Senin, 29 Februari 2016

SANGAT DIANJURKAN BERTEMAN DENGAN ORANG SHALIH



SANGAT DIANJURKAN BERTEMAN AKRAB 
DENGAN ORANG SHALIH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta’ala menciptakan manusia sebagai makhluk sosial. Makhluk yang menginginkan dan membutuhkan hidup bersama sama, berkelompok dan bermasyarakat. Kita bisa merasakan betapa tidak nyamannya hidup tanpa orang lain, tanpa teman disekitar kita. Apalagi di zaman modern ini, tidak ada manusia yang tidak membutuhkan orang lain karena secara asal manusia tidak mampu memenuhi semua kebutuhannya sendiri. 

Allah berfirman : “Yaa aiyuhan naasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wa untsaa wa ja’alnaakum syu-‘uuban wa qabaa-ila li ta’aarafuu”. Wahai manusia !. Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku suku supaya kamu saling kenal mengenal. (Q.S al Hujuraat 13).

Syaikh as Sa’di berkata : Yang demikian itu bertujuan agar mereka saling mengenal satu sama lain. Sebab andai masing masing orang menyendiri tentu tidak akan tercapai tujuan saling mengenal satu sama lain yang bisa menimbulkan saling tolong menolong, bahu membahu, saling mewarisi satu sama lain serta menunaikan hak hak kerabat. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Sungguh Rasulullah mengingatkan umatnya agar tidak berteman secara akrab dengan semua orang karena bisa jadi membahayakan diri bahkan agamanya. Membahayakan kehidupan dunia dan akhiratnya. Rasulullah bersabda : “ Ar rajuulu ‘ala diini khaliilih. Falyanzhur ahadukum min yukhaalil”. Seseorang itu mengikuti diin (agama, akhlak dan kebiasaan) teman akrabnya. Maka hendaknya seseorang melihat siapa yang dia jadikan teman akrabnya (H.R Abu Dawud, at Tirmidzi dan Imam Ahmad).

Berkata Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu : Tidaklah seorang hamba diberi kenikmatan yang lebih besar setelah keislaman, selain sahabat yang shalih. Maka apabila kalian mendapati teman yang shalih, peganglah ia erat-erat.

Seorang hamba tidaklah dianjurkan untuk berteman dengan semua orang. Lihatlah betapa banyak orang yang jatuh kepada keburukan karena salah dalam memilih teman akrab. Oleh karena itu  waspadai teman yang dapat menjerumuskan kita kepada kemaksiatan dan kehinaan. Secara sepintas mungkin dia adalah teman yang baik dan kita senangi. Ketahuilah bahwa teman yang baik,  bukanlah sekedar : (1) Selalu membenarkan ucapan kita. (2) Selalu mendukung semua rencana kita. (3) Selalu menolong jika kita dalam kesulitan. 

Jadi sangatlah dianjurkan untuk  berteman akrab dengan orang orang shalih. Diantara tanda dan keutamaan teman yang shalih  adalah : 

Pertama : Teman yang mau menuntun kita kepada keberhasilan dan kebahagiaan dunia maupun akhirat.
Kedua : Teman yang akan menegur dan menasehati ketika kita melakukan keburukan.
Ketiga : Teman yang mengingatkan tatkala kita lalai, mencegah tatkala kita akan menerobos batasan syariat.
Keempat : Teman yang memberi dorongan ketika kita kehilangan semangat terutama dalam beribadah dan berbuat baik.
Kelima : Teman yang tidak rela kalau kita jatuh kepada kemaksiatan dan kehinaan.

Kita bermohon kepada Allah Ta’ala  agar diberi kesempatan  untuk mendapatkan teman akrab yang shalih. Pertemanan yang bisa langgeng dari dunia sampai ke akhirat.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (589)

  

Minggu, 28 Februari 2016

TIDAK BERUNTUNG ORANG YANG MENGABAIKAN DZIKIR



TIDAK AKAN BERUNTUNG ORANG
 YANG MENGABAIKAN DZIKIR

Oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu kewajiban yang penting dan tidak boleh diabaikan sedikitpun oleh seorang hamba adalah untuk selalu berdzikir, mengingat Allah Ta’ala  pada semua waktu, keadaannya dan dengan cara cara yang telah diajarkan oleh Rasul-Nya. Bahkan Allah Ta’ala telah memberikan perintah yang sangat jelas agar kita banyak berdzikir kepada-Nya. 

Allah berfirman : “Fadzkuruu nii adzkurkum wasykuruu lii wa laa takfuruun”. Maka ingatlah kepada-Ku, Akupun ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (Q.S al Baqarah 152)

Syaikh as Sa’di berkata : (Ayat ini menjelaskan tentang) : Allah Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk mengingat-Nya dan menjanjikan baginya sebaik baik balasan yaitu bahwa Allah akan mengingatnya pula yaitu bagi orang yang mengingat-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Allah berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu dzkurullaha dzikran katsiiraa”. Wa sabbihuuhu bukratan wa ashiilaa”. Wahai orang orang beriman !. Ingatlah kepada Allah dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang. (Q.S al Ahzaab 41- 42).

Jadi karena berdzikir itu adalah sesuatu yang diwajibkan maka  tidaklah akan pernah beruntung seorang hamba yang melalaikan dirinya untuk berdzikir kepada Allah Ta’ala, bahkan akan mendatangkan mudharat diantaranya  adalah :

Pertama  : Mendatangkan penyesalan.
Penyesalan pastilah akan mendatangi orang orang melalaikan berdzikir kepada Allah. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dalam sabda sabda beliau.

(1) Rasulullah bersabda : “Apabila suatu kaum duduk di majlis lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi Wasallam, pastilah ia menjadi kekurang dan penyesalan mereka. Maka jika Allah menghendaki, Dia akan menyiksa mereka dan jika menghendaki Dia akan mengampuni mereka. (H.R at Tirmidzi, dari Abu Hurairah).

(2) Rasulullah bersabda : “Setiap kaum yang bangkit dari suatu majlis yang mereka tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya maka selesainya majlis itu seperti bangkai keledai dan hal itu menjadi penyesalan mereka (di Hari Kiamat).”  H.R Abu Dawud, Imam Ahmad dan al Hakim. 

Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani menjelaskan : Hadits hadits ini menunjukkan wajibnya berdzikir kepada Allah Ta’ala dan bershalawat kepada Rasulullah dalam setiap majlis karena dalam hadits tersebut ada kalimat (1) Jika Allah menghendaki Allah akan siksa dan jika Allah menghendaki Dia akan ampuni mereka. (2) Mereka bangkit seperti bangkai keledai, hal ini menunjukkan tentang buruknya perbuatan mereka. (3) Orang yang tidak berdzikir akan menyesal pada hari Kiamat.    
                   
Kedua :  Mendapat kerugian.
Sangatlah merugi orang orang yang melalaikan berdzikirkepada Allah. Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuu laa tuhikum amwaalukum wa laa aulaadukum ‘an dzikrillahi, wa man yaf’ala dzaalika fa ulaa-ika humul khaasiruun”.  Wahai orang orang yang beriman !. Janganlah harta bendamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian maka mereka itulah orang orang yang rugi. (Q.S al Munaafiquun 9)

Rasulullah bersabda :  “Barangsiapa yang duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allah didalamnya, pastilah dia mendapatkan kerugian dari Allah. Dan barang siapa yang berbaring dalam suatu tempat lalu tidak berdzikir kepada Allah pastilah mendapat kerugian dari Allah. (H.R Abu Dawud, dari Abu Hurairah).

Ketiga : Disebut sebagai orang yang lalai.
Allah Ta’ala berfirman : “Wadzkur rabbaka fii nafsika tadharru’an wa khiifatan wa duunal jahri minal qauli bil ghuduwwi wal ashaali wal takun minal ghaafiliin. Dan sebutlah (Nama) Rabb-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut (pada siksaan-Nya) serta tidak mengeraskan suara, diwaktu pagi dan sore hari. Dan janganlah kamu termasuk orang orang yang lalai. (Q.S al A’raaf 205).

Syaikh as Sa’di berkata : (Firman-Nya : Dan janganlah kamu termasuk orang orang yang lalai). Yaitu orang orang yang melupakan Allah lalu Allah menjadikan mereka melupakan diri mereka sendiri. Mereka itu (yang lalai dari mengingat Allah) adalah orang orang yang diharamkan untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Mereka berpaling dari Dzat di mana kebahagiaan dan keberuntungan didapat dengan mengingat-Nya dan beribadah kepada-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Keempat : Seperti perbedaan orang mati dan orang hidup.
Rasulullah bersabda : “Matsalul ladzii yadzkuru rabbahu walladzii laa yadzkuru rabbahu matsalul haiyi wal maiyit”. Perumpamaan orang yang berdzikir (ingat) kepada Rabb-Nya dengan orang yang tidak berdzikir kepada Rabb-nya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.  (H.R Imam Bukhari).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, dengan lafaz dari riwayat Imam Muslim, disebutkan bahwa Rasulullah bersabda : “Matsalul baitil ladzii yudzkarullahu fiihi wal baitil ladzii laa yudzkarullahu fiihi matsalul haiyi wal maiyit”. Perumpamaan rumah yang digunakan untuk dzikir kepada Allah dan rumah yang tidak digunakan untuk dzikir kepada Allah, laksana orang hidup dengan orang mati.

Begitulah Rasulullah memberi perumpamaan, betapa jauhnya beda  orang yang berdzikir dengan yang tidak berdzikir yaitu seperti orang hidup dengan orang mati.

Kelima : Melupakan diri sendiri.
Diantara mudharat yang akan mendatangi orang yang mengabaikan dzikir adalah dia akan melupakan dirinya sendiri. Allah berfirman : “Walaa takuunuu kalladziina nasullaha fa ansaahum anfusahum, ulaa-ika humul faasiquun” . Dan janganlah kamu seperti orang orang yang lupa kepada Allah sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang orang yang fasik. (Q.S al Hasyr 19).

Imam Ibnu Katsir berkata : Allah pun menjadikan kalian lupa berbuat untuk kepentingan kalian sendiri yang bermanfaat bagi kalian di akhirat kelak karena sesungguhnya balasan itu sesuai dengan amal perbuatan. (Tafsir Ibnu Katsir).

Tentang ayat ini pula, Syaikh as Sa’di berkata : Adalah benar benar terhalang dari rahmat Allah jika ada orang yang melalaikan hal ini dan menyerupai orang orang yang melalaikan llah Ta’ala. Mereka lalai untuk berdzikir, mengingat Allah, tidak menunaikan hak hak Allah dan hanya menuruti bagian serta kemauan diri sendiri. Mereka tidak akan berhasil dan tidak akan mendapatkan selamanya.

Sebaliknya, Allah membuat mereka lalai pada kepentingan diri sendiri serta membuat mereka lalai pada manfaat manfaatnya sehingga urusan mereka menjadi sia sia dan merugi di dua alam, dunia dan akhirat. Mereka juga benar benar tertipu yang tidak mungkin lagi bisa ditanggulangi dan ditutupi kerugiannya (Tafsir Taisir Karimir Rahman).  

Itulah sebagian mudharat atau kerugian yang akan mendatangi orang orang yang mengabaikan dzikir kepada Allah Ta’ala. Na’udzubillahi min dzaalik.

Wallahu A’lam. (588)

ORANG HASAD TIDAK BISA BAHAGIA



ORANG YANG HASAD TIDAK BISA BAHAGIA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Hasad adalah sebuah penyakit  buruk dan berbahaya yang berada dalam diri manusia. Penyakit ini bisa datang kapan saja dan mampu  menyerang siapa saja. Orang kaya atau miskin, berpangkat atau bukan, berpendidikan tinggi atau tidak. Pengemis juga bisa dihinggapi penyakit ini. Dan  ustadz atau kiyai pun mungkin juga bisa terkena virus hasad ini. Tinggal menghitung stadiumnya saja. Ada yang parah dan ada pula  yang tidak parah.

Rasulullah telah mengingatkan bahwa tidak ada kebaikan dalam hasad. Beliau bersabda : “Laa yazalun naasu bikhairin maa lam yatahaasaduu” Senantiasa manusia dalam kebaikan selama mereka tidak saling mendengki. (H.R Imam ath Thabrani, dihasankan oleh Syaikh al Albani) 

Penyakit ini terutama sekali akan membuat diri seseorang tidak bisa memperoleh perasaan gembira dan berbahagia. Kenapa bisa begitu. Iya, karena hasad atau dengki adalah perasaan tidak suka atau perasaan benci yang ada dalam diri seseorang  bila melihat orang lain diberi nikmat oleh Allah.  

Sungguh, orang yang hasad atau dengki kepada saudaranya, hakikatnya adalah seorang yang protes atau tidak suka kepada ketetapan Allah Ta’ala. Seolah olah dia mengatakan : Wahai Rabbku mengapa Engkau berikan nikmat  kedudukan dan harta itu kepada si Fulan. sedangkan Engkau tidak memberikannya kepadaku. Padahal aku juga sangat menginginkan bahkan yang lebih dari itu. Kalau bisa kenikmatan yang ada pada si Fulan itu diambil saja ya Rabb. 

Abdullah bin Mas’ud berkata : Janganlah kalian memusuhi nikmat-nikmat Allah. Lalu ada yang bertanya : Siapakah yang memusuhi nikmat nikmat Allah. Beliau menjawab : Yaitu orang orang yang dengki atas nikmat dan karunia Allah yang diberikan kepada sebagian manusia.

Imam Abu Laits al Samarqandi berkata : Orang hasad akan tertimpa lima bencana yakni : (1) Jiwanya gundah terus yaitu tidak berbahagia. (2) Terkena musibah tidak dapat pahala (3) Melakukan jerih payah tapi tidak terpuji (4) Tidak menerima ketetapan Allah dan (5) Pintu taufik tertutup baginya. 

Oleh karena demikian maka jelas seorang yang suka hasad atau dengki akan didatangi oleh banyak keburukan. Dia tidak akan bisa mencapai kebahagiaan. Sebagai ilustrasi dapat digambarkan sebagai berikut.

Si Fulan A dan Fulan B bekerja pada satu perusahaan yang sama. Kadarullah si Fulan B cepat naik jabatan dan gajinya juga bertambah.  Si Fulan A merasa sangat hasad atau dengki. Lalu suatu waktu ternyata si Fulan B melakukan kesalahan dalam pekerjaannya.

Pertama : Dengan kejadian itu maka si Fulan A yang hasad ini berharap agar Fulan B diskor dari pekerjaan. Tapi ternyata hanya diberi peringatan. Maka si Fulan A yang hasad ini merasa tidak berbahagia.

Kedua : Andaikata si Fulan B diskors satu bulan, maka si Fulan A yang hasad ini tetap tidak berbahagia karena keinginannya si Fulan B itu dipecat dari pekerjaan.

Ketiga : Andaikata si Fulan B dipecat maka si Fulan A yang hasad ini tetap tidak berbahagia karena keinginannya si Fulan B itu diproses oleh penegak hukum.

Keempat : Andaikata si Fulan B diproses oleh penegak hukum maka si Fulan A yang hasad ini tetap tidak berbahagia karena keinginannya si Fulan B itu dipenjara.

Kelima : Andaikata si Fulan B di penjara 2 tahun maka si Fulan A yang hasad ini tetap tidak merasa berbahagia karena kenapa tidak dipenjara 5 tahun.

Keenam : Andaikata si Fulan B dipenjara 5 tahun maka si Fulan A yang hasad ini tetap tidak merasa berbahagia karena kenapa tidak dikirim ke penjara Nusakambangan.
Nah begitulah seterusnya sehingga si Fulan A yang hasad ini tidak pernah memperoleh kebahagiaan meskipun orang didengkinya sudah mendapat hukuman.  

Kalau begitu bagaimana orang hasad  bisa berbahagia. Ada satu jalan yang sangat baik yaitu : Tinggalkan sekarang juga  semua perasaan hasad, dengki dan iri hati kepada siapapun dan tetap berserah diri kepada Allah Ta’ala.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (587)      



Kamis, 25 Februari 2016

MAKAN YANG HARAM PENGHALANG TERKABULNYA DOA



MAKAN YANG HARAM PENGHALANG TERKABUL DOA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Untuk kemashlahatan bagi manusia maka Allah Ta’ala memerintahkan kepada mereka untuk makan makanan yang halal dan melarang makan makanan yang berasal dari harta haram.
Allah berfirman : Yaa aiyuhan naasu kuluu mimmaa fil ardhi halaalan taiyibaan”. Wahai manusia !. Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi. (Q.S al Baqarah 168)

Syaikh as Sa’di berkata : Ayat ini dihadapkan kepada seluruh manusia baik yang mukmin maupun yang kafir. Allah telah memberikan karunia kepada mereka dengan memerintahkan kepada mereka untuk makan dari seluruh yang ada di bumi seperti biji bijian, hasil tanaman, buah buahan dan hewan dalam keadaan “yang halal” yaitu yang telah dihalalkan buat kalan untuk dimakan, yang bukan dari rampasan maupun curian. Bukan pula diperoleh dari hasil muamalah yang diharamkan atau dalam bentuk yang diharamkan ataupun yang membawa kepada keharaman. (Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman)

Allah berfirman : “Yaa aiyuhar rusulu kuluu minath thaiyibaati wa’maluu shaalihan, innii bimaa ta’maluuna ‘aliim”. Wahai para rasul !. Makanlah dari (makanan) yang baik baik dan kerjakanlah amal shalih. Sungguh Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S al Mu’minuun 51).

Ustadz DR Erwandi Tarmizi MA, berkata : Dalam ayat diatas secara khusus Allah memerintahkan para Rasul-Nya agar hanya memakan makanan yang didapatkan secara halal, lalu Allah memerintahkan mereka untuk beramal shalih.

Hal ini mengisyaratkan bahwa sangat erat hubungan antara mengkonsumsi makanan yang halal dengan amal shalih. Maka janganlah diharap jasad kita akan bergairah untuk melakukan amal amal shalih bila jasad tersebut tumbuh dan berkembang dari makanan yang haram. (Kitab Harta Haram Muamalat Kontemporer).

Ketahuilah bahwa sangatlah banyak mudharat yang akan di tanggung oleh seseorang yang memakan makan yang berasal dari harta haram. Satu diantaranya adalah sebagaimana diceritakan oleh Nabi tentang seseorang yang bagaimana mungkin doanya dikabulkan sementara makanannya dan yang lainnya berasal dari  sesuatu yang haram. 
 
Rasulullah bersabda : “…Tsumma dzakarar rajula yuthiilus safara asy’asy aghbara, yamuddu yadaihi ilas samaa-i : ya rabbi, ya rabbi ! wa math’amuhu haraamun, wa masyrabuhu haraamun, wa malbasuhu haraamun, wa ghudziya bil haraami, fa anna yustajaabulahu”  …. Kemudian Rasulullah menceritakan seorang laki laki berdoa, yang telah melaksanakan perjalanan jauh yang rambutnya kusut dan berdebu, ia menengadahkan kedua tangannya ke langit, Ya Rabbku, ya Rabbku. Sementara itu makanannya haram, pakaiannya haram, minumannya haram, dan tumbuh dari hal hal yang haram, lantas bagaimana mungkin akan diterima doanya. (H.R Imam Muslim). 

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Nabi menganggap mustahil bahwa orang yang seperti ini doanya akan dikabulkan padahal dia telah melakukan sebab sebab dikabulkannya doa dan pantas untuk dikabulkan. Akan tetapi tatkala dia memakan yang haram jadilah doanya amat jauh untuk diterima oleh Allah Ta’ala. Kita memohon kepada-Nya keselamatan. (Syarah Raiyadush Shalihin). 

Orang yang berdoa ini sebenarnya punya potensi untuk dikabulkan doanya karena berapa hal :
(1)  Dia dalam bersafar dan orang yang bersafar tidak ditolak doanya yaitu sebagaimana disebutkan dalam salah satu sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Baihaqi, tentang tiga doa yang tidak ditolak, salah satunya adalah doa musafir
(2) Dia telah melakukan etika yang baik dalam berdoa yaitu mengangkat tangannya ke langit. Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan at Tirmidzi dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani disebut bahwa Allah malu terhadap hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya (meminta kepada-Nya) dikembalikan dalam keadaan kosong.
(3) Dia telah menyebut dan meminta kepada Allah dengan menyebut nama Allah yang Maha Agung : ya Rabbku ya Rabbku, maka apa yang dia minta akan diberi.  Dari Anas bin Malik, Nabi  memasuki masjid, sementara itu ada seorang sahabat yang telah selesai menunaikan shalat dan ia tengah berdoa. Dalam doanya, ia berkata: “Ya Allah, tiada Ilah yang berhak disembah selain Engkau, Engkau Maha Memberi karunia, Pencipta langit dan bumi, Pemilik keagungan dan kemuliaan.”

Lalu  Nabi  bertanya kepada para sahabat “Tahukah kalian dengan apa ia berdoa kepada Allah? Ia telah berdoa kepada Allah dengan menyebut nama-Nya yang paling agung, yang jika berdoa dengannya niscaya dikabulkan dan jika meminta dengannya niscaya akan diberi.” (H.R at Tirmidzi, Imam Ahmad,  dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Cuma saja, orang yang berdoa tadi sebagaimana dijelaskan Rasulullah bahwa makanan, pakaian dan minumannya haram sehingga Rasulullah mengatakan : Bagaimana mungkin akan diterima doanya.

Oleh karena itu seorang hamba yang ingin doanya dikabulkan hendaklah menjauhi makanan, minuman, pakayan dan yang lainnya berasal dari harta yang haram.
Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (586)