Senin, 29 November 2021

MENDAPAT KELAPANGAN RIZKI DENGAN MEMBANTU KAUM DHU'AFA

 

MENDAPAT KELAPANGAN RIZKI DENGAN MEMBANTU KAUM DHU’AFA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Diantara perkara yang sangat dianjurkan terhadap hamba hamba Allah adalah membantu kaum dhu’afa yang membutuhkan yaitu dengan memberinya infak, sedekah, zakat dan yang lainnya. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan perkara ini dalam firman-Nya : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ ۗ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ

 

Wahai orang yang beriman !. Infakkanlah dari sebagian rizki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang  hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang orang kafir itulah orang yang zhalim.  (Q.S al Baqarah 254).

Bahkan dalam syariat Islam, sangat dianjurkan pula  untuk berinfak dalam keadaan sempit ataupun lapang merupakan (salah satu) tanda orang bertakwa yaitu sebagaimana Allah berfirman  :

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ

(Orang yang bertakwa yaitu) orang yang berinfak baik di waktu lapang maupun diwaktu sempit. (Q.S  Imran 134).

Syaikh as Sa’di berkata tentang ayat ini : Yaitu pada saat keadaan mereka sedang sulit atau keadaan mereka sedang lapang. Bila mereka lapang maka mereka (orang yang takwa ini) akan berinfak lebih banyak. Apabila mereka sedang kesulitan mereka tidak menganggap remeh suatu kebaikan walaupun hanya (berinfak) sedikit (Tafsir Karimur Rahman).

Ketahuilah bahwa sungguh membantu orang dhu’afa merupaka SALAH SATU JALAN bagi hamba hamba Allah untuk mendapat kemenangan dan KELAPANGAN RIZKI. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُونَ إلَا بِضُعَفَاءِكُمْ                

Tidaklah kamu mendapatkan kemenangan dan KELAPANGAN RIZKI melainkan sebab kamu menolong temanmu yang miskin. (H.R Imam Bukhari)  

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَبْغُوْنِي الضُّعَفَاءَ،  فَإِنَّمَا  تُرْزَقُوْنَ  وَتُنْصَرُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ

Dari Abu Darda’ ia  berkata bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda : Carilah keridhaanku dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah, karena kalian diberi rizki dan ditolong disebabkan orang-orang lemah di antara kalian. (H.R Abu Dawud dan juga yang selainnya).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ

Kalian hanyalah mendapat pertolongan dan rizki dengan sebab adanya orang-orang lemah dari kalangan kalian (H.R Imam Bukhari).

Oleh karena itu, hamba hamba Allah hendaklah senantiasa membelanjakan sebagian  hartanya di jalan Allah termasuk mengeluarkan infak, sedekah dan lainnya yang bermanfaat bagi kaum dhu’afa. Mudah mudahan Allah memberi pertolongan dan melapangkan rizki. 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.481)

 

 

 

 

 

 

 

 

Sabtu, 27 November 2021

KESEDIHAN YANG MENDALAM BISA DATANG DI AKHIRAT

 

KESEDIHAN YANG MENDALAM BISA DATANG DI AKHIRAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketika seorang hamba yang taat dan banyak pula  ibadahnya, lalu diwafatkan Allah Ta’ala tentu merasa senang karena bisa membawa bekal yaitu berupa amal  shalih yang banyak   menuju negeri akhirat. Sungguh itu semua akan memberatkan timbangan amal kebaikannya. Dia akan beruntung dan mendapat kehidupan yang baik di akhirat kelak, sebagaimana firman-Nya : 

فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۗ  فَاَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهٗۙ

Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang) Q.S al Qari’ah 6-7.

Allah Ta’ala berfirman :

وَٱلْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ ٱلْحَقُّ ۚ فَمَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُم بِمَا كَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يَظْلِمُونَ 

Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Maka barangsiapa berat timbangan (kebaikan) nya, mereka itulah orang orang yang beruntung. Dan barangsiapa ringan timbangan (kebaikan) nya maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri karena mereka mengingkari ayat ayat Kami.  (Q.S al A’raf 8-9).

Ketahuilah saudaraku, ketika seseorang membawa amal kebaikan yang banyak, BISA JADI PULA DATANG KESEDIHAN YANG MENDALAM PADA DIRINYA di akhirat kelak. Kenapa datang kesedihan ?. Iya karena pada saat itu dia terpaksa dan harus MEMBERIKAN SEBAGIAN atau seluruh PAHALA AMAL SHALIHNYA kepada orang lain yang menuntut keadilan karena di dunia dia telah menghibah, mencela, menghina, mengolok olok,  merendahkan orang lain. Dan juga berbagai kezhaliman lainnya seperti menyakiti perasaan, menyakiti fisik ataupun mengambil harta orang lain tanpa hak.    

Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam telah mengingat kita semua dalam sabda beliau :  

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Apakah kalian tahu siapa orang yang muflis ?. Para sahabat menjawab : Muflis (orang yang bangkrut) itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Muflis (orang yang bangkrut) dari umatku ialah : Orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, pahala puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan  menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak).

Maka orang-orang itu akan diambil  pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.  (H.R Imam Muslim).

Oleh karena itu hamba hamba Allah tetaplah bersemangat dalam melakukan amal shalih. Kemudian, yang juga SANGAT PENTING  peliharalah pahala amal shalih ini dengan menahan diri UNTUK TIDAK melakukan perbuatan buruk dan kezhaliman kepada orang lain. Dengan demikian bisa selamat di negeri akhirat kelak. 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2.480)

IBLIS YANG PERTAMA MEMBANTAH PERINTAH ALLAH DENGAN DALIL AKAL

 

IBLIS YANG PERTAMA  MEMBANTAH PERINTAH ALLAH DENGAN DALIL AKAL

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Di zaman ini ternyata ada manusia yang berani beraninya membantah, menolak atau tidak setuju dengan sebagian perintah Allah Ta’ala. Ini mereka lakukan dengan MENGGUNAKAN DALIL AKALNYA yang sempit, pendek dan sangat terbatas.

Salah satu contohnya, ada manusia mempertanyakan bahkan membantah, tak mau menerima ketetapan Allah Ta’ala tentang pembagian waris yaitu dua bagian untuk anak laki laki dan satu bagian untuk anak perempuan.

Bahkan mereka berani mengatakan bahwa Allah tidak adil dalam hal ini. Seolah olah mereka merasa lebih tahu tentang keadilan. Sungguh Allah Maha Mengetahui.

Sungguh yang berwenang membagi harta waris atau yang menentukan bagiannya yang berhak mendapatkan dan yang tidak, bukanlah orang tua anak, keluarga atau orang lain, tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Dia-lah yang menciptakan manusia dan memberinya rizki berupa harta, dan yang berhak mengatur untuk kebaikan hamba hamba-Nya.

 يُوصِيكُمُ اللَّهُ فِي أَوْلَادِكُمْ لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ

Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu, bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan…(an Nisa 11).

Orang orang yang berani membantah ketetapan Allah barangkali mereka belajar dari iblis yaitu makhluk yang PALING PERTAMA membantah perintah Allah Ta’ala dengan menggunakan akalnya. Ketika diperintahkan Allah Ta’ala untuk bersujud kepada Adam, iblis menolak. Allah Ta’ala menjelaskan hal ini dalam firman-Nya :

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

(Allah) berfirman : Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu ?. (Iblis) menjawab : Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah. (Q.S al A’raf 12).

Dengan mengedepankan akalnya iblis mengatakan bahwa makhluk yang diciptakan dari api lebih baik dari makhluk yang diciptakan dari tanah. Dan iblis menolak  dalil yaitu perintah Allah Ta’ala untuk bersujud kepada Adam.

Akhirnya iblis diusir dari surga dan disebutkan Allah Ta’ala sebagai makhluk terkutuk. Allah Ta’ala berfirman :

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ

(Allah) berfirman : Kalau begitu keluarlah kamu dari surga !. Sesungguhnya kamu adalah makhluk yang terkutuk. (Q.S Shad 77).    

Sungguh syariat mengajarkan kita bahwa dalil atau sandaran beragama adalah al Qur an dan as Sunnah bukan akal. Ketika dalil dari al Qur an dan as Sunnah telah datang maka kalahlah pendapat yang berasal dari akal. Dalam hal ini orang orang beriman haruslah dalam posisi SAMI’NA WA ATHA’NA kami dengar dan kami patuh.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (2479)