Sabtu, 26 Desember 2015

JANGAN DIKALAHKAN HAWA NAFSU



JANGAN SAMPAI DIKALAHKAN HAWA NAFSU

Oleh : Azwir B. Chaniago

Manusia memiliki hawa nafsu dalam dirinya. Hawa nafsu itu cenderung kepada keburukan. Allah berfirman : “Wamaa ubarri-u nafsii, innan nafsa la-ammaratun bissuu-i illaa maa rahima rabbi, inna rabbi ghafuurun rahiim”. Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Yuusuf 53).

Imam Ibnul Qayyim mengingatkan : Haruslah diketahui bahwa nafsu (yang cenderung kepada keburukan) tidaklah mencampuri sesuatu (yang baik) melainkan akan merusaknya.

Pertama : Jika nafsu mencampuri ilmu, maka akan menghasilkan kesesatan.
Kedua : Jika nafsu mencampuri zuhud, maka akan menghasilkan riya dan menyalahi sum’ah.
Ketiga : Jika nafsu mencampuri hukum, maka akan menghasilkan kezhaliman dan menghalangi kebenaran.
Keempat : Jika nafsu mencampuri pembagian (harta) maka akan menghasilkan ketidak adilan.
Kelima : Jika nafsu mencampuri ibadah maka akan menghasilkan gangguan terhadap ketaatan dan taqarrub.

Ketahuilah saudaraku bahwa hawa nafsu pada diri manusia memang tidak bisa dibuang atau dibunuh. Yang paling penting adalah bagaimana  memimpinnya, mengendalikannya dan mengelolanya. Jangan sampai kita yang dipimpin dan dikendalikan hawa nafsu dan jangan sampai kalah dengannya.  

Imam al Gazali mengatakan bahwa yang berat itu bukanlah batu besar atau gunung tetapi yang berat adalah mengendalikan hawa nafsu. 

Ya begitulah kenyataannya. Betapa banyak orang yang mulia tapi kemudian jatuh kepada keburukan dan kehinaan karena tidak mampu mengendalikan hawa nafsu. Oleh karena itu Rasulullah mengingatkan kita untuk bersungguh sungguh mengendalikannya yaitu dalam rangka ketaatan kepada kepada Allah Ta’ala.

Beliau bersabda : ”Dari Fadhalah bin ‘Ubaid dia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda : Orang yang berjuang dengan sungguh sungguh (yang sebenarnya) adalah orang yang berjuang dengan sungguh untuk menundukkan hawa nafsunya di jalan Allah”. Dalam riwayat yang lain : “Dalam ketaatan kepada Allah” (H.R Imam Ahmad, Ibnu Hibban dan yang lainnya, dishahihkan oleh Syaikh al Albani). 

Imam Ibnu Hajar berkata : Yang dimaksud dengan berjihad atau berjuang menundukkan (hawa)  nafsu adalah mencegah atau melawan nafsu dari keinginannya untuk (selalu) menyibukkan diri dengan selain ibadah atau ketaatan kepada Allah Ta’ala. (Fathul Baari).

Imam Ibnu Bathal berkata : Jihad atau perjuangan hamba (menundukkan hawa) nafsunya adalah jihad yang paling sempurna ….Kemudian beliau membawakan firman Allah : “Wa ammaa man khaafa maqaama rabbihii wa nahannafsa ‘anil hawaa. Fa innal jannata hiyal ma’waa”. Adapun orang orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (mereka) Q.S an Naazi’aat 40-41.   

Kita berlindung dan bermohon kepada Allah Ta’ala agar tidak sampai kalah dalam mengendalikan hawa nafsu. “Allahumma aati nafsii taqwaahaa, wa zakkihaa anta khairu man zakkaaha, anta waliyuhaa wa maulaahaa”. Ya Allah, anugerahkanlah kepada jiwaku ketakwaannya dan sucikanlah jiwaku (dengan ketakwaan itu). Engkaulah Sebaik baik Yang Mensucikannya. Engkaulah Yang Menjaga dan Melindunginya. (H.R Imam Muslim).
 
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (515)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar