Sabtu, 04 April 2015

ALLAH DEKAT DENGAN HAMBANYA



ALLAH DEKAT KEPADA HAMBANYA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Tentang kewajiban shaum atau puasa dan yang berkaitan dengan shaum, difirmankan Allah dalam  al Qur an pada surat al Baqarah ayat 183, 184, 185 dan 187. Lalu dalam ayat 186 difirmankan Allah tentang berdoa. 

Allah berfirman :  “Wa idza sa-alaka ‘ibaadii ‘annii fa innii qariib. Iujibu da’watad daa’i idzaa da’aan. Fal yastijibuulii wal yu’minuubii la’allahum yarsyudun. Dan apabila hamba-Ku bertanya kepada engkau (Muhammad) tentang Aku maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka menyambut seruan-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku supaya memperoleh kebenaran.  (Q.S al Baqarah 186)
  
Barangkali ada yang bertanya kenapa surat al Baqarah ayat 186 yaitu tentang doa ditempatkan diantara ayat tentang shaum atau puasa, bukan sebelum atau sesudahnya. Bahkan musuh musuh Islam menganggap ini sebagai suatu bukti tidak teraturnya susunan ayat dalam al Qur an.

Bagi hamba hamba yang beriman tidaklah menganggap itu sebagai ketidak teraturan.   Sebagaimana dijelaskan oleh para ulama bahwa ayat 186 yaitu tentang doa adalah sangat kuat kaitannya dengan ayat ayat tentang shaum.
Imam Ibnu Katsir memberikan penjelasan tentang hal ini, bahwa sengaja Allah meletakkan ayat (186) ini ditengah tengah (diantara) ayat ayat tentang shaum yaitu sebagai tuntunan atau petunjuk supaya (hamba hamba Allah) rajin rajin berdoa ketika menyelesaikan bilangan puasa. Terutama pada tiap tiap berbuka puasa.
Abdullah bin Amr mengatakan bahwa dia mendengar Rasulullah bersabda : “Inna lish sha-imin ‘inda fitrihi da’watan maa turadduu” Sesungguhnya  bagi orang yang berpuasa ketika berbuka tersedia doa yang tidak akan ditolak (H.R Ibnu Majah dan Abu Dawud).
Dalam beberapa  Kitab Tafsir dijelaskan asbabun nuzul dari ayat ini, antara lain sebagimana disebut dalam Kitab Tafsir al Mulyassar yaitu : Seorang Arab Badui datang kepada Nabi seraya berkata, Apakah Rabb kami dekat sehingga kami  tidak memanggil-Nya dengan keras ?. Nabi diam maka Allah menurunkan ayat 186 surat al Baqarah ini.   
Prof. DR. Hamka dalam Kitab Tafsir al Azhar menjelaskan bahwa : Terang sekali ayat ini, tidak berbelit belit :
Pertama : Ayat ini menjelaskan bahwa Allah itu dekat. Dari hal dekatnya Rabb kepada kita maka tidaklah perlu kita menggunakan berbagai penafsiran. Sebab Dzat Yang Mahakuasa itu meliputi seluruh alam. Dan bagaimana keadaan yang sebenarnya tidaklah kuat diri kita membicarakannya.
Beliau menambahkan : (1) Dia tidaklah jauh dan lantaran tidak jauh dari sisimu maka tidak usah kamu bersorak keras keras memanggil namaNya. Ya Allah ! Ya Allah !. Tolonglah aku, bantulah aku. Mengapa (berdoa) dengan keras keras padahal Dia bukanlah tidak mendengar. (2) Lantaran Dia dekat maka tidaklah perlu memakai orang lain sebagai perantara atau wasilah. Allah menyuruh kita langsung (memohon) kepada-Nya. Tidaklah sedikitpun terbayang bahwa permohonan baru dikabulkan dengan perantaraan Syaikh Anu atau Syaiyid Fulan. 
Kedua : Segala permohonan dari hamba-Nya yang memohon akan mendapat perhatian yang penuh dari-Nya. Tidak ada satu permohonanpun yang bagai air jatuh ke pasir. Hilang sia sia karena tidak didengar atau tidak dipedulikan.
Ketiga : Supaya permohonan itu mendapat perhatian Illahi, hendaklah si hamba yang memohon itu menyambut pula terlebih dahulu bimbingan dan petunjuk yang diberikan Allah kepadanya.
Keempat : Dan amat penting, yaitu hendaklah percaya benar benar. Beriman benar benar kepada Allah.
Kelima : Dengan sebab menyambut seruan Allah dan percaya penuh kepada Allah maka si hamba akan diberikan kecerdikan. Si hamba akan diberi petunjuk jalan mana yang akan ditempuh hingga tidak tersesat dan tidak berputus asa.
DR. Hamka menambahkan dalam Kitab Tafsir al Azhar bahwa : Kalau seandainya kata dekat kita perluas lagi dapatlah kita pahamkan bahwa Allah dekat dan kitapun wajib mendekatkan diri kepada-Nya. Kalau seruan-Nya tidak disambut dan kepercayaan kepada-Nya tidak penuh, betapapun kita mencari-Nya dia akan tetap jauh. Bukan Dia yang jauh tetapi kita sendiri telah amat jauh.
Oleh karena itu maka orang yang tidak menyambut seruan Allah dan yang tidak membina imannya kepada Allah, orang yang bermaksiat atau mempersekutukan Nya dengan yang lain, kian lama kian jauhlah dia dari Allah walaupun Allah tetap berada di dekatnya. Lantaran itu susahlah permohonannya akan terkabul.
Menyambut seruan Allah dan iman kepada-Nya adalah jalan satu satunya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Apabila seorang hamba sudah dekat (kepada-Nya) maka Allah berjanji akan memberikan petunjuk sehingga mereka menjadi orang yang cerdik dan arif bijaksana.
Wallahu A’lam. (258)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar