN MOHON AMPUN DI 1/3 MALAM TERAKHIR

 

BANYAK BERDOA DAN MOHON AMPUN DI 1/3 MALAM TERAKHIR

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu sifat orang beriman  adalah selalu berdoa dan memohon ampun disetiap waktu dan keadaannya.

(1) Kenapa  orang beriman harus banyak berdoa ?, karena  sangat membutuhkan pertolongan Allah di setiap saat untuk mendapatkan kebaikan dan untuk dijauhkan dari kesulitan serta marabahaya. Sungguh Allah Ta'ala akan mengabulkan doa hamba hamba-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ

Dan Rabb-mu berfirman : Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan bagimu. (Q.S Ghafir 60) 

(2) Kenapa orang beriman harus banyak memohon ampun ?, karena banyak berbuat salah dan dosa kepada Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman dalam satu hadits qudsi :

يَا عِبَادِى إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ 

Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat dosa di malam dan siang hari. (H.R Imam Muslim).

Ketahuilah bahwa untuk berdoa dan memohon ampun sangatlah banyak kesempatan bahkan terus menerus ada. Tetapi sungguh ada waktu waktu yang istimewa yaitu saat saat doa di ijabah dan permohonan ampun dikabulkan.

Diantaranya adalah pada sepertiga malam terakhir. Perkara ini disebutkan dalam satu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

Rabb kita Tabarka wa Ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lalu Dia berfirman : Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan.

Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni. (H.R Imm Bukhari dan Imam Muslim).

Berkenaan dengan hadits ini para imam ahli Hadits menjelaskan :

(1) Imam an  Nawawi, beliau berkata : Pada waktu itu adalah waktu tersebarnya rahmat, banyak permintaan yang diberi dan dikabulkan, dan juga nikmat semakin sempurna kala itu.

(2) Imam Ibnu Hajar, beliau   menjelaskan hadits di atas : Doa dan istighfar atau permohonan ampun  di waktu sahur adalah diijabah. (Fathul Bari).

Oleh karena itu hamba hamba Allah senantiasa mengambil waktu di sepertiga malam terakhir ini untuk berdoa dan memohon ampun. Dan juga mengambil kesempatan yang baik ini untuk melakukan shalat lail.

Wallahu A'lam. (3.262)

 

 

Minggu, 17 Maret 2024

MENGIKUTI JALAN PARA SAHABAT MENDATANGKAN RIDHA ALLAH

 

MENGIKUTI JALAN PARA SAHABAT MENDATANGKAN RIDHA ALLAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh para sahabat yang terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar adalah GENERASI TERBAIK UMAT INI. Kebersamaan mereka bersama Nabi dan membela Islam adalah bukti keutamaan dan  tidak bisa ditandingi oleh generasi manapun. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  bersabda :  

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ

Sebaik baik manusia adalah pada masaku, kemudian orang yang setelahnya dan yang setelahnya. (H.R Imam Bukhari).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : Hadits hadits yang semakna dengan ini sangat banyak bahkan mencapai derajat mutawatir yaitu dalam (1) Menerangkan keutamaan sahabat (2) Pujian kepada mereka (3) Keutamaan generasi mereka dibandingkan yang setelahnya. Orang yang mencela sahabat berarti mencela al Qur an dan as Sunnah (Lihat Majmu’ Fatawa)

Allah Ta'ala menjelaskan tentang keutamaan para sahabat yaitu Muhajirin dan Anshar diantaranya adalah orang orang yang mendapat ridha Allah sebagaimana firman-Nya :

وَٱلسَّٰبِقُونَ ٱلْأَوَّلُونَ مِنَ ٱلْمُهَٰجِرِينَ وَٱلْأَنصَارِ وَٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُم بِإِحْسَٰنٍ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

Dan orang orang yang terdahulu lagi yang pertama tama (masuk Islam) di antara orang orang Muhajirin dan Anshar dan orang orang YANG MENGIKUTI MEREKA DENGAN BAIK, ALLAH RIDHA kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah.

Allah menyediakan bagi mereka surga surga yang mengalir di bawahnya sungai sungai sungai sungai. Mereka kekal di dalamnya selama lamanya. Itulah kemenangan yang agung. (Q.S at Taubah 100).

Dalam Kitab Tafsir al Muyassar disebutkan : Dan orang-orang yang mendahului orang-orang sejak pertama menuju keimanan kepada Allah dan rasulNya dari kalangan muhajirin yang berhijrah meninggalkan kaum mereka dan kerabat mereka, dan mereka berpindah menuju negeri Islam. Dan kaum Anshar yang menolong Rasulullah atas musuh-musuhnya dari orang-orang kafir, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dalam keyakinan, ucapan-ucapan mereka dan perbuatan-perbuatan dalam rangka mencari keridhaan Allah.

Mereka itulah orang-orang yang Allah meridhai mereka karena ketaatan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka ridha kepada Allah karena Dia melimpahkan pada mereka pahala atas ketaatan mereka dan keimanan mereka, dan menyiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawah istana-istana dan pohon-pohonnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamya selamanya. Itulah keberuntungan yang besar. (Kitab Tafsir dari Kementrian Agama Saudi Arabia)

Oleh karena itu hamba hamba Allah teruslah berusaha mengikuti cara cara beragama para sahabat. Semoga ridha Allah mendatangi kita semua.

Wallahu A'lam. (3.261)  

Sabtu, 16 Maret 2024

BERAMAL JANGAN KARENA MENGHARAPKAN DUNIA

 

BERAMAL JANGAN KARENA MENGHARAPKAN DUNIA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh orang orang yang beramal untuk  tidaklah dianjurkan. Dalam perkara ini Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam berfirman-Nya :

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S Hud 15-16).

Ayat ini menunjukkan tercelanya orang yang beramal karena berharap dunia. Diantara contohnya adalah ketika seseorang mengejar kebaikan hidup dunia agar DENGAN BERPUASA MENJADI  SEHAT maka  dia banyak berpuasa sunnah. Memang para dokter dimanapun  bersepakat bahwa berpuasa mendatangkan kesehatan fisik.

 

Tetapi sungguh merugi orang itu  karena niatnya mencari dunia maka di akhirat kelak dia tak mendapat apa apa dari ibadah puasanya. Paling baik adalah dia berpuasa dengan tujuan ibadah, mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala dan berharap pahala. Lalu Allah Ta'ala memberinya  kesehatan maka bersyukurlah kepada Allah Ta'ala.

Imam al Qurthubi rahimahullah berkata : Jika pendorong untuk beramal adalah dunia maka tidak menjadi ibadah, tetapi ia adalah maksiat. Bahkan bisa menjadi kufur yaitu syirik besar atau riya yaitu syirik kecil. Ini bila pendorongnya hanya dunia semata, bila tidak mendapat dunia tentu ia tidak akan beramal. (Lihat Al Mufhim).


Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Orang yang beramal shalih mengharapkan pahala dari Allah dan keridhaan-Nya, tetapi iapun mengharapkan dunia dari amalannya. Maka yang seperti dilihat mana yang lebih dominan :

 

– Jika yang lebih dominan adalah niat akheratnya, maka ia mendapat pahala.

– Jika yang lebih dominan adalah harapan dunia, maka ia mendapatkan dosa dan amalnya tidak diterima.

– Jika sama-sama kuat maka saling berguguran dan tidak mendapat pahala dan tidak juga dosa.  (Majmu’ Fatawa, Syaikh Utsaimin).

Oleh karena itu hamba hamba hendaklah selalu menjaga niatnya terutama dan paling untuk mengharap kebaikan akhirat dan kebaikan dunia akan mendatanginya. Wallahu A'lam. (3.260).

 

PERBANYAK BERDOA UNTUK KEDUA ORANG TUA

 

PERBANYAK BERDOA UNTUK KEDUA ORANG TUA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketahuilah, sungguh sangatlah banyak keutamaan yang diperoleh seorang anak jika berbuat baik atau berbakti kepada kedua orang tuanya, diantaranya :

(1) Sungguh keutamaan paling terdepan berbuat baik kepada orang tua adalah untuk MEMENUHI PERINTAH  Allah Ta’ala dalam banyak firman-Nya, diantaranya adalah :

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعۡبُدُوۤا۟ إِلَّاۤ إِیَّاهُ وَبِٱلۡوَ ٰلِدَیۡنِ إِحۡسَـٰنًاۚ

Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah BERBUAT BAIK KEPADA IBU BAPAK. (Q.S al Isra’ 23).

(2)  Bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah amal yang paling utama. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda  ketika menjawab pertanyaan Ibnu Mas’ud :

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ : اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ : قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ : بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ : قُلْتُ : ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ : اَلْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ 

Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah ? Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab :  Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya), BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA.   Jihad di jalan Allah. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Sungguh, semua anak memahami bahwa sangatlah banyak jalan dan cara untuk berbuat baik atau berbakti kepada orang tua. Satu diantaranya adalah PERBANYAK DAN TERUS MENERUS MENDOAKAN KEDUA ORANG TUA. Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : 

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

 

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan  DOA ANAK YANG SHALIH. (H.R Imam Muslim)

Diantara lafaz doa yang baik dan dianjrkan  untuk kedua orang tua adalah :

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

Wahai Rabb-ku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangi aku diwaktu aku kecil.

Ketahuilah jika seseorang medoakan orang tuanya lima  atau sepuluh kali sekali sehari nampaknya terlalu sedikit karena bukankah orang tua merawat kita di waktu kecil 24 jam sehari semalam. Oleh karena itu dianjurkan BAYAK BANYAK BERDOA untuk orang tua baik ketika orang tua masih hidup maupun sudah wafat. Diantara lafaz doa yang baik untuk kedua orang tua adalah :

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا

Wahai Rabb-ku, ampunilah aku dan kedua orang tuaku dan sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangi aku diwaktu aku kecil.

Wallahu A'lam. (3.259)

JAUHKAN DIRI DARI SIFAT SUKA DIPUJI

 

JAUHKAN DIRI DARI SIFAT SUKA DIPUJI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu tanda penyakit hati yang cukup berbahaya adalah memiliki sikap dipuji. Sungguh seorang hamba tidak akan mulia dengan pujian manusia Kalaupun ada kemuliaan cuma sangat kecil dan sementara. Kemulian yang hakiki hanya untuk orang orang yang bertakwa, sebagaimana firman Allah Ta'ala :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sungguh orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha mengetahui, Mahateliti. (Q.S al Hujuraat 13).

Syaikh as Sa'di berkata : Ukuran kemuliaan di antara mereka adalah takwa. Orang yang paling mulia di antara sesam adalah yang paling bertakwa kepada Allah Ta'ala, paling banyak melakukan ketaatan serta paling mampu mencegah diri dari kemaksiatan, bukan yang paling banyak kerabat serta kaumnya, bukan yang keturunannya paling terpandang. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Di zaman ini sebagian orang mencari kemuliaan dengan berharap pujian dari orang lain. Sungguh sifat dipuji TAK SEPATUTNYA DIPELIHARA oleh orang orang beriman karena bisa membahayakan dirinya.  Ketahuilah bahwa SIFAT SUKA DIPUJI ADALAH MUSUH SIFAT IKHLAS.

Imam Ibnul Qayyim berkata : Keikhlasan tidak dapat bersatu dengan salah satu dari dua  sifat yaitu (1) serakah atau tamak dan (2)  suka dipuji atau disanjung. Sifat ini tidak akan pernah bersatu dalam diri seseorang. Bagaimana mungkin air bersatu dengan api.  Biawak tentu tidak mungkin bersatu dengan ikan. Yang satu akan mematikan yang lainnya.

Beliau juga berkata : Untuk menghilangkan sifat suka dipuji atau disanjung, dapat dipermudah dengan meyakini : 

(1) Bahwa tidak ada seorangpun yang pujiannya bermanfaat bagi anda dan celaannya berbahaya bagi anda, kecuali jika Allah berkehendak.

(2) Bahwa tidak ada seorangpun yang pujiannya dapat menghiasi diri anda dan kecamannya dapat menjadikan cacat bagi anda, kecuali jika Allah berkehendak.

Oleh karena itu  abaikan saja pujian manusia yang tidak akan membuat anda menjadi mulia dan abaikan juga celaan manusia yang tidak akan menjadikan anda hina. (Fawaidul Fawaid, dengan diringkas).

Selain itu, ketahuilah bahwa Imam al Ghazali, dalam Kitab Ihya, menganggap pujian sebagai salah satu bahaya lisan. Bahayanya, kata beliau,  ada pada yang memberi pujian dan yang diberi pujian, diantaranya  :

(1) Seseorang yang memberi pujian cenderung berlebihan dalam memuji. Dia sebenarnya  tidak tahu semua keadaan orang yang dipuji. Bahkan ada  kemungkinan pula bahwa yang memuji tidak menyenangi orang yang dipuji, tapi memberi pujian karena mengharapkan sesuatu atau karena memiliki kepentingan. 

(2) Seseorang yang menerima pujian kadang kadang lupa diri, sehingga bisa jatuh pada ujub dan sombong dan ini adalah dua jenis penyakit yang berbahaya. Bisa juga terjadi bahwa yang dipuji berbesar hati dan merasa sudah lebih baik dari orang lain, sehingga melemahkan semangatnya untuk memperbaiki diri, (Dari Kiktab al Ihya).

Wallahu A'lam. (3.258)

 

 

 

 

 

Kamis, 14 Maret 2024

RASULULLAH MENGAMINKAN DOA MALAIKAT JIBRIL

 

RASULULLAH MENGAMINKAN DOA  MALAIKAT JIBRIL

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Diriwayatkan bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam ketika naik mimbar untuk berkhutbah pada satu hari Jumat di bulan Sya'ban beliau menyebut kalimat aamiin tiga kali : 

عن أبي هريرة  أن رسول الله صلى الله عليه و سلم رقي المنبر فقال : آمين آمين آمين فقيل له  يارسول الله ما كنت تصنع هذا ؟ ! فقال : قال لي جبريل : أرغم الله أنف عبد أو بعد دخل رمضان فلم يغفر له فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد أدرك و الديه أو أحدهما لم يدخله الجنة فقلت : آمين ثم قال : رغم أنف عبد أو بعد ذكرت عنده فلم يصل عليك فقلت : آمين  قال الأعظمي

Dari Abu Hurairah,  Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam naik mimbar lalu bersabda : Aamiin … aamiin … aamiin.

Para sahabat bertanya : Kenapa engkau berkata demikian wahai Rasulullah ?. Kemudian, beliau bersabda : Baru saja Jibril datang kepadaku dan berkata :  

(1) Allah melaknat seorang hamba yang melewati Ramadhan tanpa mendapatkan ampunan, maka kukatakan : Aamiin. 

(2)  Kemudian, Jibril berkata lagi : Allah melaknat seorang hamba yang mengetahui kedua orang tuanya masih hidup, namun itu tidak membuatnya masuk Jannah maka aku berkata : Aamiin.

(3) Kemudian, Jibril berkata lagi : Allah melaknat seorang hamba yang tidak bersalawat ketika disebut namamu. Maka kukatakan : Aamiin. (H.R Ibnu Khuzaimah dan Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih at Targhib).

Dari zhahir hadits ini kita dapat mengetahui bahwa (1)  Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam pernah mengaminkankan doa Malaikat Jibril. (2) Malaikat Jibril mendoakan laknat bagi tiga golongan. Ketahuilah bahwa sungguh orang orang beriman amat sangat takutnya kepada laknat Allah karena laknat  adalah bermakna DIJAUHKAN DARI RAHMAT ALLAH.

Oleh karena itu, orang orang beriman hendaklah memperhatikan sungguh agar dijauhkan dari laknat Allah. dan selalu bermohon agar selalu MENDAPAT RAHMAT YAITU KASIH SAYANG ALLAH TA'ALA demi keselamatan diri di dunia dan di akhirat kelak.

Wallahu A'lam. (3.257)  

 

 

 

 

 

 

 

 

  

Sabtu, 09 Maret 2024

HAMBA ALLAH MESTI BERBAIK SANGKA KEPADA RABB-NYA

 

HAMBA ALLAH MESTI BERBAIK SANGKA KEPADA RABB-NYA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketika menjalani kehidupan di dunia, berbagai keadaan akan mendatangi hamba hamba Allah  Ada saatnya  datang sesuatu yang membuat sedih, tidak nyaman. Adakalanya didatangi oleh keadaan yang menggembirakan, menyenangkan. Tetapi ketahuilah itu semua adalah sebagai ujian bagi hamba hamba Allah.  Allah Ta'ala berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

 

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.  (Q.S al Anbiya 35).

 

Dan juga Allah Ta'ala berfirman :

 

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui. (Q.S al Baqarah 216).

Ketahuilah, para ulama menjelaskan bahwa sangatlah banyak hikmah yang ada dalam surat al Baqarah ayat 216 ini. Diantaranya sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah berikut ini : Didalam ayat ini terkandung banyak hikmah diantaranya : (1) Apabila seorang hamba mengetahui bahwa sesuatu yang dibencinya terkadang justru mendatangkan sesuatu yang dicintanya. (2) Sesuatu yang dicintainya terkadang mendatangkan sesuatu yang dibencinya.

Nah, ketika seorang hamba terkadang didatangi sesuatu yang disenangi ataupun terkadang didatangi sesuatu yang tidak disenangi maka DALAM HAL INI MESTILAH HUSNUZHAN ATAU BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH TA'ALA. Sungguh segala sesuatu terjadi, tanpa terkecuali,  telah ditetapkan oleh Allah Ta'ala, sebagaimana firman-Nya :

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah (Muhammad). Tidak akan menimpa kami melainkan APA YANG TELAH DITETAPKAN ALLAH BAGI KAMI. (Q.S at Taubah 51).

Ketahuilah bahwa sungguh sangat banyak sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam yang mengingatkan kita semua agar senantiasa berbaik sangka kepada Allah Ta’ala :

Pertama : Hadits dari Abu Hurairah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman,

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى

Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku. (Muttafaqun ‘alaih).

Hadits ini mengajarkan bagaimana seorang muslim harus huznuzhon pada Allah dan memiliki sikap roja‘ (berharap) pada-Nya.

Mengenai makna hadits di atas, al Qadhi Iyadh berkata : Sebagian ulama mengatakan bahwa maknanya adalah Allah akan memberi ampunan jika hamba meminta ampunan. Allah akan menerima taubat jika hamba bertaubat. Allah akan mengabulkan doa jika hamba meminta. Allah akan beri kecukupan jika hamba meminta kecukupan. Ulama lainnya berkata maknanya adalah berharap pada Allah dan meminta ampunannya (Syarh Shahih Muslim).

Kedua : Hadits dari Watsilah bin al Asqa’

Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya dari Watsilah bin Asqa’ radhiallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ؛ فَلْيَظُنَّ بِي مَا شَاءَ

Allah Azza wa Jalla berfirman : Aku tergantung persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Silahkan dia bersangka kepadaku dengan apa yang ia inginkan.

Hadits ini dipertegas dalam riwayat dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman :

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، إِنْ ظَنَّ بِيْ خَيْرًا فَلَهُ، وَإِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ.

Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berbaik sangka, maka ia akan mendapatkan kebaikan. Jika berprasangka buruk, maka ia mendapatkan keburukan. (H.R Imam Ahmad).

Syaikh Muhammab bin Shalih al Utsaimin mengatakan : Bahwa Allah akan berbuat mengikuti prasangkaan para hamba-Nya terhadap diri-Nya,  apabila ia berprasangka baik, maka Dia akan melakukannya (sesuai prasangkaan baik itu), dan jika ia berprasangka buruk maka Dia juga akan melakukannya (sesuai prasangkaan buruk itu). (Syarh Riyadhus Shalihin).

Nah, ketika seorang hamba yang sangat menginginkan kebaikan maka baik sangkanya kepada Allah Ta’ala haruslah diikuti kebaikan atau amal shalih. Ketahuilah bahwa diantara tanda  seseorang hamba berbaik sangka kepada Rabb-nya adalah dengan memperbagus amalnya dan bersungguh sungguh dalam melakukan ketaatan. 

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Imam Hasan al Bashri berkata : Sesungguhnya seorang beriman berbaik sangka kepada Rabb-nya sehingga dia membaguskan amalannya. Seorang pendosa, dia berburuk sangka kepada Rabb-nya sehingga diapun berbuat keburukan.

Syaikh Shalih al Fauzan berkata : Prasangka yang baik kepada Allah seharusnya disertai meninggalkan kemaksiatan. Kalau tidak, maka itu termasuk sikap merasa aman dari azab Allah. Jadi,  prasangka baik kepada Allah harus disertai dengan melakukan sebab datangnya kebaikan dan sebab meninggalkan kejelekan, itulah pengharapan yang terpuji.

Sedangkan prasangka baik kepada Allah dengan meninggalkan kewajiban dan melakukan yang diharamkan, maka itu adalah pengharapan yang tercela. Ini termasuk sifat merasa aman dari murka Allah. (Al Muntaqa min Fatawa Syaikh al Fauzan).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Semestinya bagi seorang hamba untuk berprasangka baik kepada Allah. Ketika berdoa, ia berprasangka baik, bahwasanya Allah akan mengabulkan doanya.

Dan ketika beribadah kepada Allah, sesuai dengan syariat-Nya, maka ia berprasangka baik bahwa Allah akan menerima ibadahnya. Dan apabila tertimpa kesulitan, maka ia berprasangka baik bahwa Allah akan menghilangkan kesulitannya. Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:


وَاعْلَمْ إِنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبْرِ، وَأَنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأََنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً

Dan ketahuilah bahwa pertolongan (Allah) itu datang dengan kesabaran, dan kelapangan itu datang setelah kesulitan, dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan (jalan keluar). Syarh Aqidah al Wasithiyyah.

Ibnu Mas’ud berkata: Demi Dzat yang tidak ada sesembahan selain-Nya tidaklah seseorang diberi pemberian yang paling baik daripada prasangka baiknya kepada Allah. Demi Dzat yang tidak ada sesembahan  selain-Nya. Tidaklah seorang hamba berbaik sangka kepada Allah melainkan Allah akan memberikan apa yang menjadi prasangkanya. Hal itu karena kebaikan ada ditangan Allah (Kitab Husni azh Zhan, Ibnu  Abi Dun-ya).

Oleh karena itu hamba hamba Allah mengedepankan BAIK SANGKA KEPADA ALLAH TA'ALA DALAM BERBAGAI KEADAAN dan mengikuti dengan amalan amalan shalih. Semoga Allah Ta'ala mendatangkan kebaikan yang banyak.  Wallahu A'lam. (3.256)