Senin, 06 April 2015

LAMBAN MENGAMALKAN ILMU




LAMBAN DALAM MENGAMALKAN ILMU

Oleh : Azwir B. Chaniago

Islam mewajibkan umatnya untuk terus menerus belajar ilmu terutama ilmu syar’i dan ilmu ilmu lainnya yang bermanfaat bagi umat Islam. Rasulullah bersabda : “Thalibul ‘ilmi faridhatun ‘ala kulli muslim”. Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim (H.R Imam Ahmad). Ini adalah salah satu dalil yang tegas tentang wajibnya belajar bagi seorang muslim baik laki laki maupun perempuan.

Ketahuilah bahwa ilmu dalam Islam terutama ilmu syar’i, bukan sebatas untuk diketahui tapi wajib untuk diamalkan.  Bukan sekedar penambah wawasan tapi haruslah tercermin dalam kehidupan sehari hari yaitu berupa kelurusan akidah, keistiqamahan dalam ibadah, kemuliaan akhlak dan kebaikan dalam bermuamalah. 

Sungguh  ilmu bisa menjadi bumerang  yang akan memberatkan seorang hamba di hari Kiamat jika tidak diamalkan. Rasulullah bersabda : “Tidak akan beranjak kedua kaki seorang hamba pada hari Kiamat hingga ia ditanya tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang ilmunya, apa yang telah diamalkan, tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia habiskan dan tentang tubuhnya untuk apa ia gunakan”  (H.R  Imam at Tirmidzi).

Namun demikian sangatlah banyak kita menyaksikan orang orang yang telah belajar dan tahu ilmu tapi lamban dalam pengamalannya. Diantara contohnya adalah berapa banyak saudara saudara kita yang telah belajar  ilmu tentang adab di masjid atau ilmu tentang adab jika  mendengar adzan tapi pengamalannya masih sangatlah kurang. Berapa banyak pula saudara saudara kita yang telah belajar misalnya tentang shalat shalat sunat dan keutamaannya, puasa sunat dan keutamaannya tapi pengamalannya juga sering masih tanda tanya.

Jika kita mencoba menelusuri kenapa  terjadi keadaan demikian maka akan ditemukan beberapa hal yang menjadi penyebab, antara lain adalah :
 
Pertama : Ini bisa terjadi bila seorang penuntut ilmu belum betul betul ikhlas dalam belajar ilmu. Oleh karena itu periksalah keikhlasan diri kita pada setiap akan hadir di majlis ilmu, pada saat hadir di majlis ilmu dan pada saat setelah hadir di majlis ilmu
Khatib al Bagdadi berkata : Kemudian aku wasiatkan kepadamu wahai para penuntut ilmu. Luruskan niatmu dalam menuntut ilmu dan bersungguh sungguhlah dalam mengamalkannya.

Kedua : Mungkin ketakwaan yang belum mantap sehingga tidak mendapat furqan, yaitu pembeda mana yang baik dan mana yang buruk. Allah berfirman :  “Yaa aiyuhal ladzina aamanuu in tattaquullaha  yaj’al lakum furqanan wa yukaffir ‘ankum saiyi-atikum wa yaghfirlakum, wallahu dzul fadhlil ‘azhiim” Wahai orang orang yang beriman. Jika kamu bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan furqan kepadamu dan menghapus segala kesalahanmu dan mengampuni (dosa dosa) mu, Allah memiliki karunia yang besar. (Q.S al Anfaal 29)

Ketiga : Lingkungan yang tidak kondusif dan tidak mendorong seseorang untuk banyak melakukan amal shalih meskipun dia sudah tahu ilmunya. Ibnu Khaldun berkata : “Manusia adalah anak lingkungannya.” Maknanya adalah bahwa orang orang disekitarnyalah yang akan membentuk karakter atau kepribadian seseorang. 

Rasulullah sallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Al mar-u ‘ala diini khalilihi fal yanzhur ahadukum man yukhaalil” Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karibnya (H.R Imam at Tirmidzi, Abu Dawud dan Imam Ahmad)

Keempat : Dikalahkan oleh bujukan syaithan yang selalu mengajak manusia untuk menemaninya nanti di neraka. Mendorong manusia untuk berangan angan kosong yang akhirnya malas beribadah.  Syaithan akan berkata :” Ah tidak apa apa engkau malas beribadah sekarang. Amalmu yang lalu kan sudah banyak. Apakah engkau tidak melihat banyak orang yang juga kurang ibadahnya. Bukankah engkau masih muda dan masih ada kesempatan beribadah  yang banyak di lain waktu.  Bukankah Allah Mahapengampun.”

Sungguh Alllah telah mengingatkan  melalui firmanNya : “Ya’iduhum wa yumannihi, wamaa ya’iduhumusy syaithaanu illa ghuruuraa” (Syaithan itu) memberikan janji janji kepada mereka dan membangkitkan angan angan kosong pada mereka, pada hal syaithan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka. (Q.S an Nisaa’ 120).

Wallahu A’lam.  (261)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar