Jumat, 04 Desember 2015

BAGAIMANA DENGAN DOSA YANG LALU JIKA SUDAH BERTAUBAT



BAGAIMANA DENGAN DOSA YANG LALU
 JIKA SUDAH BERTAUBAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta’ala menyuruh manusia untuk senantiasa bertaubat atas segala dosa dosanya. Allah berfirman : “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (Q.S an Nuur 31).

Allah berfirman : “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (Q.S Hud 3) 

 Allah berfirman : Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.  (Q.S at Tahrim 8)

Sebagian saudara kita,  yang telah mendapat hidayah untuk bertaubat lalu bertanya bagaimana dengan dosanya yang lalu. Pertanyaan ini memang ada benarnya karena orang yang telah bertaubat itu terkadang teringat dosa dosanya yang lalu. Bahkan sampai ada yang merasa dirinya sangat tidak nyaman jika terpikir kemaksiatan yang telah terlanjur dilakukan. Sungguh sangatlah banyak diantara mereka yang betul betul menyesali dirinya

Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta Maha Penerima Taubat hamba hamba-Nya. Jika seseorang telah bertaubat dari segala dosanya maka dosa dosanya yang telah lalu telah dimaafkan Allah Ta’ala. Memang itulah fungsi taubat yaitu untuk menghapus segala dosa dimasa lalu baik yang kecil maupun yang besar. Namun perlu diketahui bahwa seseorang yang bertaubat haruslah memenuhi syarat syarat taubat yang benar.

Sungguh dalam al Qur-an telah disebutkan dengan jelas bahwa Allah akan mengganti kejahatan mereka (dimasa lalu) dengan kebajikan. Allah berfirman :  “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka  kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, Maka Sesungguhnya Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya”. (Q.S. al Furqaan 70-71).

Syaikh as Sa’di berkata tentang firman Allah : “Maka kejahatan mereka diganti dengan kebajikan, maksudnya adalah segala perbuatan dan perkataan mereka yang disiapkan untuk amal keburukan akan diganti, yaitu diganti dengan kebajikan kebajikan. Maka syirik mereka berubah menjadi iman, kemaksiatan mereka diganti menjadi ketaatan dan kejahatan kejahatan yang sama yang pernah mereka lakukan diganti kemudian ditumbuhkan bagi mereka satu taubat, inabat dan ketaatan untuk setiap dosa dari dosa dosa tersebut. Yaitu diganti dengan kebajikan kebajikan, sebagaimana tampak dari zahirnya ayat. 

Dalam hal ini ada sebuah hadits (yang diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 190) tentang seorang lelaki yang dihisab oleh Allaah karena seebagian dosa dosanya, lalu dihitung di hadapannya, kemudian untuk setiap dosa dengan satu kebajikan. Lalu orang itu berkata : Ya Rabbi, sesungguhnya aku mempunyai beberapa dosa lagi yang tidak aku lihat disini. Wallahu A’lam. (Tafsir Karimir Rahman).  
  
Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan bahwa Allah Ta’ala berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum tukhti-una bil laili wan nahar” Wa ana aghfiru dzunuuba jamii’a. Fastaghfiruni, aghfirlakum”. Wahai hamba hambaku, sesungguhnya kalian berbuat dosa (kesalahan) siang dan malam. Dan Aku Mahapengampun, semua dosa. Minta ampunlah kepadaKu, Aku akan ampuni kalian.

Rasulullah bersabda :“Sesungguhnya Allah gembira menerima taubat hamba-Nya, melebihi kegembiraan seseorang diantara kalian tatkala menemukan kembali dengan tiba-tiba untanya yang telah hilang di gurun pasir”. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).  
                                                                                                                 
Demikianlah kasih sayang Allah kepada hamba hamba-Nya yang mau bertaubat. Bahkan Allah Ta’ala melarang seorang hamba untuk pustus asa dari rahmat-Nya.
Allah berfirman : “Innahu laa yaiasu min rauhillah illal qaumul kaafiruun” Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang orang yang kafir. (Q.S Yusuf 87).

Allah berfirman : “Qaala waman yaqnathu min rahmati rabbihii illadh dhaalluun. Dia (Ibrahim) berkata, tidak ada yang berputus asa dari rahmat Rabb-nya kecuali orang yang sesat. (Q.S al Hijr 56).

Imam Ibnul Rajab al Hambali, dalam Jami’ul Ulum wal Hikam menceritakan bahwa pada suatu kali Fudhail bin Iyadh, seorang Tabi’in, pernah bertanya kepada seorang laki laki : Berapa usiamu ? Orang itu menjawab : 60 tahun.
Lalu Fudhail berkata : Berarti selama 60 tahun engkau telah berjalan menuju Rabb-mu dan saat ini engkau hampir sampai kepada-Nya.

Maka laki laki itu berkata : Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun (sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali).

Kemudian Fudhail bertanya kepadanya : Tahukah engkau tafsir dari apa yang engkau ucapkan itu ?. Laki laki itu berkata : Tafsirkanlah ucapan itu untukku, wahai Abu Ali. Fudhail bin Iyadh berkata : 

Pertama : Barangsiapa yang mengetahui bahwa ia adalah hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya  maka hendaklah ia mengetahui bahwa kelak ia akan disuruh berdiri dihadapan Rabb-nya. 

Kedua : Barangsiapa yang mengetahui bahwa ia akan disuruh berdiri dihadapan  Rabb-nya maka hendaklah dia mengetahui bahwa dia pasti akan ditanya.

Ketiga : Barangsiapa yang mengetahui bahwa ia akan ditanya maka hendaklah ia mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan itu.
Selanjutnya laki laki itu berkata : Lalu bagaimana jalan keluarnya ? Jalan keluarnya mudah kata Fudhail bin Iyadh. Orang itu bertanya lagi : Apakah itu wahai Abu Ali ?

Fudhail bin Iyadh menjawab : Hendaklah engkau berbuat kebaikan disisa umurmu. Niscaya Allah akan mengampuni (dosa) apa yang telah lalu atas dirimu. Sesungguhnya jika engkau tetap berbuat keburukan pada sisa umurmu niscaya engkau akan dihisab atas semua perbuatan (buruk) mu yang telah lalu dan yang akan datang. 

Oleh karena itu, seorang hamba yang telah bertaubat hedaklah dia banyak bersyukur kepada Allah Ta’ala karena dia telah diberi hidayah untuk kembali ke jalan Allah, jalan yang lurus.  

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (485)


1 komentar: