Sabtu, 12 Desember 2015

SIFAT AMANAH SUDAH PUNAH ??



SIFAT AMANAH SUDAH PUNAH ??

Oleh : Azwir B. Chaniago

Saat ini semakin banyak orang berilmu apalagi ilmu dunia. Tapi masih adakah yang amanah. Malah ada yang mengeluh dan berkata : Mencari orang yang cerdas, hebat, ahli dibidangnya  serta  berpendidikan tinggi, saat ini adalah mudah karena jumlahnya banyak. Cuma mencari orang   yang amanah saat ini sangatlah sulit.
Sungguh sifat amanah dizaman kita  sudah langka meskipun belum bisa dikatakan punah sama sekali.
Ketahuilah bahwa amanah merupakan salah satu indikasi orang beriman yang beruntung. Allah berfirman : “Walladzina hum li amaanaatihim wa’ahdihim raa-’uun” (Dan sungguh beruntung orang orang yang beriman) orang orang yang memelihara amanat amanat dan janjinya (Q.S al Mu’minuun 8). 

Syaikh as Sa’di berkata : Maksud (ayat ini)  adalah mereka memperhatikan, menjaga lagi memelihara amanah. Sangat bersemangat untuk menjalankan dan menegakkan (amanah).   Lihat tafsir Karimir Rahman.

Oleh karena itu maka seorang beriman haruslah menjaga amanah yang diberikan kepadanya agar dia beruntung. Jika tidak amanah maka dia bisa jatuh menjadi orang munafik karena Rasulullah telah menjelaskan bahwa salah satu tanda munafik adalah jika dipercaya ia berkhianat.

Rasulullah bersada: “Ayatal munaafiqi tsalatsun, idzaa haddatsa kadzaba wa idzaa wa ‘ada akhlafa, wa idzaa tumina khaana”. Tanda tanda orang munafik itu ada tiga, jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar dan jika dipercaya ia berkhianat (Mutafaq ‘alaihi). 

Ketahuilah bahwa munafik adalah seburuk buruk sifat manusia. Sungguh Allah akan memberikan hukuman yang berat bagi mereka yaitu dengan menempatkannya pada neraka yang paling rendah. Allah berfirman : “Innal munaafiqiina fid darkil asfali minan naar, wa lan tajida lahum nashiiraa”. Sungguh orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. (Q.S an Nisaa’ 145).

Ada beberapa hal yang membuat seseorang tidak amanah terhadap sesuatu yang dipercayakan kepadanya, diantaranya adalah :

Pertama : Berlebihan mencintai dunia.
Orang yang mencintai dunia, apalagi dengan berlebihan, maka dia akan berusaha sekuatnya untuk mendapatkan harta dunia dan segala perhiasannya. Lalu mereka menghalalkan segala cara bahkan termasuk mengkhianati amanah yang dipercayakan kepadanya. 

Padahal dunia ini adalah kehidupan sementara fana dan fatamorgana. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bahwa dunia ini bukan saja tidak berharga tapi dilaknat.  Rasulullah bersabda :  “Alaa innad dun-yaa mal’uunah. Mal’uunun maa fiihaa illaa dzikrullahi wamaa waalaahu wa ‘alimun au muta’allimun” Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada didalamnya, kecuali (1) Dzikir kepada Allah dan (2) Ketaatan kepada-Nya, (3) Orang orang yang berilmu atau (4) Orang yang mempelajari ilmu. (H.R Imam at Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Abdil Barr. Hadits ini Hasan). 
 
Oleh karena itu tidaklah pantas bagi seseorang untuk mengejar dunia   yang rendah, tidak berharga  dan dilaknat. Apalagi mengejar dan mencintai dunia dengan cara berbuat zhalim kepada diri dan orang lain,  yaitu melalaikan amanah. Na’udzubillah.

Kedua : Tidak merasa diawasi.
Orang yang tidak amanah mungkin merasa perbuatan buruknya akan dibiarkan saja dan tidak diawasi dan dicatat. Sungguh apapun yang kita lakukan di dunia ini terus menerus dibawah pengawasan dan pencatatan oleh malaikat yang ditugaskan  Allah Ta’ala. Allah berfirman : “Maa yalfizhu min qaulin illa ladaihi raqiibun ‘atiid”. Tidak ada satu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).  Q.S Qaaf 18.

Ketiga :  Lupa bahwa manusia akan diminta pertanggungan jawab.
Bisa jadi orang tidak amanah atau mengabaikan amanah lupa bahwa setelah kehidupan di dunia berakhir maka semuanya akan dibangkitkan. Lalu semuanya diminta pertanggung jawaban tentang perbuatan baik dan buruknya di dunia termasuk melalaikan amanah yang dipercayakan kepadanya.

Allah berfirman : “Ayahsabul insaanu an yutraka sudda”. Apakah manusia mengira dia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban) ?.  Q.S al Qiyaamah 36.

Insya Allah ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (496)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar