Jumat, 03 April 2015

ADAB KETIKA MENDAPAT MUSIBAH



ADAB KETIKA MENDAPAT MUSIBAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Semua manusia, pada waktunya pasti akan mendapat ujian, cobaan ataupun musibah. Ini semuanya  bisa terjadi terhadap diri seseorang, keluarganya, hartanya dan yang lainnya. 

Banyak ayat al Qur an dan Hadits yang  telah menjelaskan tentang hal ini, diantaranya adalah : Allah berfirman :“Ahasiban naasu an yutrakuu an yaquuluu aamannaa wa hum laa yuftanuun” Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan dengan hanya mengatakan : “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji ?.   (Q.S al Ankabuut 2)
Allah berfirman : “Wa la nabluannakum bisyai-in minal khaufi wal juu’i wa naqshin minal amwaali wal anfuusi wats tsamarat, wa basysyiril shaabiriin”  Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar. (Q.S al Baqarah 155)

Rasulullah bersabda :  “Matsalul mu’mini kamatsaliz zar’i, laatazaalur riihu tamiiluhu, walaa yazaalul mu’minu yushiibuhul bala’. Perumpamaan seorang mu’min tak ubahnya seperti tanaman, angin akan selalu menerpanya, ia akan selalu mendapat cobaan (H.R Imam Muslim).

Sungguh Islam ini adalah agama yang sempurna. Segala sesuatu telah diajarkan dalam syariat Islam. Juga telah diajarkan bagaimana adab seorang hamba  jika pada suatu waktu mendapat musibah. Diantaranya adalah : 

Pertama : Sabar dalam menerima musibah.
Ini adalah adab yang agung. Oleh karena itu seorang hamba hendaklah bersabar. Diantara bentuk kesabaran adalah menahan diri dari kemarahan, menahan lisan untuk mengeluh dan menahan anggota badan dari perbuatan yang mendatangkan murka Allah.  

Selain itu, diantara yang bisa membantu seseorang bersabar dalam menerima musibah  adalah senantiasa meyakini bahwa kemarahan, kekesalan ataupun keluhan tidak akan merubah apa yang telah ditetapkan Allah Ta’ala. Oleh karena itu bersabarlah sebagaimana sabarnya orang orang yang bertakwa yakni sabar dengan penuh kerelaan.

Kedua :Tetaplah yakin bahwa segala sesuatu terjadi adalah karena ketetapan dan  kehendak Allah bukan kehendak atau tersebab siapa siapa. Seorang hamba harus pula yakin bahwa Allah telah menetapkan adanya hikmah di balik suatu musibah.

Sunguh Allah telah berfirman : “Qul lan yushiibanaa illa maa kataballahu lana, huwa maulaanaa wa ‘alallahi falyatawakkalil mu’minuun”. Katakanlah, Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang beriman. (Q.S at Taubah 51). 

Allah berfirman : “Maa ashaaba min mushiibatin fil ardhi walaa fii anfusikum illa fii kitaabin min qabli an nabra-ahaa, inna dzaalika ‘alallahi yasiir” Tiada sesuatu musibah yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Q.S al Hadiid 22).

Ketiga : Tidak mengeluh kepada manusia.
Seorang hamba yang mendapat musibah maka haruslah menjaga adab untuk tidak mengeluh kepada makhluk. Ketahuilah bahwa ini adalah tingkat keluhan yang paling hina karena dia mengeluhkan Mahapencipta yang menciptakannya kepada manusia. Ia mengeluhkan Allah yang Mahapenyayang, yang lebih sayang terhadap dirinya daripada dirinya sendiri atupun ibu kandungnya. 

Seseorang telah bersyair : Apabila engkau mendapat musibah, maka bersabarlah seperti kesabaran manusia yang mulia. Memang begitulah seharusnya. Apabila engkau mengeluh kepada makhluk, maka sesungguhnya engkau telah mengeluhkan Allah Yang Mahapenyayang kepada makhluk yang tidak menyayangi.
 
Keempat : Mengucapkan kalimat istirja’ dan berdoa.
Adalah juga merupakan salah satu adab jika  mendapat musibah yaitu mengucapkan kalimat istirja’. Allah berfirman : “…Wa basysyirish shaabiriin. Alladziina idzaa ashaabathum mushiibatun qaaluu inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun” Ulaaika ‘alaihim shalawaatun min rabbihim wa rahmah, wa ulaaika humul muhtaduun”  …Dan berilah kabar gembira kepada orang orang yang sabar. (yaitu) orang orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan : Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya. Dan mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk. (Q.S al Baqarah 155-157). 

Rasulullah bersabda : “Tidaklah seorang hamba tertimpa musibah lalu membaca doa yang telah diperintahkan Allah : Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami akan kembali. (Allahumma ajurnii fii mushibatii wa ikhliflii khairan minha)  Ya Allah berilah aku pahala dari musibahku ini dan gantilah dengan sesuatu yang lebih baik daripadanya. Melainkan Allah pasti memberinya pahala atas musibah tersebut dan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik dari padanya (H.R Imam Muslim).

Selain itu, diantara doa yang  juga sering dibaca oleh Rasulullah ketika beliau menghadapi kesulitan adalah : Yaa  haiyu yaa qaiyumu bi rahmatika astaghiits. Ya Allah yang Mahahidup kekal. Ya Allah, Rabb Yang terus menerus mengurus hambaNya. Dengan rahmatMu aku meminta pertolongan. (H.R Imam at Tirmidzi, dari Anas bin Malik). 
   
Kelima : Mengharapkan jalan keluar yang terbaik dari Allah.
Salah satu adab seorang hamba dalam menerima musibah adalah  senantiasa menggantungkan harapannya kepada Allah saja. Dialah yang mampu meringankan bahkan menghilangkan musibah yang menimpa. Dialah yang mampu menggantinya dengan pertolongan, kemudahan dan karuniaNya. Oleh karena itu berharaplah jalan keluar kepadaNya.

Imam as Syafi’i berkata : Barang siapa berharap kepada Allah niscaya dia akan mendapatkan apa yang diharapkan. 
   
Hendaklah seorang hamba menghadapkan hatinya dengan penuh harapan agar Dia berkenan menghilangkan beban musibah tersebut dan menghilangkan rasa sedih dan putus asa. Allah berfirman : …Walaa taiasu min rauhillah, innahuu laa yaiasu min rauhillah illal qaumul kaafiruun”.  …Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Q.S Yusuf 87).

Itulah sebagian adab jika seorang hamba mendapat ujian, cobaan ataupun musibah. Wallahu A’lam.  (255).
  
 

2 komentar: