Minggu, 06 Desember 2015

ENGKAU TAAT ENGKAU SELAMAT



ENGKAU TAAT ENGKAU SELAMAT DI DUNIA DAN AKHIRAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah
Pada zaman kita ini ternyata semakin banyak jenis manusia yang suka bahkan sibuk mempertanyakan tentang ketetapan Allah berupa perintah dan larangan yang diturunkan melalui Rasul-Nya. 

Diantara ketetapan atau peraturan  Allah yang sering mereka pertanyakan adalah (1) Kenapa Allah tidak adil dalam pembagian waris seperti anak laki laki mendapat dua bagian dari anak perempuan. (2) Kenapa Allah kejam dalam menghukum seperti hukum rajam dan potong tangan. (3) Dan yang lebih celaka lagi, ada pula diantara manusia bukan sekedar bertanya tapi malah punya pikiran rusak yaitu ingin  merevisi al Qur an yang katanya untuk disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Na’udzubillahi min dzaalik.

Mempertanyakan dengan mendewakan akal dan hawa nafsu.
Manusia yang suka mempertanyakan ketetapan atau hukum-hukum Allah umumnya adalah kaum rasionalis atau pendewa akal  dan  pengekor hawa nafsunya yang cenderung kepada keburukan.

Syaikh Ali bin Hasan al Halaby berkata tentang keanehan kaum rasionalis atau pendewa akal.

Pertama : Jika seseorang  pendewa akal, mengalami sakit, dia pergi ke dokter. Dia mengeluhkan sakitnya dia serahkan dirinya kepada dokter dengan kepasrahan yang sempurna, walaupun dokter membedah tubuhnya. 
 
Kedua : Setelah diperiksa dan dokter menyebutkan hasil diagnosanya, diberi resep obat, maka langsung diambil resepnya tanpa menanyakan sedikitpun susunan kimia obatnya.

Ketiga : Jika disuruh dokter minum obat tiga kali sehari maka dilakukan tanpa dibantah sedikitpun. 

Subhanallah, hukum atau perintah dokter, bisa salah bisa benar, dia terima tanpa dibantah bahkan tidak menggunakan akalnya sedikitpun. 

Syaikh melanjutkan : Sedangkan terhadap hukum Allah yang diwahyukan kepada RasulNya maka manusia pendewa akal ini  sering dan suka membantahnya, membahasnya, menelitinya bahkan menolaknya. Lalu manakah dua hukum diatas yang lebih wajib diterima secara akal.  
   
Sesungguhnya engkaulah yang pasti akan ditanya  wahai manusia
Manusia yang suka mempertanyakan itu merasa seolah olah mereka lebih tahu tentang kemashlahatan bagi manusia dibanding Khaliq yang telah menciptakan langit dan bumi beserta semua yang ada diantara keduanya.

Ketahuilah saudaraku bahwa yang akan ditanya bukan Allah Ta’ala tetapi  kita manusia ini semuanya. Sungguh Allah Ta’ala tidak akan ditanya tentang apapun perbuatan-Nya di langit dan dibumi. Allah berfirman :  “Laa yus-aluu ‘ammaa yaf’alu wa hum yus-aluun”. Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang dikerjakan tetapi merekalah yang akan ditanya. (Q.S al Anbiyaa’ 23)

Tentang ayat ini, Syaikh as Sa’di berkata : Yakni mereka para makhluk yang akan ditanyai tentang tindak tanduk dan tutur kata mereka  lantaran ketidak berdayaan dan kekerdilan mereka. Pasalnya, mereka adalah para hamba Allah. Perbuatan dan gerak gerik mereka telah tersuratkan. Tidak ada hak kewenangan penanganan dan pengaturan yang mereka miliki ataupun dimiliki oleh pihak lain sekecil biji gandum sekalipun. (Tafsir Karimir Rahman). 
   
Oleh karena itu alangkah lancangnya manusia yang berani mempertanyakan ketetapan Allah baik berupa perintah maupun larangan. Padahal apa yang ditetapkan Allah Ta’ala sungguh untuk kebaikan dan keselamatan manusia di dunia dan di akhirat. Ketahuilah bahwa tidak ada suatu perintah atau larangan yang bisa menyelamatkan manusia kecuali apa yang dijelaskan dalam al Qur an, as Sunnah dengan pemahaman salafush shalih.
 
Belajar dari ketaatan para Nabi.
Seharusnya manusia pendewa akal itu belajar pada kisah para Nabi yang diselamatkan Allah Ta’ala  karena taat kepada-Nya. Diantara kisahnya adalah :

Pertama  : Dari Nabi Nuh.
Dikisahkan bahwa Nabi Nuh ‘alahis salam berdakwah 950 tahun lamanya. Namun sedikit sekali manusia yang mau mengikuti kebenaran yang diajarkannya terutama untuk mentauhidkan Allah. Lalu Nabi Nuh berdoa dan diperintahkan untuk membuat perahu. Allah berfirman : “Dia (Nuh) berdoa : Ya Rabb-ku, tolonglah aku karena mereka mendustakan aku. Lalu Kami wahyukan kepadanya : Buatlah kapal dibawah pengawasan dan petunjuk Kami. (Q.S al Mu’minun 26-27).

Pada waktu diperintahkan membuat perahu Nabi Nuh tidak menyampaikan pertanyaan apalagi bantahan tapi langsung taat untuk melakukan perintah Allah. Pada hal Nabi Nuh tidak tahu persis apa maksud Allah dengan perintah membuat perahu itu. Dengan ketaatannya itu maka akhirnya Nabi Nuh bersama kaumnya yang beriman selamat. 
Kedua : Dari Nabi Musa. 

Pada saat Nabi Musa dan kaumnya terdesak ke pinggir pantai dikejar kejar oleh Fir’aun dan pasukannya lalu Allah perintahkan Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya kelaut. Allah berfirman : “Fa auhainaa ilaa muusaa anidhrib bi ‘ashakal bahra, fan falaqa fa kaana kullu firqin kaththaudil ‘azhiim”. Lalu Kami wahyukan kepada Musa : Pukullah laut itu dengan tongkatmu. Maka terbelahlah lautan itu dan setiap belahan seperti gunung yang besar. (Q.S asy Syu’araa 63).

Ketahuilah bahwa ketika Musa diperintahkan untuk memukul lautan dengan tongkatnya sungguh tidaklah Nabi Musa mempertanyakan kepada Allah kenapa ya Allah, engkau suruh aku memukul laut dengan tongkatku apa manfaatnya ya Allah. Sungguh aku berada dalam bahaya besar. 

Dan juga tidaklah  Allah memberi keterangan sebelumnya kepada Musa apa manfaat memukul laut dengan tongkatnya. Tapi Nabi Musa dalam posisi penuh ketaatan kepada Allah lalu dipukul laut itu dengan tongkatnya sehingga terbelah dan Nabi Musa berserta kaumnya selamat dari makar Fir’aun.

Selain itu tentang ketaatan juga kita belajar dari Hajar ibundanya Nabi Ismail.  Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitab Shahihnya : Kemudian Nabi Ibrahim membawa Hajar dan anaknya Ismail menuju Makkah. Ketika itu Hajar masih menyusui Ismail.

Hingga akhirnya Ibrahim menempatkan keduanya ditempat yang nantinya dibangun Baitullah, tepatnya dibawah pohon besar yang berada diatas bakal sumur zamzam dibagian atas bakal Masjidil Haram. Pada saat itu di Makkah tidak ada (penghuni) seorang pun dan juga tidak ada air. Ibrahim meninggalkan keduanya di sana dan meletakkan di sisi mereka geribah yang didalamnya ada  kurma dan bejana yang didalamnya ada air.

Setelah itu, Ibrahim berangkat maka Hajar mengejarnya seraya berkata : Wahai Ibrahim hendak kemana engkau pergi ?. Apakah engkau akan meninggalkan kami sedang di lembah ini tidak terdapat seorang manusia pun dan tidak pula ada makanan apa pun ?. Hajar berulang ulang mengatakannya. Akhirnya Hajar bertanya kepada Ibrahim : Apakah Allah yang menyuruhmu melakukan ini ? . Ya jawab Ibrahim. Lalu Hajar berkata : Kalau begitu kami tidak akan disia siakan Allah Ta’ala.

Begitu hebatnya ketaatan Hajar terhadap perintah Allah maka akhirnya Allah Ta’ala betul betul tidak mensia siakannya. Allah memberinya air yang berlimpah berupa sumur zamzam. Akhirnya  Hajar dan anaknya Ismail  bisa hidup dengan selamat di Makkah. (Lihat Kitab Qishashul Anbiyaa’ oleh Imam Ibnu Katsir)
    
Oleh karena itu tiada cara yang memberikan keselamatan bagi manusia kecuali taat. Selalu dalam posisi sami’naa wa atha’naa. Insya Allah selamat fii dun-ya wal aakhirah.

Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam.  (486)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar