Sabtu, 08 Juni 2019

PUASA SYAWAL SANGAT FLEKSIBEL WAKTUNYA


PUASA SYAWAL SANGAT FLEKSIBEL WAKTUNYA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu ibadah yang sangat dianjurkan setelah ‘Idil Fitri adalah puasa 6 hari di bulan Syawal. Sebagian besar orang beriman tak mau mengabaikannya. Tetapi sebagian masih ada belum terbiasa melakukan ibadah yang bermanfaat ini.

Sungguh ibadah puasa Syawal ini sangatlah besar nilainya.  Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshari, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh. (H.R Imam Muslim).

Sungguh hadits ini seharusnya memberi motivasi yang kuat bagi setiap orang beriman untuk mengamalkannya karena akan mendapat pahala seperti berpuasa setahun penuh. Apalagi kita akan sangat sulit bahkan mungkin tak mampu untuk berpuasa setahun penuh.

Selain pahalanya yang besar juga waktu pelaksanaannya sangat fleksibel atau longgar. Bisa dilakukan  awal awal bulan Syawal setelah ‘idil fitri, bisa di pertengahan Syawal ataupun menjelang akhir bulan Syawal. Cara pelaksanaannya juga longgar. Bisa berturut turut selama enam hari ataupun diselang seling pada hari mana saja asal masih dalam bulan Syawal.

Jadi pelaksanaannya berbeda dengan puasa sunnah yang lain seperti puasa yaumul bidh misalnya. Puasa ini harus dilakukan tiga hari berturut turut dan waktunya sudah ditentukan yaitu hanya pada tanggal 13,14 dan 15 bulan Hijriyah. Tak boleh dilakukan pada tanggal selain itu. Meskipun demikian sangatlah banyak kaum muslimin mengamalkannya.

Selanjutnya, perhatikanlah apa yang dijelaskan oleh dua ulama besar TENTANG WAKTU PELAKSANAAN puasa Syawal sebagai berikut :

Pertama : Imam Nawawi rahimahullah.

Beliau berkata : Afdhalnya (lebih utama) adalah berpuasa enam hari berturut-turut langsung setelah Idul Fithri. Namun jika ada orang yang berpuasa Syawal dengan tidak berturut-turut atau berpuasa di akhir-akhir bulan, maka dia masih mendapatkan keuatamaan puasa Syawal berdasarkan konteks hadits (tentang hal) ini. Inilah pendapat yang benar. Jadi, boleh berpuasa secara berturut-turut atau tidak, baik di awal, di tengah, maupun di akhir bulan Syawal. (Syarh Shahih Muslim)

Kedua : Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin.

Beliau berkata : Para fuqaha berkata bahwa yang lebih utama enam hari dilakukan setelah ‘idil fitri secara langsung. Ini menunjukkan bersegera melakukan kebaikan. Beliau juga mengingatkan bahwa lebih utama dilakukan secara berurutan namun tidak mengapa jika dilakukan tidak berurutan. (Syarh Mumthi’).

Kesimpulannya adalah bahwa puasa 6 hari bulan Syawal memiliki pahala yang besar, waktu untuk mengamalkannya sangat fleksibel atau longgar dan bisa memilih sesuai waktu, kedaaan dan kemampuan masing masing.

Ketahuilah bahwa sangatlah merugi saudara saudara kita yang masih merasa berat untuk melakukannya. Bukankah  kita sudah terlatih berpuasa sebulan penuh di bulan sebelumnya yaitu bulan Ramadhan. Bahkan perut kita dan fisik kita secara keseluruhan  serta jiwa kita sudah terbiasa dengan puasa Ramadhan yang baru saja kita lakukan selama sebulan penuh sehingga tak berat jika kita tambah dengan puasa 6 hari  di bulan Syawal.  

Oleh karena itu berdoalah kepada Allah Ta’ala agar kita semua diberi kemampuan untuk senantiasa mengamalkan puasa Syawal ini dengan baik. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.644)

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar