Selasa, 11 Juni 2019

CARA MENDAPATKAN NILAI LEBIH DARI INFAK DAN SEDEKAH


CARA MENDAPATKAN NILAI LEBIH DARI 
INFAK DAN SEDEKAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Berinfak dan bersedekah adalah suatu perbuatan mulia dan memiliki nilai yang agung di sisi Allah Ta’ala. Allah Ta’ala  sangatlah menganjurkan bahkan memerintahkan orang orang beriman untuk berinfak dan bersedekah di jalan-Nya.

Pertama : Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ ۗ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Wahai orang yang beriman !. Infakkanlah dari sebagian rizki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang  hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang orang kafir itulah orang yang zhalim.  (Q.S al Baqarah 254)

Kedua : Allah berfirman :

وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ

Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang diantara kamu.  (Q.S al Munaafiquun 10).

Syaikh as Sa’di berkata : (Belanjakanlah, infakkanlah) “sebagian dari apa (rizki) yang telah Kami berikan kepadamu” Hal itu memberitahukan bahwa Allah Ta’ala tidak membebankan nafkah yang memberatkan hamba hamba-Nya. Untuk itu, hendaknya mereka mensyukuri karunia yang didapatkan dengan berbagi kepada saudara saudaranya membutuhkan. Segeralah lakukan itu sebelum maut datang menjemput, karena ketika kematian datang, manusia tidak mungkin sedikit pun bisa melakukan kebaikan

Dari infak dan sedekah  yang dikeluarkan, setiap orang ingin mendapatkan ganjaran pahala yang memiliki nilai lebih. Ketahuilah bahwa hakikatnya semua kebaikan termasuk infak dan sedekah akan mendapat ganti dan balasan pahala yang lebih dan berlipat. 

Perhatikanlah firman Allah Ta’ala berikut ini : 

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنفَقْتُم مِّن شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

Katakanlah : Sesungguhnya Rabb-ku melapangkan rizki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rizki yang sebaik-baiknya. (Q.S. Saba 39).

Bahwa Allah Ta’ala akan melipat gandakan harta yang diinfakkan di jalan –Nya, yakni sebagaimana firman-Nya :

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Mahaluas dan Maha Mengetahui.(Q.S al Baqarah 261)

Sungguh ayat ini dengan sangat terang menjelaskan bahwa Allah Ta’ala memberikan nilai lebih dengan melipat gandakan harta orang orang yang berinfak di jalan-Nya sampai tujuh ratus kali lipat bahkan bisa jadi lebih dari itu.

Ketahuilah bahwa ada beberapa cara YANG BISA MEMBERIKAN NILAI LEBIH DARI INFAK DAN SEDEKAH SEORANG HAMBA, diantaranya adalah :

Pertama : Benar benar dijaga agar infak dan sedekah ikhlas karena Allah.

Apa itu ikhlas ?. Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berpendapat, arti ikhlas karena Allah ialah, apabila seseorang melaksanakan ibadah yang tujuannya untuk taqarrub kepada Allah dan mencapai tempat kemuliaan-Nya.

Sungguh semua ibadah kita haruslah karena mencari wajah Allah, ikhlas karena Allah, termasuk berinfak dan bersedekah sehingga benar benar bernilai di sisi-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah dia mengerjakan amal shalih dan janganlah dia mempersekutukan seorangpun dengan Rabb-nya. (Q.S al Kahfi  110).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ العَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصاً وَ ابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang ikhlas dan dimaksudkan (dengan amal perbuatan itu) mencari wajah Allah. (H.R an Nasa-i, dihasankan oleh Syaikh al Albani dalam Shahih at Targhib wat Tarhib).

Bahkan bersedekah dengan disembunyikan itu lebih baik (memiliki nilai lebih) dari pada terang terangan. Allah Ta’ala berfirman :

إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِنْ سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Jika kamu menampakkan sedekah sedekahmu maka itu baik. Dan jika KAMU MENYEMBUNYIKANNYA dan memberikannya kepada orang fakir MAKA ITU LEBIH BAIK BAGIMU. Dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan kesalahanmu. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.  (Q.S al Baqarah 271).

Dalam surat al Insan digambarkan tentang orang yang memberi makanan dengan  mengharapkan ridha Allah saja. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا

(Sambil berkata) : Sesungguhnya kami memberikan makanan kepadamu (orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan) HANYALAH KARENA MENGHARAPKAN KERIDHAAN ALLAH, kami tidak mengharap balasan dan terima kasih dari kamu. (Q.S al Insan 9)

Syaikh as Sa’di berkata : Maksudnya mereka memberi makan dan infak adalah demi mencari ridha Allah Ta’ala semata. Mereka tidak mengharapkan balasan materi ataupun sanjungan. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Sungguh para sahabat adalah orang orang yang terkenal sangat ikhlas dalam berinfak dan bersedekah bahkan ikhlas dalam semua ibadahnya. Allah Ta’ala berfirman : 

تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا ۖ

Kamu melihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya. (Q.S al Fath 29)

Ketahuilah bahwa nilai sedekah para sahabat bisa jadi sangatlah jauh dibanding dengan nilai sedekah kita. Diantaranya penyebabnya adalah karena keikhlasan kita juga berbeda dengan keikhlasan para sahabat. Bisa jadi  kita dalam  berinfak dan bersedekah terkadang ada tercampur sedikit atau banyak perasaan riya’.  Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :


عن النبي صلى الله عليه وسلم قال لا تسبوا اصحابي فلو ان احدكم انفق مثل احد ذهبا ما بلغ مد احدهم ولا نصيفه  

Dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda : Janganlah kalian mencela sahabatku, sekiranya salah seorang dari kalian mensedekahkan emas sebesar gunung Uhud, sungguh hal itu tidak akan menyamai sedekah mereka satu mud atau bahkan setengahnya. (H.R Iman Ahmad) 1

Kedua : Dalam keadaan memiliki sedikit harta dan kesempitan.

Dalam syariat Islam, sangat dianjurkan pula  untuk berinfak dalam keadaan sempit ataupun lapang yaitu sebagaimana Allah berfirman 

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ

(Orang yang bertakwa yaitu) orang yang berinfak baik di waktu lapang maupun diwaktu sempit. (Q.S  Imran 134).

Syaikh as Sa’di berkata tentang ayat ini : Yaitu pada saat keadaan mereka sedang sulit atau keadaan mereka sedang lapang. Bila mereka lapang maka mereka (orang yang takwa ini) akan berinfak lebih banyak. Apabila mereka sedang kesulitan mereka tidak menganggap remeh suatu kebaikan walaupun hanya (berinfak) sedikit (Tafsir Karimur Rahman).

Ingatlah satu kaidah bahwa : Al jaza’-u min jinsil amal. Sesungguhnya balasan itu berbanding dengan amal perbuatan.

Dari Aisyah, Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya pahala yang kamu dapat adalah sesuai dengan kadar kelelahanmu dan nafkah yang kamu keluarkan”. (H.R al Hakim).

Bisa jadi seseorang berinfak dan bersedekah sedikit tapi mendapat pahala lebih besar dari orang berinfak dan bersedekah banyak. Seseorang memiliki harta misalnya 2 milyar rupiah lalu dia  berinfak 2 juta rupiah (satu permil dari hartanya), nilainya di sisi Allah akan berbeda dengan seseorang yang memiliki harta 10 juta rupiah lalu dia berinfak  100 ribu rupiah (satu persen dari hartanya).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :  “Sabaqa dirhamun mi-ata alfi  dirhamin. Faqala rajulun : Wa kaifa dzaka ya rasulullah ? Qaala : Rajulun lahu maalun katsiirun, akhadza min ‘urdhihi mi-ata alfi dirhamin tashaddaqa bihaa, wa rajulun laisa lahu illa dirhaman , fa-akhadza  ahaduhumaa fa tashaddaqa bihi”

Satu dirham mengungguli seratus ribu dirham. Seorang bertanya : Bagaimana itu (terjadi) wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : “Seseorang mempunyai harta yang melimpah lalu dia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham lalu menyedekahkannya, dan seseorang yang lain hanya memilik dua dirham, dia mengambil satu dirham lalu  mensedekahkannya”. (H.R Imam an Nasa-i, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya) 

Ketiga : Dengan harta yang dicintai dan disenangi

Berinfak atau bersedekah bagi sebagian orang adalah suatu yang sudah biasa. Tetapi ketahuilah bahwa berinfak dan bersedekah dengan harta yang dicintai atau disenangi memang tidak sering dilakukan manusia. Pada hal disitulah kebaikan yang banyak tersedia. 

Allah Ta’ala berfirman : 

وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَىٰ حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا

(Yaitu orang yang berbuat kebajikan). Dan mereka MEMBERIKAN MAKANAN YANG DISUKAINYA kepada orang miskin, anak yatim dan orang orang yang ditawan. (Q.S al Insan 8).

Syaikh as Sa’di berkata : “Dan mereka memberikan makanan yang disukainya”. Yaitu pada saat mereka menyukai harta dan makanan, tetapi mereka LEBIH MEMENTINGKAN kecintaan terhadap Allah dari pada diri mereka sendiri. (Tafsir Taisir Karimir Rahman). 

Allah Ta’ala berfirman :

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Benar benar kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan SEBAGIAN HARTA YANG KAMU CINTAI. Dan apapun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh Allah Maha Mengetahui. (Q.S Ali Imran 92).
Imam Ahmad meriwayatkan, dari Ishaq bin Abdillah bin Abi Thalhah, ia mendengar 

Anas bin Malik berkata : Abu Thalhah adalah orang terkaya diantara orang orang Anshar di Madinah. Kekayaannya yang paling dia cintai adalah Bairuha yaitu kebun yang berhadapan dengan masjid. Rasulullah pernah memasukinya dan meminum air yang segar darinya.

Kata Anas ketika ayat ini turun Abu Thalhah berkata : Ya Rasulullah sesungguhnya Allah berfirman : Kamu sekali kali tidak tidak akan sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai” Sesungguhnya harta kekayaan yang paling aku sukai adalah Bairuha’ dan aku bermaksud untuk menyedekahkannya yang dengannya aku berharap mendapat kebaikan dan simpanan disisi Allah. Maka manfaatkanlah kebun itu ya Rasulullah seperti apa yang ditunjukkan Allah kepada engkau.

Maka Nabi bersabda : Bagus, bagus, yang demikian itu adalah harta yang menguntungkan, harta yang menguntungkan. Dan aku telah mendengar apa yang engkau katakan. Aku berpendapat hendaklah kebun itu engkau berikan kepada kaum kerabatmu. Abu Thalhahpun berkata : Aku akan laksanakan ya Rasulullah. Kemudian Abu Thalhah membagi bagikannya kepada sanak kerabatnya dan anak anak pamannya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).

Keempat : Ketika terasa takut miskin dan ingin kaya.

Sebagian orang tergelincir dengan rayuan syaithan yang menakut nakuti akan jatuh miskin ketika banyak bersedekah.  Akhirnya menjadi berat baginya untuk menginfakkan hartanya. Allah Ta’ala berfirman :

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Syaithan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S Al-Baqarah 268)

Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah Ta'ala : "Syaithan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan", maksudnya, dia menakut-nakuti kalian dengan kefakiran supaya kalian tetap menggenggam tangan kalian (menahan harta), sehingga tidak menginfakkanya dalam keridhaan Allah.
Dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)” maksudnya, bersamaan dengan melarang kalian berinfak karena takut miskin, syaithan menyuruh kalian berbuat maksiat, dosa, keharaman, dan menyelisihi keridhaan pencipta (Allah). Lihat Tafsir Ibnu Katsir.

Rasulullah menjelaskan bahwa sungguh berinfak tak akan pernah mengurangi harta seorang hamba yaitu sebagaimana sabda beliau kepada Bilal :

أَنْفِقْ بِلَالًا وَلَا تَخْشَ مِنْ ذِي الْعَرْشِ إِقْلَالًا

Berinfakanlah wahai Bilal, jangan takut pemilik ‘Arsy (Allah) mengurangi hartamu. (H.R al Baihaqi dan ath Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Selain itu ketahuilah bahwa seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam : 

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ أَجْرًا قَالَ « أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ ، تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى ، وَلاَ تُمْهِلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلاَنٍ كَذَا ، وَلِفُلاَنٍ كَذَا ، وَقَدْ كَانَ لِفُلاَنٍ »


Wahai Rasulullah, sedekah yang mana yang LEBIH BESAR PAHALANYAl ?. Beliau menjawab : Engkau bersedekah pada saat kamu masih sehat, saat kamu takut menjadi fakir, dan saat kamu berangan-angan menjadi kaya. Dan janganlah engkau menunda-nunda sedekah itu, hingga apabila nyawamu telah sampai di tenggorokan, kamu baru berkata, Untuk si fulan sekian dan untuk fulan sekian, dan harta itu sudah menjadi hak si fulan.” (Muttafaqun ‘alaih, dari Abu Hurairah).

Itulah sebagaian upaya atau cara yang bisa dilakukan sehingga infak dan sedekah seorang hamba mendatangkan nilai lebih dan bermanfaat bagi dunia dan akhiratnya. Wallahu A’lam. (1.649)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar