Kamis, 06 Juni 2019

BANYAK BICARA TAK DIANJURKAN DALAM SYARIAT ISLAM


BANYAK BICARA TAK DIANJURKAN DALAM SYARIAT ISLAM

Oleh : Azwir B. Chaniago

Lisan atau lidah adalah salah satu karunia besar yang Allah Ta’ala berikan kepada manusia sehingga bisa berbicara atau berkomunikasi dengan dengan sesama. Sungguh kita tak bisa membayangkan bagaimana sulitnya hidup ini kalau kita sebagai manusia tak bisa berbicara.

Oleh karena bersyukurlah terhadap nikmat lisan  ini yaitu dengan menjaga dan  menggunakannya untuk segala sesuatu yang bermanfaat dan Allah ridha dengannya.  
Sungguh Rasulullah telah mengingatkan kita agar mengunakan nikmat lisan ini untuk  berbicara yang baik atau diam. Rasulullah salallahu alaihi wassalam bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah)

Imam an Nawawi berkata : Apabila salah seorang dari kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut benar-benar baik dan berpahala, baik dalam membicarakan yang wajib maupun sunnah, silahkan ia mengatakannya. Jika belum jelas baginya, apakah perkataan itu baik dan berpahala atau perkataan itu tampak samar baginya antara haram, makruh dan mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya.

Berdasarkan hal ini, maka perkataan yang mubah tetap dianjurkan untuk ditingggalkan dan disunnahkan menahan diri untuk tidak mengatakannya, karena khawatir akan terjerumus kepada perkataan yang haram dan makruh. Inilah yang sering terjadi (Syarah Shahih Muslim)

Selain itu, Rasulullah memberi jaminan surga bagi orang yang senantiasa menjaga lisannya, yaitu bagi yang menggunakannya hanya untuk mengatakan kebaikan, mengucapkan kebenaran, berdzikir dan berdoa dan kalimat kalimat yang baik. 

Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasalla bersabda :

مَنْ يَضْمَنَّ لِي مَابَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

Barang siapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) sesuatu yang ada di antara dua janggutnya dan dua kakinya, kuberikan kepadanya jaminan masuk surga. (H.R Imam Bukhari, dari Sahl bin Sa’id)

Yang dimaksud dalam hadits ini  dengan sesuatu yang ada di antara dua janggutnya adalah mulut, sedangkan sesuatu yang ada di antara dua kakinya adalah kemaluan.

Sungguh Allah Ta’ala akan mengangkat derajat orang orang menjaga lisannya. Namun demikian bisa jadi pula seseorang dilemparkan ke dalam neraka karena lisannya. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah ridhai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu, ternyata dengan kata tersebut Allah mengangkatnya beberapa derajat.

Dan sungguh seorang hamba mengucapkan suatu kata yang Allah murkai dalam keadaan tidak terpikirkan oleh benaknya, tidak terbayang akibatnya, dan tidak menyangka kata tersebut berakibat sesuatu ternyata karenanya Allah melemparkannya ke dalam neraka Jahannam. (H.R Imam Bukhari).

Ketahuilah para sahabat Nabi memberi nasehat kepada kita agar menggunakan nikmat lisan ini untuk segala sesuatu yang bermanfaat.  

(1) Umar bin Khaththab berkata : Semoga Allah merakhmati orang yang menahan diri dari banyak berbicara dan lebih mengutamakan banyak beramal. (Uyun al Akhbar, Ibnu Taimiyah)

(2) Ibnu Mas’ud berkata : Jauhilah oleh kalian sikap berlebihan dalam berbicara. Cukuplah bagi seseorang untuk berbicara seperlunya. (Jami’ul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab al Hambali)

(3) Abu Darda’ berkata : Lebih berlaku adillah terhadap telingamu dari pada lidahmu. Karena tidaklah diciptakan telinga itu dua kecuali agar kamu lebih banyak mendengar dari pada berbicara (Minhajul Qashidin, Imam Ibnu Qudamah)

Semoga kita kita semua diberi kekuatan menggunakan lisan ini untuk segala sesuatu yang bermanfaat dan diridhai Allah Ta’ala. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.641)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar