Jumat, 10 April 2015

SIAPAKAH ORANG YANG BERUNTUNG



SIAPAKAH ORANG YANG BERUNTUNG

Oleh : Azwir B. Chaniago

Setiap manusia yang berakal (sehat), apakah dia berada di timur ataupun di barat, semuanya menginginkan dan berusaha untuk mendapatkan keberuntungan atau keuntungan bagi dirinya. Semua sama, tidak ada yang mau merugi. Perbedaanya adalah dalam cara mencarinya, cara memahaminya dan cara menentukan mana  keberuntungan yang utama dan harus dikejar dan diprioritaskan.
 
Kalau kita melihat kenyataan dalam kehidupan ini, mengertilah kita  bahwa dalam hal mencari dan mengejar keberuntungan, manusia paling tidak bisa dibagi menjadi tiga bagian :

Pertama : Manusia yang berusaha mencari keberuntungan dunia saja. Tidak pernah berfikir untuk mencari keberuntungan akhirat sedikitpun. Hari harinya digunakan untuk memikirkan dan berusaha mengejar kenikmatan dunia . Seolah olah merasa :

(1) Dia akan hidup selamanya padahal semua manusia akan mati sebagaimana yang di firmankan Allah dalam banyak ayat. Diantaranya Allah  berfirman : “Kullu nafsin dzaa-iqatul maut, wa nabluukum bisy syarri wal khairi fitnah, wa ilainaa turja’uun” Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami. (Q.S al Anbiyaa’ 35).    

(2) Boleh jadi juga dia merasa bahwa apa yang dilakukan dan dinikmati di dunia tidak akan ditanya kelak di akhirat. Sungguh Allah telah berfirman : “Tsumma la tus-alunna yauma-idzin ‘anin na’iim” Kemudian kamu benar benar akan ditanya pada hari itu (hari akhirat) tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu) (Q.S at Takaatsur 8)

(3) Atau mungkin pula karena tidak mengetahui bahwa kehidupan dunia adalah kesenangan yang melalaikan. Allah berfirman : “Dzarhum yak-kuluu wa yatamatta’uu wa yulhihiimul amalu fa saufa ya’lamuun”  Biarkanlah mereka (di dunia) makan dan bersenang senang dan dilalaikan oleh angan angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya) Q.S al Hijr 3.  

Kedua : Manusia yang berusaha mencari keberuntungan dunia sebanyak banyaknya tapi mencari keberuntungan akhirat secukupnya saja. Dengan kata lain, terhadap keberuntungan dunia dia tidak pernah merasa puas  tapi untuk akhirat sudah merasa cukup. Waktunya habis untuk mengejar dunia dan sangatlah sedikit yang tersisa baginya untuk mencari keberuntungan akhirat. 

Mungkin orang ini salah dalam memaknai kata qanaah. Ketahuilah bahwa qanaah bermakna  selalu merasa cukup meskipun dengan yang sedikit. Tapi perlu  dipahami pula bahwa qanaah atau merasa cukup ini adalah untuk urusan dunia sedangkan untuk mencari keberuntungan akhirat jangan pakai kata qanaah tapi gunakan kata fastabiqul khairat yaitu berlomba lomba dalam mencari kebaikan untuk akhirat.

Ketiga : Manusia yang berusaha mencari keberuntungan dunia sebagai sarana untuk mencari keberuntungan yang abadi dan sangat agung yaitu keberuntungan di akhirat. Orang ini memang berusaha mencari keberuntungan dunia tapi bukan dijadikan tujuan. Hanya sekedar sarana untuk mendapatkan keberuntungan akhirat. Berapapun dia mendapatkan keberuntungan dunia dia selalu merasa cukup meskipun dengan yang sedikit. Biasanya orang ini akan banyak berdoa  sebagaimana kalimat doa yang disebut dalam surat al Baqarah ayat 201 yakni : “Rabbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanah, wa fil akhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaban naar”. Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari adzab neraka.

Ketahuilah bahwa  tentang keberuntungan yang hakiki, sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengajarkan dengan sangat jelas bagi hamba hamba-Nya,  yaitu sebagaimana firman-Nya : Kullu nafsin dzaa-iqatul maut, wa innama tuwaffauna ujuurakum yaumal qiyaamah, faman zuhziha ‘anin naari wa udkhilal jannata faqad faaz. Wamal hayaatad dun-yaa illaa mataa’ul ghuruur” Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdayakan (Q.S Ali Imran 185).

Syaikh as Sa’di menjelaskan bahwa ayat yang mulia ini mengandung penjelasan tentang zuhud dari dunia karena bersifat sementara dan tidak kekal. Dan bahwa dunia itu adalah perhiasan yang menipu, membuat fitnah dengan keindahannya, menipu dengan kecantikan dan kemolekannya. Kemudian dunia itu akan berpindah dan ditinggalkan menuju negeri yang abadi. Jiwa jiwa manusia akan dipenuhi dengan dengan apa yang telah diperbuatnya di dunia ini berupa kebaikan maupun keburukan. 

Selanjutnya dijelaskan pula oleh beliau bahwa : Maka barang siapa dijauhkan, artinya dikeluarkan, dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh dia telah beruntung,  maksudnya dia telah memperoleh kemenangan yang besar dan selamat dari yang siksa yang pedih dan sampai kepada surga yang penuh nikmat. (Surga) yang berisikan segala keindahan yang tak pernah dilihat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas pada pikiran dan hati seseorang.

Pemahaman terbalik dari ayat ini adalah bahwa barangsiapa yang tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak masuk kedalam surga maka ia tidaklah beruntung bahkan dia celaka dengan kesengsaraan yang abadi dan disiksa dengan hukuman yang kekal.  (Kitab Tafsir Kariimir Rahman)    
     
Demikianlah makna tentang orang yang beruntung secara hakiki. Kita bermohon kepada Allah Ta’ala agar dikumpulkan bersama orang orang yang beruntung.

Wallahu A’lam. (265)



          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar