Selasa, 15 Desember 2015

BERUSAHALAH MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI AL QUR AN



BERUSAHALAH MEMPELAJARI DAN MEMAHAMI AL QUR-AN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Allah Ta’ala telah menje;askan dalam banyak ayat bahwa al Qur an adalah petunjuk bagi manusia. Petunjuk untuk keselamatan dirinya di dunia dan di akhirat. Allah berfirman : “Syahru ramadhaanal ladzii unzila fiihil qur-aan hudal linnaasi wa baiyinaatin minal hudaa wal furqaan”. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (Q.S al Baqarah 185).

Pada  surat al Baqarah ayat 2, Allah Ta’ala menyebutkan secara khusus bahwa al Qur an, tidak ada keraguan di dalamnya, adalah petunjuk bagi orang orang bertakwa. Allah berfirman : “Dzaalikal kitabu laa raiba fiihi hudal lil muttaqiin”.Kitab (al Qur-an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.

Lalu Allah Ta’ala memerintahkan untuk mengikutinya yaitu sebagaimana firman-Nya : “Wa haadza kitaabun anzalnaahu mubaarakun fattabi’uuhu wattaquu la’allakum turhamuun”. Dan ini adalah Kitab (al Qur an) yang Kami turunkan dengan penuh berkah, ikutilah dan bertakwalah agar kamu mendapat rahmat. (Q.S al An’am 155).

Dari ayat ayat diatas telah jelas kedudukan paling utama al Qur an adalah sebagai petunjuk. Untuk mendapatkan petunjuk yang lurus dari al Qur an tidak ada jalan terbaik kecuali berusaha mempelajari dan memahaminya sehingga bisa melaksanakan perintah perintah Allah melalui Rasul-Nya secara benar.

Adalah merupakan kebutuhan dan kewajiban seorang muslim untuk berusaha mempelajari dan  memahami ayat-ayat al-Qur’an. Tujuannya adalah terutama untuk bisa mengamalkan dan mengajarkan sebagaimana yang disyariatkan yaitu dalam rangka taqarrub ilallah.

Ada beberapa  cara untuk mempelajari dan memahami al Qur-an, diantaranya adalah :

Pertama: Membaca dan mempelajari dari kitab-kitab tafsir.
Sungguh saat ini telah banyak kitab-kitab tafsir al Qur-an yang ditulis oleh para ulama yang mumpuni ilmunya. Diantaranya adalah kitab tafsir ath Thabari, tafsir al Qurthubi, tafsir Ibu Katsir, tafsir as Sa’di, tafsir al Mulyasar dan yang lainnya.

Kedua:  Berusaha memahami dan menghayati sedikit demi sedikit indikasi ayat.
Ibnu Qudamah al Maqdisi berkata: Selayaknya seseorang yang membaca al-Qur-an mempelajari maknanya yang benar dan berusaha memahaminya secara bertahap.”
Diantaranya, dan sangat dianjurkan adalah dengan menghadiri  majlis-majlis ilmu tentang tafsir al Qur-an. Ini salah satu cara yang effektif tapi butuh waktu lama dan tentu  harus ditopang dengan kesungguh sungguh, sikap sabar,  istiqamah serta dengan memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala.

Ketiga: Memposisikan bahwa ayat-ayat yang dimaksud adalah mengenai dirinya.
Seharusnya, bagi orang yang ingin memperoleh manfaat dari bacaan al Qur-an agar menjadikan ayat ayat al Qur-an sebagai  perkataan yang ditujukan kepada dirinya. Dan agar menetapkan bahwa dirinyalah yang dimaksud oleh semua ayat dalam Al-Qur-an (Imam al Qasimi, Adab Tilawatil Qur’an).

Ketika mendengar atau membaca ayat tentang celaan, tidak mensucikan diri atau ayat-ayat pujian, vonislah bahwa ayat itu untuk diri kita.

Ibnu Aqil berkata : Engkau mendengar firman Allah, “Wujuhui yaumaizin nadhirah.” Wajah-wajah (orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. (Q.S. al Qiyamah 22).

Engkau bergembira karenanya, seolah-olah pada dirimu ayat ini turun. Tapi ketika mendengar ayat : “Wa wujuhui yaumaizin bashirah”. Dan wajah-wajah (orang kafir) pada hari itu muram. (Q.S. al Qiyamah 24).

Engkau merasa tenang saja bahwa ayat ini turun bukan ditujukan kepadamu. Dari mana engkau mengetahui kepastian tentang hal ini.

Keempat: Menghayati bahwa anda sedang membaca Kalamullah dan sedang bermunajad kepada Rabbmu.

Sungguh jika seorang yang membaca Al-Qur-an menghayati hal ini, tentu akan berusaha memahami maknanya guna mengambil manfaat  dari yang dibaca.
Imam Ibnul Qayyim berkata:  Jika engkau ingin memperoleh manfaat dari al-Qur-an maka fokuskan hatimu ketika membaca atau mendengarnya . Sesungguhnya yang engkau baca atau yang engkau dengar itu adalah ucapan Allah kepadamu melalui lisan RasulNya.
(Dari Kitab Menggapai Syafa’at al Qur’an, Syaikh Manshur Muhammad al Muqrim, dengan diringkas).

Kelima : Kebersihan dan keselamatan hati dari penyakit.
Memahami makna ayat al Qur-an haruslah ditopang dengan keadaan hati yang bersih, ikhlas dan hati yang terbebas dari berbagai penyakit.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan sentuhan makna yang indah terhadap firman Allah : “La yamassuhu, illal muthahharun.” Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan (Q.S. al Waqiah 79)

Beliau Syaikhul Islam berkata : Jika lembarannya (mushaf) tidak disentuh kecuali oleh orang-orang yang disucikan, maka makna-maknanya tidaklah menjadi hidayah kecuali bagi hati yang  bersih.

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai ahlul Qur-an. Yaitu orang yang selalu melaksanakan kewajibannya terhadap al Qur-an, dengan membaca, mempelajari, mengamalkan dan mengajarkannya sesuai kemampuan yang di anugerahkan Allah Ta’ala kepada kita. Dengan demikian kita akan disebut pengemban al Qur-an dan ita berharap agar pada hari Kiamat kelak   al Qur-an akan datang kepada kita untuk memberi syafa’at dihadapan Allah Tabaraka wa Ta’ala.

Berkaitan dengan ahlul Qur-an (pengemban al-Qur-an), Abdullah bin Mas’ud berkata : Para pengemban al Qur’an harus bisa dikenali : (1) Saat malam hari, ketika manusia tertidur lelap , dia bangun.  (2) Pada siang hari ketika manusia berbuka , dia berpuasa. (3) Dengan tangisnya ketika manusia tertawa (4) Dengan kehati-hatian nya ketika manusia mencampur halal dan haram (5) Dengan diamnya ketika manusia larut dalam pembicaraan yang tidak bermanfaat.  (6) Dengan kekhusyu’annya ketika manusia bersikap angkuh.  (7) Dengan kesedihannya ketika manusia bersuka cita.

Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam (501)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar