Jumat, 11 Desember 2015

MENGENAL NAFSUL MUTHMA'INNAH



MENGENAL NAFSUL MUTHMA’INNAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Dalam al Qur-anul Kariim, Allah Ta’ala mensifati hawa nafsu yang ada dalam diri manusia pada tiga keadaan. Satu diantaranya adalah nafsu muthma’innah. Ini disebutkan dalam al Qur-an pada surat al Fajr 27-28. Allah Ta’ala berfirman : “Yaa aiyatuhan nafsul muthma’innah. Irji’ii ilaa rabbiki raadhiatan mardhiyah”. Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

Imam Ibnul Qayyim mengutip perkataan : (1) Qatadah bahwa yang dimaksud dengan jiwa yang muthma’innah (tenang) adalah jiwa orang mukmin. Jiwanya tenang dengan apa yang dijanjikan Allah kepadanya. (2) Mujahid berkata : Yang  dimaksud dengan jiwa yang muthma’innah ialah jiwa yang bertaubat dan khusyuk yang meyakini bahwa Allah adalah Rabb-nya. Matanya sejuk dengan perintah-Nya dan taat kepada-Nya serta yakin suatu saat akan berjumpa dengan-Nya.

Selanjutnya Imam Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa hakikat jiwa yang muthma’innah ialah : 

(1) Jiwa yang tenang dan stabil yaitu jiwa yang merasa tenang kepada Rabb-nya, taat kepada-Nya, perintah-Nya, dzikir kepada-Nya dan tidak merasa tenang kepada selain Allah Ta’ala. 

(2) Ia merasa tenang kepada perintah Allah Ta’ala, larangan-Nya dan yang dikabarkan-Nya. 

(3) Ia merasa tenang berjumpa dengan berjumpa dengan Allah Ta’ala dan janji-Nya.

(4) Ia merasa tenang kepada pembenaran terhadap hakikat, nama dan sifat Allah Ta’ala. 

(5) Ia merasa tenang kepada meridhai Allah Ta’ala sebagai Rabb-nya. 

(6) Ia merasa tenang kepada qadha’ dan takdir-Nya.

 (7) Ia merasa tenang kepada pencukupan dari Allah Ta’ala dan jaminan-Nya.

(8) Ia merasa tenang bahwa hanya Allah Ta’ala saja yang menjadi Rabb-nya yang berhak disembah, Pemiliknya, enguasa semua persoalannya. Semua permasaalahan kembali kepada-Nya dan bahwa jiwanya tidak bisa berpisah dengan Allah Ta’ala sekejap mata pun.    

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : (Jiwa yang tenang) maksudnya adalah jiwa yang beriman dan selamat. Sebab tidak akan pernah didapati jiwa yang lebih tenang dari jiwa seorang yang beriman selama lamanya. Seorang mukmin itu berjiwa baik dan tenang karena Rasulullah merasa kagum terhadap kepribadian seorang mukmin.

Beliau bersabda : “Sungguh mengagumkan sikap seorang mukmin. Semua permasaalahan yang dihadapinya baik untuknya. Jika dia ditimpa kesusahan maka dia bersabar dan itulah yang terbaik baginya. Dan jika ia mendapat kesenangan maka dia bersyukur dan itulah yang terbaik baginya. (H.R Imam Muslim).  

Seorang mukmin akan selalu tenang dan ridha dengan ketentuan Allah dan takdir-Nya dan tidak lupa diri jika mendapatkan kenikmatan. Justru dia akan selalu bersyukur ketika mendapatkan nikmat dan bersabar ketika menerima cobaan, maka Anda akan mendapati seorang mukmin itu selalu tenang.

Jadi nafsul muthma’innah itulah jiwanya orang orang yang mendapatkan ketenangan. Ketenangan selama di dunia dan akan selamat dari adzab Allah Ta’ala pada Hari Kiamat.

Kemudian tentang firman Allah : “Kembalilah kepada Rabb-mu …” Perkataan ini kelak akan dikatakan kepada seorang mukmin pada detik detik terakhir dari kehidupannya di dunia. Akan dikatakan kepada ruh-nya : Keluarlah wahai jiwa yang tenang. Keluarlah untuk menemui rahmat Allah dan keridhaan-Nya.

Maka seketika ruh itu akan merasa berbahagia dan dengan mudahnya akan berpisah dari raganya. Hal itu karena berita gembira yang diterimanya tentang kenikmatan yang lebih hebat dari segala kenikmatan dunia akan segera dirasakannya. Sungguh (semuanya) adalah kenikmatan yang tidak dapat tergambar dalam pemikiran manusia.
Allah berfirman : “Falaa ta’lamu nafsun maa ukhfiya lahum min qurrati a’yunin jazaa-an bimaa kaanuu ya’lamuun”.  Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S as Sajdah 17). Lihat Tafsir Juz ‘Amma Syaikh Utsaimin.

Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam (493)
  
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar