Kamis, 23 April 2015

TIDAK ADA YANG MAU RUGI



TIDAK ADA YANG MAU RUGI

Oleh : Azwir B. Chaniago

Adakah manusia yang mau rugi ? Jawabannya adalah tidak. Tidak ada. Semua orang yang berakal (sehat) akan selalu berfikir dan berusaha melakukan berbagai usaha agar tidak rugi. Tetapi ada manusia yang tidak mau rugi untuk urusan dunia saja, sedangkan untuk akhirat ada yang tidak memikirkannya. Penyebabnya :  (1) Mungkin karena tertipu oleh harta dunia dan segala perhiasannya.  (2) Mungkin karena tidak paham tentang  makna dari keuntungan yang hakiki. Sungguh Allah telah menjelaskan dalam kitab yang diturunkan-Nya dengan sangat terang dan jelas tentang manusia yang disebut manusia yang beruntung.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Kullu nafsin dzaa-iqatul maut, wa innama tuwaffauna ujuurakum yaumal qiyaamah, faman zuhziha ‘anin naari wa udkhilal jannata faqad faaz. Wamal hayaatad dun-yaa illaa mataa’ul ghuruur” Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdayakan (Q.S Ali Imran 185).

Syaikh as Sa’di berkata Bahwa ayat yang mulia ini mengandung penjelasan tentang zuhud dari dunia karena bersifat sementara dan tidak kekal. Dan bahwa dunia itu adalah perhiasan yang menipu, membuat fitnah dengan keindahannya, menipu dengan kecantikan dan kemolekannya. Kemudian dunia itu akan berpindah dan ditinggalkan menuju negeri yang abadi. Jiwa jiwa manusia akan dipenuhi dengan dengan apa yang telah diperbuatnya di dunia ini berupa kebaikan maupun keburukan. 

Selanjutnya dijelaskan pula oleh beliau bahwa : Maka barang siapa dijauhkan, artinya dikeluarkan, dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh dia telah beruntung,  maksudnya dia telah memperoleh kemenangan yang besar dan selamat dari yang siksa yang pedih dan sampai kepada surga yang penuh nikmat. (Kitab Tafsir Kariimir Rahman).

Jadi janganlah terperdaya oleh kehidupan dunia bagaimanapun megahnya karena keberuntungan yang hakiki adalah selamat dari siksa Allah dan ditempatkan Allah Ta’ala di dalam surganya.

Untuk menjadi seorang hamba yang tidak merugi tetapi menjadi hamba yang beruntung maka Allah Ta’ala telah mengajarkan caranya. Telah menunjukkan jalannya yang terang. Diantaranya adalah firman Allah dalam surat al ‘Asr ayat 2-3. : “Innal insaana lafii khusrin. Illalladziina aamanuu wa ‘amilush shalihaati wa tawaa shaubil haqqi, watawaa shaubish shabri” Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali  orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

Surat al ‘Asr ini memberi petunjuk dengan sangat jelas dan sangat terang tentang empat sebab yang bisa menjauhkan manusia dari kerugian. Ini mencakup kerugian di dunia maupun kerugian di akhirat. Syaikh Muhammad bin Shalih memberikan beberapa penjelasan bagi kita : 

Pertama : Beriman dengan keimanan yang murni dan dicampuri sedikitpun dengan keraguan ataupun kebimbangan tentang enam rukun iman yang dijelaskan Rasulullah pada saat ditanya oleh Malaikat Jibril.

Kedua : Beramal shalih yakni melakukan amalan dan ibadah ibadah yang diperintahkan. Amal shalih ini haruslah dilandasi dengan ikhlas karena Allah Ta’ala dan mengikuti sunnah yaitu  beribadah dengan cara yang diajarkan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.  
         
Ketiga : Saling menasehati agar mentaati kebenaran. Kebenaran yang dimaksud adalah syariat Islam. Setiap hamba hendaklah saling menasehati. Jika ia melihat ada seseorang yang melalaikan kewajiban maka ia  memberi nasehat : Wahai saudaraku, laksanakanlah kewajibanmu, jangan engkau lalaikan. Begitupun jika ada seseorang melakukan suatu perbuatan buruk maka yang lain memberi nasehat : Wahai saudaraku jauhilah perbuatan yang buruk ini. Dengan demikian maka orang dikecualikan dari kerugian akan bermanfaat bagi dirinya dan juga bermanfaat bagi orang lain.

Keempat : Saling menasehati satu sama lain agar tetap bersabar. (1) Bersabar  dalam mentaati perintah Allah. (2) Bersabar  dalam menjauhi larangan Allah dan (3) Bersabar dalam menerima takdir atau ketetapan Allah Ta’ala. 

Beliau menambahkan : Setiap manusia mengetahui bahwa ia berada dalam kerugian kecuali dengan memiliki empat hal tadi.  (Dari Kitab Tafsir Juz ‘Amma, dengan diringkas).

Semoga bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam.  (282)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar