Selasa, 28 Februari 2023

UMUR SUDAH LANJUT BELUM BISA MEMBACA AL QUR AN ?.

 

UMUR SUDAH LANJUT BELUM BISA MEMBACA AL QUR AN ?.

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh al Qur an  adalah PETUNJUK PALING UTAMA bagi manusia untuk mendapat keselamatan hidupnya di dunia dan di akhirat. Allah Ta’ala berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ

Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al Qur an, sebagai PETUNJUK BAGI MANUSIA dan penjelasan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil). Q.S al Baqarah 185.

Ketahuilah bahwa petunjuk al Qur an yang demikian sempurna tak akan diperoleh seorang hamba jika tak membaca dan mempelajarinya. Oleh karena itu adalah menjadi  kewajiban  bagi hamba hamba Allah untuk selalu dan terus menerus berinteraksi atau memelihara hubungan dirinya  SECARA SERIUS dengan al Qur an  sepanjang hidupnya. Jangan menjadi orang yang lalai.

Sungguh, di zaman ini memang masih ada saudara saudara kita yang   telah berumur lanjut tetapi TAK BISA MEMBACA AL QUR AN. Orang orang ini patut dikasihani. Jangan sekali kali mencelanya. Berilah nasehat kalau mungkin dan ada kesempatan. Dan setidaknya doakan mereka agar mendapat taufik untuk mempelajari membaca  al Qur an meskipun sudah lanjut usianya.

Wahai saudaraku yang belum bisa membaca al Qur an segeralah belajar membaca al Qur an. Jangan ditunda tunda lagi. Waktu masih ada meskipun tinggal sedikit. Sungguh sangat merugi jika seseorang sampai wafat tak bisa membaca kitab sucinya.

Mungkin ada yang mengatakan bahwa sudah sulit belajar membaca al Qur an karena umur  sudah lanjut. Saudaraku, jika engkau sungguh sungguh ingin belajar membaca al Qur an bersegeralah insya Allah bisa. Yang paling penting bisa membaca dengan benar. Tidak harus hebat seperti para qari atau qariah. Mohonlah pertolongan kepada Allah Ta'ala melalui doa. Sungguh ketika seorang hamba ingin melakukan sesuatu kebaikan Allah Ta'ala akan memudahkan jalannya. Yakinlah.

Saudaraku, ketahuilah bahwa Allah Ta'ala yang menjamin bahwa al Qur an itu mudah dan dimudahkan untuk dipelajari. Perkara ini dijelaskan Allah Ta'ala sampai empat kali dalam redaksi yang sama di surat al Qamar  pada ayat ke 17, 22, 32 dan 40 yaitu :

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran ?.

Tentang ayat ini, dalam kitab Tafsir al Muyassar disebutkan : Dan sungguh Kami telah memudahkan lafazh al Quran untuk dibaca dan dihafal, begitu juga makna maknanya untuk direnungkan yaitu bagi orang yang mau mengambil pelajaran dan ibrah, maka apakah ada orang yang mengambil pelajaran ?. (Departmen Agama Saudi Arabia).

Saudaraku, ketahuilah bahwa sungguh, orang orang beriman memiliki kewajiban utama terhadap al Qur an, yaitu : (1) Belajar membacanya dan terus membacanya. (2) Berusaha memahami makna makna-nya. (3) Mengamalkan perintah dan menjauhi larangannya. (4) Mengajarkannya sesuai kesempatan, dan (5) Berusaha menghafalnya sesuai kemampuan.

Wallahu A'lam. (2.936)

 

 

 

   

 

BERSEDEKAH KETIKA SEMPIT BALASANNYA LEBIH BESAR

 

 

BERSEDEKAH KETIKA SEMPIT BALASANNYA LEBIH BESAR

                                             Disusun oleh : Azwir B. Chaniago         

Dalam syariat Islam, sangat dianjurkan   untuk berinfak dalam keadaan sempit ataupun lapang yaitu sebagaimana Allah berfirman  :  

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ

(Orang yang bertakwa yaitu) orang yang berinfak baik di waktu lapang maupun diwaktu sempit. (Q.S  Imran 134).

Syaikh as Sa’di berkata tentang ayat ini : Yaitu pada saat keadaan mereka sedang sulit atau keadaan mereka sedang lapang. Bila mereka lapang maka mereka (orang yang takwa ini) akan berinfak lebih banyak. Apabila mereka sedang kesulitan mereka tidak menganggap remeh suatu kebaikan walaupun hanya (berinfak) sedikit (Tafsir Karimur Rahman).

Sesungguhnya balasan itu berbanding dengan (beratnya)  amal perbuatan. 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ

Diriwayatkan dari Anas ibn Malik radhiyallahu ‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya besarnya pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan. (H.R at Tirmidzi dan Ibnu Majah,  sanadnya hasan lighairihi)


Ada motivasi bersedekah dalam keadaan sehat yaitu disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ada seseorang yang menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam, lalu ia berkata :

 

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى ، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا ، وَلِفُلاَنٍ كَذَا ، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ

Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang lebih besar pahalanya ?. Beliau menjawab : Engkau bersedekah pada saat kamu masih sehat disertai pelit (sulit mengeluarkan harta), saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata : Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian, dan harta itu sudah menjadi hak si fulan.(Muttafaqun ‘alaih).

Ketahuilah bahwa bisa jadi seseorang berinfak dan bersedekah sedikit tetapi mendapat pahala lebih besar dari orang berinfak dan bersedekah banyak. Seseorang memiliki harta misalnya 2 milyar rupiah lalu dia  berinfak 2 juta rupiah (SATU PERMIL dari hartanya), nilainya di sisi Allah akan berbeda dengan seseorang yang memiliki harta 10 juta rupiah lalu dia berinfak  100 ribu rupiah (SATU PERSEN dari hartanya). Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبَقَ دِرْهَمٌ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ قَالُوا وَكَيْفَ قَالَ كَانَ لِرَجُلٍ دِرْهَمَانِ تَصَدَّقَ بِأَحَدِهِمَا وَانْطَلَقَ رَجُلٌ إِلَى عُرْضِ مَالِهِ فَأَخَذَ مِنْهُ مِائَةَ أَلْفِ دِرْهَمٍ فَتَصَدَّقَ بِهَا


Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham. Lalu ada yang bertanya : Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah ?. Beliau menjelaskan : Ada seorang yang memiliki dua dirham lalu mengambil satu dirham untuk disedekahkan. Ada pula seseorang memiliki harta yang banyak sekali, lalu ia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham untuk disedekahkan. (H.R an Nasa'i  dan Imam Ahmad. Dihasankan oleh  Syaikh al Albani).

Oleh karena itu hamba hamba Allah tetaplah berinfak dan bersedekah dalam keadaan sempit dan  lapang. Sungguh, salah satu keutamaan sedekah disebutkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dalam sabda beliau : 

الصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ

Sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air memadamkan api. (H.R  at Tirmidzi).

Wallahu A'lam. (2.935).

 

 

 

 

 

 

Senin, 27 Februari 2023

TANDA TANDA PENYAKIT HATI DAN OBATNYA YANG PALING MUJARAB

 

TANDA TANDA PENYAKIT HATI DAN OBATNYA YANG PALING MUJARAB

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, sebagaimana fisik manusia, hatinya juga bisa didatangi penyakit. Penyakit  fisik akan sangat terasa bagi yang menglaminya dan orang lain belum tentu mengetahuinya. Sementara itu penyakit hati sering tak terasa bagi yang mengalaminya tetapi mudah diketahui oleh orang lain karena bisa berdampak buruk bagi orang sekitar.

Ketahuilah bahwa jika seseorang ditimpa  penyakit hati terlihat beberapa tanda, diantaranya :

Pertama : Berlebihan dalam mencintai dunia.

Sungguh, kehidupan dunia adalah sementara atau  fana bahkan bisa jadi fatamorgana. Dan kehidupan akhirat yang perlu dikejar karena baqa dan lebih baik. Allah Ta'ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :  

وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ الْأُولَىٰ

Dan sungguh yang kemudian itu (kehidupan akhirat) lebih baik bagimu dari yang permulaan (kehidupan dunia). Q.S adh Dhuha 4.

Selain itu, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan bahwa dunia ini bukan hanya fana, tidak berharga bahkan dilaknat, yaitu sebagaimana sabda beliau :  

إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ

Sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada didalamnya, kecuali (1) Dzikir kepada Allah dan (2) Ketaatan kepada-Nya, (3) Orang orang yang berilmu atau (4) Orang yang mempelajari ilmu. (H.R Imam at Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Abdil Barr. Hadits ini Hasan). 

Kedua : Merasa lebih hebat dari orang lain.

Ketahuilah bahwa sikap merasa lebih dari orang lain akan berujung  sikap ujub atau takjub kepada diri sendiri adalah tercela bahkan membinasakan. Rasulullah Salallahu ‘alai Wasallam bersabda : 

ثَلاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بنفْسِهِ

Tiga perkara yang membinasakan (1) kebakhilan yang ditaati, (2) hawa nafsu yang diikuti, dan (3) takjubnya seseorang terhadap dirinya sendiri. (H.R at Thabrani).

Ketiga : Suka  berburuk sangka kepada sesama.

Diantara salah satu tanda hati yang sakit adalah suka berburuk sangka. Suka melihat kesalahan dan kekurangan orang lain LEBIH KUAT daripada melihat kesalahan sendiri.

Sungguh Allah Ta'ala melarang orang orang beriman untuk berburuk sangka, sebagaimana firman-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱجْتَنِبُوا۟ كَثِيرًا مِّنَ ٱلظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ ٱلظَّنِّ إِثْمٌ ۖ

Wahai orang-orang yang beriman !. Jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan) karena sebagian prasangka itu adalah dosa. (Q.S al Hujurat 12)

Sungguh, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya untuk berprasangka buruk karena hal itu termasuk perkataan paling bohong :

إِيَّا كُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الْحَدِيْثِ وَلاَ تَحَسَّسُوا وَلاَ تَجَسَّسُوا وَلاَ تَحَاسَدُوا وَلاَتَدَابَرُوا وَلاَتَبَاغَضُوا وَكُوْنُواعِبَادَاللَّهِ إحْوَانًا

Berhati-hatilah kalian dari (perbuatan) berprasangka buruk, karena prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Syaikh Salim bin 'Ied al Hilali berkata : Hadits ini adalah peringatan untuk menjauhi sikap prasangka secara mutlak. Hadits ini juga menerangkan bahwa prasangka adalah salah satu bentuk kebohongan, bahkan ia adalah kebohongan besar. (Syarah Riyadush Shalihin).

Keempat : Memiliki sikap suka dipuji.

Salah satu tanda penyakit hati yang juga berbahaya adalah memiliki sikap dipuji. Sungguh seorang hamba tidak akan mulia dengan pujian manusia Kalaupun ada kemuliaan cuma sangat kecil dan sementara. Kemulian yang hakiki hanya untuk orang orang yang bertakwa, sebagaimana firman Allah Ta'ala :

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sungguh orang yang paling mulia disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha mengetahui, Mahateliti. (Q.S al Hujuraat 13).

Syaikh as Sa'di berkata : Ukuran kemuliaan di antara mereka adalah takwa. Orang yang paling mulia di antara sesam adalah yang paling bertakwa kepada Allah Ta'ala, paling banyak melakukan ketaatan serta paling mampu mencegah diri dari kemaksiatan, bukan yang paling banyak kerabat serta kaumnya, bukan yang keturunannya paling terpandang. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Kelima : Memiliki sifat iri dan dengki.

Seseorang yang memilki sifat iri dan dengki  bisa membahayakan dirinya karena hal ini adalah salah satu tanda penyakit hati yang ada padanya. Iri atau dengki adalah sifat seseorang yang  MERASA TIDAK SUKA ATAU BENCI bila melihat orang lain  diberi nikmat oleh Allah. Allah Ta’ala berfirman : 

أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۖ

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. (Q.S an Nisa’ 54).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasalam telah mengingatkan orang orang beriman untuk menjauhi sifat hasad ini. Beliau bersabda : 

لاَ تَحَاسَدُوا

Janganlah kalian saling hasad …. (H.R Imam Muslim).

Namun demikian ketahuilah bahwa seberapa parah dan buruknya tingkat penyakit hati yang ada pada diri seseorang ADA OBATNYA YANG PALING MUJARAB, yaitu sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدْ جَآءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَآءٌ لِّمَا فِى ٱلصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

Wahai manusia !. Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al Qur an) dari Rabb-mu, PENYEMBUH DARI PENYAKIT YANG ADA DALAM DADA dan petunjuk dan rahmat bagi orang orang beriman. (Q.S Yunus 57).

Oleh karena itu berpegang teguhlah kepada al Qur an. Ambillah manfaat yang banyak darinya termasuk sebagai obat paling utama untuk  penyakit hati, yaitu dengan : (1) Belajar membacanya dan senantiasa membacanya. (2) Berusaha memahami makna maknanya. (3) Mengamalkan perintah dan berhenti dari larangannya. (4) Berusaha menghafalnya. (5) Mengajarkannya sesuai kemampuan.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A'lam. (2.934).

  

 

 

ORANG BANYAK BISA MENYESATKAN DARI JALAN YANG LURUS

 

ORANG BANYAK BISA MENYESATKAN DARI JALAN YANG LURUS

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Kebanyakan manusia di zaman ini sangat  dipengaruhi oleh apa yang dikatakan atau dilakukan oleh orang banyak.Tetapi  ketahuilah bahwa mengikuti orang banyak terutama dalam aqidah dan ibadah harus sesuai dalil. Sungguh,  ukuran kebenaran atau ukuran jalan yang lurus  bukanlah apa yang dikatakan atau dilakukan orang banyak. Orang banyak bisa menyesatkan. Allah Ta'ala  berfirman :

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah). Q.S al An’am 116.

Syaikh as Sa'di berkata : (Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkan kamu dari jalan Allah). Karena kebanyakan manusia manusia telah menyimpang dalam agama, amal dan ilmunya.

Agama mereka (ada yang) rusak, amal mereka mengikuti hawa nafsu, ilmu mereka serabutan tak bisa mengantarkan kepada jalan yang lurus. Mereka hanya sebatas mengikuti praduga yang tidak berguna sedikitpun bagi kebenaran Dan mereka berspekulasi dalam memberikan pernyataan atas nama Allah Ta'ala tanpa landasan ilmu.

Ayat ini menunjukkan bahwa KEBENARAN TIDAK DIBUKTIKAN DENGAN BANYAKNYA PENDUKUNG. Sedikit pendukung dalam salah satu perkara tidaklah menunjukkan bahwa itu tidak diatas kebenaran. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Memang demikianlah keadaannya. Dalam beribadah misalnya, sungguh kita menyaksikan bahwa sangat banyak manusia melakukan shalat fardhu di rumah. Mereka memiliki berbagai alasan dan argumentasi dengan bersandar kepada akal mereka yang pendek dan ilmu yang sedikit. Nah, banyaknya manusia yang shalat fardhu di rumah tentu tak perlu diikuti karena shalat fardhu itu harus di masjid. Sungguh dalam ini sangatlah jelas dalilnya, diataranya adalah :

Pertama : Allah Ta'ala berfirman :

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَٱرْكَعُوا۟ مَعَ ٱلرَّٰكِعِينَ

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang yang rukuk. (Q.S al Baqarah 43).

Imam Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini bahwa : Hendaklah kalian bersama orang orang beriman dalam berbagai perbuatan mereka yang terbaik. Dan yang paling utama dan sempurna dari semua itu adalah shalat. Dan banyak ulama  ulama yang menjadikan ayat ini sebagai dalil bagi diwajibkannya shalat berjamaah. (Tafsir Ibnu Katsir).

Syaikh Abdurrahman  bin Nashir as Sa’di  menjelaskan : “Dan rukuklah bersama orang  yang rukuk” maksudnya shalatlah bersama orang orang yang shalat. Dalam hal ini ada suatu perintah untuk shalat berjamaah dan kewajibannya. Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Kedua : Sebagaimana dijelaskan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :

(1) Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :         

وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي   

Dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat. (H.R Imam Bukhari).

Perintah shalat sebagaimana beliau shalat berkaitan dengan seluruh aspek shalat. Diantaranya adalah bacaan shalat, gerakannya yang sempurna, waktunya yang harus dijaga, TEMPATNYA (beliau shalat fardhu bersama sahabat di masjid, bukan di rumah) dan yang lainnya.

(2) Rasulullah  Shallallahu alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ سَمِعَ النِّدَاءَ فَلَمْ يَأْتِ فَلاَ صَلاَةَ لَهُ إِلاَّمِنْ عُذْرٍ

Barangsiapa mendengar seruan adzan tapi tidak memenuhinya, maka tidak ada shalat baginya kecuali karena udzur. H.R Ibnu Majah, Ad Daru Quthni, Ibnu Hiban dan al Hakim).

Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : Yang benar  jamaah itu wajib dilakukan dalam shalat, DAN BUKAN TERMASUK SYARAT SAHNYA SHALAT. Namun bagi yang MENINGGALKAN JAMAAH KETIKA SHALAT (TIDAK SHALAT SECARA BERJAMAAH, PENY.) DIA BERDOSA KECUALI ADA UDZUR SYAR'I. (Dari Kitab Fiqih Ibadah, dengan diringkas, peny.).

Oleh karena itu, ketika banyak manusia yang tidak shalat fardhu berjamaah di masjid, dan ini fakta dan bukan kebenaran, maka hamba hamba Allah tidaklah mengikuti ORANG BANYAK karena dalil menunjukkan bahwa laki laki shalat fardhu berjamaah di masjid.

Wallahu A'lam. (2.933).        

 

 

 

Minggu, 26 Februari 2023

PAHALA AMAL BISA HAPUS DI DUNIA BISA HABIS DI AKHIRAT

 

PAHALA AMAL BISA HAPUS DI DUNIA BISA HABIS DI AKHIRAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh ketika berada di dunia hamba hamba Allah berusaha mempersiapkan bekal sebelum kembali ke negeri akhirat. Allah Ta'ala telah mengingatkan :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S al Hasyr 18).

Sungguh, bekal agar selamat di  akhirat  adalah amal shalih yang dilandasi iman. Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْكَبِيرُ

Sungguh, orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih akan mendapatkan surga yang mengalir dibawahnya  sungai sungai. Itulah kemenangan yang agung. (Q.S al Buruj 11).

Oleh karena itu maka hamba hamba Allah selalu berusaha bahkan seperti berlomba untuk melakukan berbagai kebaikan dan amal shalih di dunia untuk bisa selamat di akhirat. Namun demikian ketahuilah wahai saudaraku !. Kita semua wajib memelihara dan menjaga agar AMAL SHALIH YANG TELAH KITA LAKUKAN BETUL BETUL BISA MENJADI BEKAL KITA DI AKHIRAT.

Ketahuilah bahwa amal shalih yang kita lakukan kalau tak dipelihara di dunia maka BISA TERHAPUS PAHALANYA DI DUNIA DAN BISA HABIS PULA PAHALANYA DI AKHIRAT. Tentang hal ini dapat djelaskan sebagai berikut :

Pertama : Pahala amal shalih bisa TERHAPUS di dunia. Diantara penyebabnya :


(1) Berbuat kesyirikan. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan (Q.S al An’am 88).

Allah Ta’ala berfirman : 

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: “Jika kamu berbuat syirik, niscaya akan terhapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (Q.S az Zumar 65).

Syaikh as Sa'di berkata : (dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi) maksudnya rugi dunia dan akhirat. Maka, dengan kesyirikan, terhapuslah semua amalan. Dan pelakunya berhak mendapatkan hukuman dan adzab. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Terhapusnya amal karena kesyirikan juga disebutkan dalam satu hadits qudsi : 

أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ

Aku paling tidak butuh pada sekutu-sekutu, barangsiapa yang beramal sebuah amal kemudian dia menyekutukan-Ku di dalamnya maka Aku tinggalkan dia dan syiriknya. (H.R Imam Muslim).

(2) Riya dalam melakukan amal shalih.

Riya adalah perbuatan melakukan suatu amalan dengan tujuan untuk mendapatkan pujian dari orang lain. Perbuatan tersebut digolongkan ke dalam jenis syirik kecil. Dan perbuatan riya tersebut BISA MENGHAPUS amal ibadah yang telah dilakukan seseorang. Allah Ta'ala berfirman : 

 

Wahai orang-orang yang beriman !. Janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. (Q.S al Baqarah 264).  

Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin berkata : Ia (orang yang riya) melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala hanya ingin mengambil perhatian orang lain dan agar mendapat nama di tengah tengah masyarakat, bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah. (Tafsir Juz ‘Amma).

(3) Mendatangi dukun.

Orang yang mendatangi dukun lalu bertanya kepadanya meskipun  tanpa mempercayainya. Ini diharamkan. Hukuman bagi pelakunya adalah tidak diterima shalatnya selama 40 malam. Rasulullah bersabda :  

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

Siapa yang mendatangi tukang ramal (dukun) dan bertanya kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 malam. (H.R Imam Muslim)

Kedua : Pahala amal shalih bisa HABIS di akhirat.

Ketahuilah, satu hal yang sangat kita takuti jika pahala amal shalih yang kita bawa ke akhirat ternyata habis, tak bersisa. Maka kita menjadi orang yang bangkrut di akhrat. Ini bisa terjadi jika semasa di dunia kita melakukan berbagai kezhaliman dan belum memohon maaf dan ridha kepada orang yang pernah kita zhalimi, diantara contohnya adalah :

(1) Mengambil harta orang lain tanpa hak. (2) Menyakiti hati, menyakiti fisik dengan melukai bahkan sampai membunuh. (3)  Menghina dan melecehkan dan memfitnah. (4) Mengghibah, menyebarkan aib  dan merusak kehormatan orang lain. (5) Yang lebih parah  adalah penguasa atau yang punya jabatan dan pangkat berbuat zhalim kepada orang lain seperti menipu, berbohong, minta upeti, uang suap dan yang lainnya.

Sungguh Allah Ta’ala Mahaadil. Maka dengan izin Allah, orang yang pernah dizhalimi di dunia akan mendapatkan hak hak nya dari si Fulan dan si Fulan yang telah menzhaliminya. Maka si Fulan dan si Fulan yang telah berbuat zhalim  ini HARUS MEMBAYAR DENGAN AMAL IBADAHNYA  karena saat itu sudah TIDAK ADA LAGI DINAR, DIRHAM, RIYAL, DOLAR ATAUPUN YUAN.

Tentang hal ini dijelaskan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dalam satu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, yang dikenal dengan HADITS MUFLIS yaitu orang yang bangkrut di negeri  akhirat. Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : 

أَتَدْرُونَ مَنِ الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

Apakah kalian tahu siapa orang yang muflis ?. Para sahabat menjawab : Muflis  itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Muflis (orang yang bangkrut) dari umatku ialah : Orang yang datang pada hari Kiamat membawa (pahala) shalat, pahala puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia telah mencaci dan  menuduh orang lain, makan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak).

Maka orang-orang itu akan diambil  pahala dari kebaikan-kebaikannya. Jika telah habis kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.  (H.R Imam Muslim)

Wallahu A'lam. (2.932)   

 

ILMU DAN AMAL SHALIH DILANDASI IMAN MENDATANGKAN KESELAMATAN

 

ILMU DAN AMAL SHALIH DILANDASI IMAN MENDATANGKAN KESELAMATAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Kita semua paham betul  bahwa di negeri akhirat itu hanya ada dua tempat, yakni surga atau neraka. Tidak ada tempat ketiga. Jadi bila seseorang TAKUT masuk neraka maka berarti dia ingin dengan selamat masuk surga.

Yang akan masuk surga bukanlah orang yang sekedar ingin dan sekedar berucap di lisannya : Kami ingin masuk surga. Kami takut terhadap neraka. Sungguh hal ini harus dibuktikan dengan ketaatan.

Ketahuilah bahwa untuk menjadi orang yang taat setidaknya haruslah menjaga dua hal pokok yaitu memiliki ilmu tentang syariat dan melakukan amal shalih yang dilandasi iman. Harus dua duanya. Ya berilmu, ya beramal shalih.  

Pertama :  Memiliki ilmu.

Berilmu dulu baru beramal. Jangan sekali kali beramal tanpa ilmu. Dengan ilmu maka seseorang mengetahui jalan jalan yang harus ditempuh untuk bisa beramal dengan benar dan baik. Tidak cukup dengan sekedar niat baik saja, apalagi mengikuti hawa nafsu. Beramal haruslah mengikuti tuntunan.

Mestilah mengetahui mana perintah yang harus dilakukan dan mana larangan yang harus dijauhi.  Jika beramal tanpa ilmu maka bisa bisa jatuh kepada kesesatan atau menyelisihi Rasulullah, maka amalnya tertolak. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  bersabda :

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْه ِأَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barang siapa  beramal yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalannya tertolak. (H.R Imam Muslim).

Selain itu, sungguh Allah Ta'ala telah mengingatkan orang orang yang menyelisihi Rasulullah Salallahu 'Alaihi Wasallam, dalam firman-Nya :

فَلْيَحْذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Maka hendaklah orang orang yang menyelisihi perintah Rasul, takut akan ditimpa fitnah atau azab yang pedih. (Q.S an Nur 63).

Kedua : Melakukan amal shalih.

Setelah memiliki ilmu yang benar tentang syari’at dan batasan batasannya sesuai yang diajarkan Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam dan dipahami serta dipraktekkan oleh para sahabat maka segeralah melakukan amal shaleh  dan tetap menjaga  ketaatan. Allah Ta'ala  berfirman :  

مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ ٱللَّهَ ۖ

Barangsiapa yang mentaati Rasul sungguh dia telah mentaati Allah. (Q.S an Nisaa’ 80)

Sungguh, jika seseorang melakukan amal shalih dengan dilandasi iman serta ilmu yang benar maka dia menjadi hamba yang taat insya Allah dan akan mengantarkannya kepada keselamatan di dunia dan akhirat.  

Wallahu A'lam. (2.931).