Minggu, 27 Desember 2015

MEMILIH SAHABAT ATAU TEMAN DEKAT



MEMILIH SAHABAT ATAU TEMAN DEKAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Manusia  adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya di dunia ini membutuhkan orang lain sebagai teman untuk berbagai kebutuhan. Namun demikian Rasulullah mengingatkan kita agar berusaha  memilih orang orang yang patut untuk dijadikan sahabat atau teman dekat.  

Bahkan Rasulullah menjadikan teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang. Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar memilih teman dalam bergaul.

Dalam sebuah hadits  disebutkan :   “Arrajulu ‘alaa diini khaliilih, falyanzhur ahadukum man yukhaalil “. Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah)

Lihatlah bagaimana paman Nabi yaitu Abu Thalib yang tidak mau mengucapkan kalimat tauhid yang diajarkan Nabi pada saat menjelang wafatnya. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan,  bahwa Ibnul Musayyib berkata : Sesungguhnya Rasulullah menemui Abu Thalib ketika akan meninggal. Di situ beliau mendapati Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah (dua sahabat dekata Abu Thalib).

Rasulullah berkata kepada Abu Thalib : “Wahai pamanku katakan Laa ilaha illallah sebuah kalimat yang aku akan menjadi saksimu di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari Kiamat.”

Maka Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah berkata : Wahai Abu Thalib apakah engkau membenci agama Abdul Muthalib ?.

Rasulullah terus terus mentalqinnya dengan mengulangi kalimat Laa ilaha ilallah. Namun hingga akhir umurnya ucapan Abu Thalib dia tetap berada diatas agama Abdul Muthalib dan tidak mengucapkan syahadat. Begitulah besarnya pengaruh dari teman dekatnya yaitu Abu Jahal dan Abullah bin Abi Umayyah sehingga sampai akhir hayatnya tidak mau menerima kebenaran yang dibawa Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam.

Nasehat Ibnu Qudamah al Maqdisi
Imam Ibnu Qudamah al Maqdisi memberikan nasehat tentang memilih teman (sahabat atau teman dekat). Beliau berkata :   Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki lima sifat berikut : (1) Orang yang berakal. (2)  Memiliki akhlak yang baik, (3) Bukan orang fasik (yang banyak berbuat dosa). (4) Bukan ahli bid’ah (yang mengada ada dalam agama) dan  (5)  Bukan orang yang rakus dengan dunia.

Kemudian beliau menjelaskan : Akal merupakan modal utama. Tidak ada kebaikan berteman dengan orang yang bodoh. Karena orang yang  bodoh (sebenarnya) dia ingin menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu (karena kebodohannya). Yang dimaksud dengan orang yang berakal adalah orang yang memamahami  sesuatu sesuai dengan hakikatnya, baik dirinya sendiri atau tatkala dia menjelaskan kepada orang lain.

Teman yang baik juga harus memiliki akhlak yang mulia. Karena betapa banyak orang yang berakal dikuasai oleh rasa marah dan tunduk pada hawa nafsunya, sehingga tidak ada kebaikan berteman dengannya. Sedangkan orang yang fasik, dia tidak memiliki rasa takut kepada Allah. Orang yang tidak mempunyai rasa takut kepada Allah, tidak dapat dipercaya dan engkau tidak aman dari tipu dayanya. Sedangkan berteman dengan ahli bid’ah, dikhawatirkan dia akan mempengaruhimu dengan keburukankan bid’ahnya. (Mukhtashar Minhajul Qashidin)

Berteman dengan yang buruk perangainya mendatangkan  penyesalan di akhirat
Memilih teman yang jelek akan menyebakan rusak agama seseorang. Jangan sampai kita menyesal pada hari kiamat nanti karena pengaruh teman yang jelek sehingga tergelincir dari jalan kebenaran dan terjerumus dalam kemaksiatan. 

Renungkanlah firman Allah berikut : “Dan ingatlah ketika orang-orang zalim menggigit kedua tanganya seraya berkata : “Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari al Qur’an sesudah al Qur’an itu datang kepadaku. Dan setan itu tidak mau menolong manusia” (Q.S al Furqan 27-29).

Lihatlah bagaimana Allah menggambarkan seseorang yang telah menjadikan orang-orang yang buruk kelakuannya sebagai teman-teman (dekatnya) di dunia sehingga di akhirat menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna lagi.

Jadi mulai sekarang mari kita introspeksi lagi diri kita. Siapa siapa saja yang telah kita jadikan sahabat atau teman dekat kita selama ini. Bagaimanapun kita masih ada kesempatan untuk memilah dan memilih teman dekat yang akan membantu dan mengajak kita kepada keselamatan  dunia dan akhirat.

Wallahu A’lam. (519)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar