Minggu, 27 Desember 2015

ILMU HANYA MEMBERI DUA PILIHAN



ILMU HANYA MEMBERI DUA PILIHAN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Siapakah sebenarnya yang disebut orang berilmu atau orang ‘alim. Mungkin ada yang menjelaskan bahwa seorang yang mengetahui cara beribadah dengan baik. Atau yang banyak hafalannya dan mengetahui banyak hadits. Ternyata tidak sepenuhnya benar. Apalagi kalau sekedar dilihat dari penampilan fisik saja.

Al Fudhail bin Iyadh berkata : “Seorang ‘alim (orang yang berilmu) tetap dikatakan jahil atau bodoh sebelum ia mengamalkan ilmunya. Jika ia mengamalkannya maka barulah ia dikatakan seorang alim.”

Ucapan ini mengandung makna yang dalam. Seseorang mempunyai ilmu namun tidak diamalkan maka ia tetap dikatakan jahil (bodoh). Mengapa? Karena tidak ada yang membedakan antara dirinya dengan orang yang jahil  kalau sekiranya ternyata dia memiliki ilmu tetapi dia tidak mengamalkannya.

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin pernah mengingatkan bahwa ilmu hanya memberi dua pilihan tidak ada kemungkinan ketiga.

Pertama : Ilmu akan menjadi pembela bagi pemiliknya, nanti di akhirat jika dia mengamalkannya ketika di dunia.
Kedua : Ilmu akan menjadi bumerang yang akan menyerang pemiliknya nanti di akhirat jika dia tidak mengamalkannya di dunia.

Oleh sebab itu, kata beliau : Hendaknya tujuan menuntut ilmu adalah untuk diamalkan bukan untuk sekedar diketahui atau sekedar menambah wawasan.

Rasulullah bersabda : “…. Wa ‘an ‘ilmihi, maadzaa ‘amila fiihi..(Ia akan ditanya tentang ilmunya)  apa yang telah diamalkan dengan ilmunya. (H.R Imam at Tirmidzi)
Syaikh Prof. DR. Abdurrazaq bin Abdulmuhsin al Badr  menjelaskan : Bahwa seseorang yang telah banyak mengumpulkan ilmu kemudian tidak diamalkan, maka ini menunjukkan niat yang tidak benar dalam menuntut ilmu.

Rasulullah telah mengajarkan kita sebuah doa yang masyhur yaitu :   “Allahumma inni as’aluka ‘ilman nafi’an wa rizqan thaiyiban wa amalan mutaqabbalan.”  Ya Allah aku memohon kepada Engkau ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amalan yang diterima (H.R Ahmad dan Ibnu Majah dari Ummu Salamah).

Dalam hadits ini disebutkan permohonan atau doa untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Jadi bukan sekedar meminta ilmu saja. Ketahuilah bahwa para ulama kita menjelaskan tentang makna paling utama dari ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan.

Ali bin Abi Thalib berkata : Wahai orang yang mempunyai ilmu : Beramallah kamu dengannya karena sesungguhnya orang yang alim itu adalah orang yang beramal dengan ilmu yang dia ketahui serta selaras antara ilmunya dengan amalannya. 

Jadi keutamaan ilmu itu berada pada pengamalannya. Bukankah yang akan dihisab  dan ditimbang di akhirat kelak adalah amal. Sangatlah banyak  ayat al Qur-an yang menyebutkan bahwa manusia itu kelak akan dilihat dari amalnya.
Diantaranya adalah  firman Allah Ta’ala : “ Wabasysyiril ladziina aamanuu wa ‘amilush shaalihaati anna lahum jannaatin tajrii min tahtihal anhaar” Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang orang yang beriman dan beramal shalih, bahwa untuk mereka (disediakan) surga yang mengalir sungai sungai dibawahnya.  (Q.S al Baqarah 25)  

Oleh sebab itu mari kita periksa diri kita sekarang. Ilmu apa tentang syariat  ini yang telah kita ketahui dan apa yang telah kita amalkan.

Wallahu A’lam (518).   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar