Rabu, 29 April 2015

JURU DAKWAH TIDAK BERSEDIH



JURU DAKWAH TIDAK BERSEDIH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Pada beberapa kajian atau majlis ilmu,  terkadang kita melihat keadaan yang sebenarnya tidak diharapkan oleh ustdaz atau juru dakwah.  Diantaranya adalah : 

Pertama : Kajian yang hanya dihadiri oleh tiga, empat atau enam orang saja. Barangkali  ada orang orang merasa ilmunya sudah cukup sehingga tak perlu lagi hadir di majlis ilmu. Saat ini memang pasar yang menawarkan kenikmatan dunia akan selalu ramai bahkan berdesak desak, tapi pasar yang menawarkan kenikmatan akhirat sangat sering sepi pengunjung.

Kedua : Kajian yang memang dihadiri oleh  puluhan orang tetapi selama kajian berlangsung, banyak diantara jamaah yang tidak dengan sungguh sungguh mengikuti kajian yang disampaikan. Misalnya ada yang sambil bersandar dan cenderung mengantuk. Ada lagi yang sambil mengobrol dengan jamaah yang lain, sambil SMS-an atau BBM-an bahkan ada pula yang sambil makan makanan kecil dan sambil minum.

Namun demikian dibeberapa tempat sering juga   kita saksikan suatu  majlis ta’lim yang diikuti ratusan bahkan ribuan  orang. Alhamdulillah.

Diantara penyebab sepinya majlis ilmu adalah karena saat ini memang banyak orang sangat perhatian terhadap apa apa yang ditawarkan untuk kebutuhan dunia tapi ada banyak  orang merasa tidak perlu memperhatikan apa yang ditawarkan untuk kebutuhan akhirat. Dengan kata lain disebut terlalu cinta dunia.

Wahai saudaraku para ustadz yang ingin berdakwah, semoga Allah meridhai kita semua. Janganlah bersedih dengan keadaan ini. Ketahuilah bahwa itu adalah ujian dalam berdakwah di akhir zaman. Kalau zaman dahulu orang orang memang sangat haus dalam mencari ilmu. Bahkan ada yang rela melakukan perjalanan berhari hari untuk mendapatkan sebuah hadits tapi sungguh pada akhir zaman ini keadaan sudah banyak berobah.

Andaikata  saat ini kita mendatangi rumah seseorang dan kita berkata : Ya akhi saya hafal sebuah hadits shahih. Apakah engkau mau kalau aku ajarkan kepada engkau hadits tersebut. Kemungkinan besar tawaran ini tidak akan diperhatikan atau mungkin juga dianggap aneh. Mungkin dalam hatinya dia berkata : Itu orang, datang datang menawarkan hadits. Saya pikir tadi mau menawarkan barang elektronik atau handphone tipe terbaru.  
Oleh karena itu seorang juru dakwah hendaklah memahami keadaan ini namun bukan dijadikan alasan untuk bersedih dalam dakwah. Justru ini adalah tantangan yang seharusnya menjadi tambahan dorongan dan semangat untuk berdakwah.

Mengingat keadaan yang demikian maka  ada beberapa hal yang kiranya bermanfaat bagi juru dakwah agar  tidak bersedih dan tetap tegar dalam menyampaikan dakwahnya.  Insya Allah ini akan bermanfaat terutama bagi saudara saudara kami yang baru mulai melangkah untuk  berdakwah. Diantaranya adalah :

Pertama : Peliharalah selalu keikhlasan dalam berdakwah karena ini kunci pokok dalam semua jenis ibadah termasuk dalam berdakwah. Sampaikanlah kebenaran dari Kalamullah dan as Sunnah. Jika keikhlasan telah dipegang dengan kuat dan kebenaran telah disampaikan maka semua hambatan apalagi kesedihan, insya Allah akan sirna.
  
Kedua : Bersyukurlah kepada Allah karena antum telah diberi hidayah ilmu dan kesempatan yang sangat mulia untuk berdakwah yaitu : “Mengajak manusia agar beriman kepada Allah dan segala yang dibawa oleh Rasul-Nya dengan membenarkan apa yang diberitakan dan mengikuti apa yang diperintahkan”. (Makna dakwah menurut Imam Ibnul Qayyim, Madarijus Saalikin).

Ketiga : Ketahuilah bahwa antum telah melaksanakan suatu perintah yang sangat agung dari Allah Ta’ala untuk berdakwah. Sungguh sangatlah banyak  perintah Allah dalam al Qur-an, kepada orang yang beriman untuk berdakwah dan Allah menyifatinya sebagai orang orang yang beruntung. 

Allah berfirman : Waltakun minkum ummatun yad’uuna ilal khairi wa ya’muruuna bil ma’ruufi wa yanhauna ‘anil munkar, wa ulaaika humul muflihuun” Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang orang yang beruntung. (Q.S Ali Imran 104)

Keempat : Sungguh Allah telah memuji antum wahai para juru dakwah dan jika Allah yang telah memberikan pujian tentulah tidak ada lagi alasan bagi kita untuk bersedih dalam berdakwah betapapun besar tantangannya. 

Allah berfirman : “Waman ahsanu qaulan mimman  da’aa ilallahi wa ‘amila shalihan wa qaala innanii minal muslimiin” Dan siapakah yang yang lebih baik perkataannya daripada orang orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan amal shalih dan berkata, sungguh aku termasuk orang orang muslim.  (Q.S Fussilat 33).

Kelima : Jika antum telah menyampaikan dakwah tetapi banyak jamaah yang tidak memperhatikan maka ketahuilah bahwa antum telah melaksanakan suatu kewajiban. Adapun hisabnya adalah kelak di akhirat. Allah berfirman : “Lasta ‘alaihim bi mushaithir” Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka (Q.S al Ghasyiyah 22).

Keenam : Saudaraku, ketahuilah bahwa para Nabi pun ada yang mendapat sedikit pengikut tapi  sungguh tidaklah berkurang kedudukannya disisi Allah karena dia telah menyampaikan dakwahnya.

Rasulullah bersabda : “Ditampakkan kepadaku semua umat, lalu aku melihat ada seorang Nabi bersama tiga pengikutnya, ada Nabi bersama satu atau dua pengikut dan ada seorang Nabi yang tidak memiliki pengikut satu pun” (Lihat Silsilah ash Shahihah).    

Syaikh al Albani berkata : Dalam hadits ini terdapat dalil yang sangat jelas bahwa banyak dan sedikitnya pengikut bukan timbangan benar atau salahnya seorang juru dakwah. Didalam hadits ini juga terdapat pelajaran bagi para juru dakwah untuk terus berdakwah tanpa perlu menghiraukan sedikitnya orang yang menerima dakwahnya karena kewajibannya hanyalah menyampaikan.

Oleh karena itu maka tetaplah berdakwah meskipun hanya sedikit orang yang mau belajar ilmu syar’i. Tetaplah menjaga semangat untuk mengajar mereka kepada jalan kebaikan. Ulama ulama terdahulu yang jauh lebih berilmu dari pada kita,  terkadang juga memiliki sedikit orang yang hadir di majlisnya. Diantaranya adalah disebutkan dalam Siyar A’lam an Nubala’ :

1.     Imam Malik bin Anas berkata : (Pada suatu waktu) Aku mendatangi Nafi’ (seorang ulama besar) ketika usiaku masih kecil bersama seorang temanku, beliaupun turun untuk mengajariku. Beliau duduk setelah shalat shubuh di masjid namun tidak ada seorangpun yang datang kepadanya (untuk belajar)   

2.     Al Imam Atha’ bin Rabbah (seorang ulama besar dizamannya) yang dicintai manusia di zamannya, namun yang hadir di majlisnya (terkadang) hanyalah delapan atau sembilan orang saja.

Insya Allah bermanfaat. Wallahu A’lam (287)

    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar