Senin, 07 Desember 2015

BERCANDA TIDAK DILARANG SECARA MUTLAK



BERCANDA TIDAK DILARANG SECARA MUTLAK

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah
Bercanda adalah sesuatu yang disukai oleh sebagian orang. Mulai dari yang berpangkat sampai yang tidak punya jabatan apapun. Dari orang yang sudah tua sampai yang masih muda apalagi anak remaja. Dari orang penjaga istana kerajaan  sampai penjaga komplek pemakaman. Hampir semua nampaknya suka dengan candaan.

Terkadang candaan memang ada yang memberikan manfaat diantaranya adalah : (1) Membuat suasana tegang menjadi rileks. (2) Bisa mengurangi kecapean pikiran karena pekerjaan yang membutuhkan kosentrasi tinggi. (3) Bisa jadi juga untuk menghidupkan suasana yang tadinya kaku. (4) Bahkan bisa pula mempererat hubungan satu orang dengan yang lainnya, satu kelompok dengan kelompok lainnya. 

Bolehkah bercanda dalam syariat Islam.
 Dalam syariat Islam tidak ada larangan bercanda secara mutlak. Sifatnya mubah yaitu boleh boleh saja bahkan bisa jadi mustahab. 

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata : Candaan yang bersih dari segala yang dilarang dalam agama hukumnya mubah. Apabila bertepatan dengan suatu kemashlahatan seperti bisa menghibur  lawan bicara atau mencairkan suasana maka hukumnya mustahab. (Fathul Baari).

Rasulullah juga pernah beberapa kali bercanda. Diantaranya dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan at Tirmidzi dari Anas bin Malik  disebutkan bahwa :Seorang laki laki meminta kepada Rasulullah agar dibawa serta diatas tunggangan beliau. Lalu beliau bersabda : “Aku akan membawamu dengan anak unta. Lalu laki laki itu berkata : Wahai Rasulullah ! Apa yang bisa aku perbuat dengan anak unta ?. Beliau menjawab : Apakah ada untuk yang tidak dilahirkan oleh unta betina. 

Maksudnya adalah bahwa (semua) unta itu  anak dari unta betina yang melahirkannya. 

Dalam berdakwah terkadang ustadz atau guru guru kita memberikan sedikit bumbu berupa candaan yang membuat suasana kajian menjadi lebih enak dan semangat. Ya ibarat garam dalam makanan, memang perlu ada tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit. Kalau berlebihan malah makanan jadi tidak enak.

Lalu bagaimana kalau mulai dari awal kajian sampai selesai diisi dengan candaan terus menerus ?. Kalau itu bukan kajian namanya. Itu forum lawakan dan sangat tidak dianjurkan berbuat begitu,  meskipun niatnya baik. Ketahuilah bahwa sesuatu yang baik tentu membutuhkan cara yang baik pula untuk mencapainya.

Batasan canda yang diperbolehkan.
Diatas telah diuraikan bahwa candaan memang suatu yang mubah bahkan bisa menjadi mustahab. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Imam an Nawawi dalam al Adzkar. Beliau berkata : Bahwa bercanda dengan tujuan merealisasikan kebaikan atau untuk menghibur lawan bicara atau untuk mencairkan suasana maka itu tidak terlarang bahkan canda seperti ini termasuk yang disukai atau mustahab. 

Namun demikian perlu diketahui bahwa tidaklah semua jenis canda diperbolehkan. 
Diantara batasan batasan canda adalah :

Pertama : Tidak bercanda dengan mengolok olok agama.
Ketahuilah bahwa bercanda dengan mengolok olok agama adalah bentuk canda yang paling buruk. Akibatnya  bisa fatal dan  membahayakan bagi keislaman seseorang. Sungguh masalah ketuhanan, wahyu dan agama secara keseluruhan adalah merupakan masalah yang sangat terhormat dan mulia. Oleh karena itu sangatlah dilarang  meremehkannya dalam bentuk apapun. Jika ada yang melakukannya berarti dia telah kufur dan wajib baginya untuk segera bertaubat dengan sebenar benarnya.

Tapi kita menyaksikan ada saja manusia yang mengolok olok ketetapan Allah dan Rasul-Nya. Diantaranya ada manusia yang menghina dan memberikan komentar buruk terhadap orang orang yang menegakkan sunnah seperti memelihara jenggot bahkan ada yang mengatakan itu orang bodoh. Kemudian ada wanita yang menutup aurat secara sya’i diberi pula komentar yang buruk. 

Allah berfirman : “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu) tentulah mereka akan menjawab : Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau  dan bermain main saja. Katakanlah : Apakah dengan Allah, ayat ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok olok ?. Tidak usah kamu meminta maaf karena kamu kafir setelah beriman (Q.S at Taubah 65-66).    

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : Mengejek Allah, ayat-ayat-Nya, para Rasul-Nya merupakan kekufuran. Pelakunya bisa menjadi kafir dengan sebab perbuatannya itu. (Majmu’ Fatawa).

Dalam Kitab Tafsir Karimir Rahman, Syaikh as Sa’di berkata : Sesungguhnya menghina atau mengejek Allah, ayat ayat-Nya dan rasul-Nya adalah perbuatan kufur yang mengeluarkan pelakunya dari Islam. Karena pondasi Islam dibangun di atas sikap pengagungan kepada Allah, agama dan Rasul-Nya, sementara memperolok olok sesuatu darinya sangat bertentangan dan bertabrakan dengan  pondasi  utama ini. 

Kedua : Tidak bercanda mengolok olok atau merendahkan orang lain.
Perbuatan mengejek, merendahkan atau meremehkan orang lain apalagi untuk bercanda adalah perbuatan yang dilarang dan diharamkan dalam Islam. 

Ada diantara alumni satu sekolah menyebut nyebut kekurangan seorang guru di sekolah mereka dulu lalu dijadikan bahan candaan dan mereka tertawa terbahak bahak. Sungguh perbuatan ini adalah suatu yang tidak pantas dan sangat tercela jika dilihat dari kacamata agama  ataupun kacamata etika.   Atau ada sekelompok orang bertemu lalu menjadikan candaan tentang  bekas atasannya yang dulu dan dijadikan bahan untuk tertawa. Sungguh ini banyak sekali contohnya dan ketahuilah bahwa semuanya bermuara kepada dosa besar.

Allah berfirman : “Wahai orang orang yang beriman !. Janganlah suatu kaum mengolok olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok olokkan lebih baik dari mereka (yang mengolok olok). Dan jangan pula perempuan perempuan (mengolok olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok olok).

Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar gelar yang buruk. Seburuk buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak bertaubat maka mereka itulah orang orang yang zhalim. (Q.S al Hujurat 11)  

Imam Ibnu Katsir berkata : Allah melarang perbuatan mengejek manusia yaitu perbuatan meremehkan dan mengolok olok manusia yakni sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih. Rasulullah bersabda : “Al kibru batharul haqqi wa ghamthun naas. Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.

Dalam Kitab Tafsir Karimir Rahman, Syaikh as Sa’di  berkata bahwa ini juga merupakan hak hak di antara orang orang beriman, yaitu agar : janganlah suatu kaum mengolok olokkan kaum yang lain” dengan perkataan, maupun perbuatan yang menunjukkan sikap menghina sesama muslim karena hal itu haram dan tidak diperbolehkan. 

Dalam hal ini Syaikh as Sa’di menukil sebuah hadits, Rasulullah bersabda : Cukuplah sebagai keburukan pada seseorang bahwa dia menghina saudaranya sesama muslim” (H.R Imam Muslim, dari Abu Hurairah).  
 
Ketiga : Tidak bercanda yang memuat unsur kebohongan.
Janganlah bercanda dengan mengarang dan membuat cerita yang diada adakan atau copy-paste cerita bohong untuk membuat orang lain tertawa. Jika seseorang membuat cerita atau copy paste cerita cerita lucu tapi berisi kebohongan maka berarti dia sudah menyebarkan kebohongan kepada orang banyak dan itu akan berlanjut karena akan ada lagi yang copy paste.

Ketahuilah saudaraku kalau seseorang membuat cerita bohong atau copy paste suatu kebohongan berbentuk tulisan maka paling tidak ada dua bahaya baginya yaitu (1) Kemungkinan cerita bohong itu akan dibaca oleh orang orang yang saat ini belum lahir. (2) Kemungkinan pula berita bohong itu tersebar dan terus dibaca orang pada saat orang yang membuat dan menyebarkan atau tukang copy paste tadi telah wafat lalu mau bertaubat kemana lagi. Na’udzubillahi min dzaalik.

Dua hadits berikut ini mudah mudahan memberi pemahaman yang baik kepada kita bahwa bercanda dengan sesuatu yang tidak benar atau dibumbui dengan  kebohongan adalah terlarang dalam syariat Islam.

(1) Dari Abu Hurairah, Para sahabat berkata : Wahai Rasulullah ! Sesungguhnya engkau mencandai kami. Beliau bersabda : Benar, akan tetapi aku tidak mengucapkan (dalam bercanda) sesuatu kecuali yang benar. (H.R at Tirmidzi, hadits Hasan Shahih)

(2) Dari Bahz bin Hakim, ia berkata bahwa ayahnya, Hakim telah menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda : Wailun lilladzii yuhadditsu fayakdzibu liyudh-hika bi hil qauma wailun lalhu, wailun lahu. Celakalah bagi yang berbicara lantas berdusta hanya karena ingin membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia, celakalah dia. (H.R Abu Dawud  dan at Tirmidzi). 

Perhatikanlah ancaman berat yaitu celaka bagi orang yang berbicara dusta, yaitu diantaranya dengan membuat dan menyampaikan cerita bohong untuk membuat orang tertawa. Lalu ada yang berdalih, niat sayakan baik, ingin membuat orang senang dan tertawa. Ketahuilah saudaraku bahwa niat yang baik tidak akan merubah sesuatu yang dilarang menjadi dibolehkan. Niat yang baik tidak akan bisa merubah yang haram menjadi halal.

Keempat : Tidak bercanda hingga membuat orang lain susah atau takut.
Terkadang ada seseorang berkata kepada temannya. Hai Fulan kemana saja kamu hari ini, keluar kantor kok lama amat. Bapak Manager sudah berapa kali menanya si Fulan kemana saja. Padahal itu sebenarnya tidak ada. Cuma untuk bercanda saja tapi si Fulan jadi susah. Contoh lain adalah seorang lagi shalat lalu sandalnya diambil dan disembunyikan sebelah. Maksudnya bercanda tapi sudah membuat susah. 

Rasulullah bersabda : “Laa ya’khudzu ahadukum mataa-‘a akhihi laa ‘iban walaa jaadan”. Janganlah salah seorang diantara kalian mengambil barang saudaranya baik itu dalam bercanda maupun serius. (H.R at Tirmidzi dan Abu Dawud).

Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Abu Laila, dia berkata : Kami diberitahu oleh para sahabat Rasulullah bahwa suatu ketika mereka melakukan perjalanan bersama Rasulullah. Kemudian seorang dari mereka tertidur. Sebagian dari mereka mendatanginya dan mengambil anak panahnya. Ketika orang tertidur itu terbangun dia kaget dan ketakutan, sehingga semua orang tertawa.

Rasulullah bertanya : Apa yang membuat kalian tertawa ?. mereka menjawab kami mengambil anak panahnya, kemudian dia terkejut. Mendengar itu Rasulullah bersabda : “Laa yahillu li muslimin an yurauwi’a musliman”. Tidak halal bagi seorang muslim menakuti muslim yang lain. (H.R  Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al Albani). 
 
Kelima : Tidak bercanda jika mendatangkan kebencian atau permusuhan.
Orang yang hendak bercanda haruslah tetap menjaga perkataan yang baik dan batas batas adab yang patut sehingga tidak mendatangkan kebencian atau permusuhan sesama teman. 

Termasuk juga dalam hal ini adalah tidak bercanda dengan orang yang tidak biasa bercanda. Sebab orang yang tidak biasa bercanda bisa tersinggung jika dicandai. Dan juga orang tidak biasa bercanda menganggap semua perkataan orang lain adalah serius jadi bisa salah paham yang berujung kepada rusaknya hubungan baik.

Keenam : Tidak berlebihan dalam bercanda dan tidak terus menerus.
Canda yang berlebihan akan menjatuhkan wibawa dan bisa melalaikan dzikir kepada Allah Ta’ala. Dan juga canda yang terus menerus akan jatuh kepada perbuatan yang sia sia.
 
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam  bersabda  : “Min husni islamil mar’i tarkuhu maa laa ya’niih” Diantara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya. (H.R Imam at Tirmidzi, dari Abu Hurairah).

Selain itu perlu diketahui bahwa candaan yang berlebihan dan terus menerus akan membuat orang orang banyak tertawa bahkan sampai benar benar ngakak. Sebagai peringatan bagi orang orang yang suka banyak tertawa maka Rasulullah bersabda :  “Laa tuktsirudh dhuhaka fa inna katsratadh dhahaki tumiitul qalbi”. Janganlah banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.” (Shahih Al Jami’ dari Abu Hurairah).

Ketahuilah saudaraku, bagaimana kita mampu tertawa sampai terbahak bahak pada hal kita tidak tahu dimana kita akan ditempatkan Allah Ta’ala nanti  di akhirat. Lebih baik kita tinggalkan canda yang berlebihan dan terus  menerus ini. 

Ayo mari kita ganti dengan banyak berdzikir untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Fastabiqul khairaat.

Demikianlah sebagian uraian tentang bercanda, insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (487).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar