Kamis, 16 April 2015

KEWAJIBAN SALING MEMBERI NASEHAT



KEWAJIBAN SALING MEMBERI NASEHAT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Muqaddimah.
Saling memberi nasehat adalah perkara yang agung dan sangat penting untuk dilakukan oleh setiap muslim. Rasulullah telah mengabarkan bahwa nasehat adalah sebagai bagian dari hak seorang muslim atas saudaranya. Jika ada hak seseorang tentu disitu ada  kewajiban bagi yang lain. Beliau bersabda : “Haqqul muslimi ‘alal muslimi sittun. …..Wa idzas tanshahaka fanshah lahu…Hak muslim atas muslim lainnya ada enam … jika ia minta nasehat kepadamu maka nasehatilah dia … (H.R Imam Muslim, dari Abu Hurairah).

Begitu utamanya masalah nasehat ini dalam Islam, sampai sampai jika Nabi mengambil bai’atnya selalu mengikat diri dengan kewajiban memberi nasehat kepada setiap muslim. “An Jarir bin Abdillah Qaala : Baya’tu rasuulullahi shalallahu ‘alaihi wasallama ‘ala iqaamish shalaata wa iitaa-iz zakaati wannashhi likulli muslim” Dari Jarir bin Abdullah berkata: "Aku telah berbai'at kepada Rasulullah untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat dan menasehati kepada setiap muslim". (H.R Imam Bukhari)

Makna nasehat.
Imam al Khathabi dan Imam al Jurri berkata : Nasehat adalah menghendaki suatu kebaikan bagi orang lain dengan niat ikhlas (karena Allah), baik berupa perbuatan atau kehendak yang disampaikan dengan cara sebijak mungkin.
Jadi kata kunci dalam memberi nasehat adalah (1) Niat ikhlas karena Allah semata (2) Disampaikan dengan cara sebijak mungkin. Ketahuilah, kalau dua kata kunci ini diabaikan besar kemungkinan nasehat yang disampaikan tidak akan bermanfaat.

Saling menasehati sesama muslim.
Saling menasehati disebutkan sesuatu yang agung karena Allah Ta’ala  dan Rasulnya telah menyuruh orang orang muslim untuk berbuat demikian. Allah telah berfirman : Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (Q.S al Maidah ayat 2).

Allah mengingatkan bahwa saling menasehati adalah merupakan salah satu jalan bagi manusia untuk jauh dari kerugian. Allah berfirman : Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran (Q.S al ‘Ashr 1-3)

Diantara keutamaan dan manfaat dalam memberi nasehat adalah dia akan mendapat pahala sebanyak pahala orang yang mengikuti nasehatnya. 

Rasulullah bersabda : “Man da’aa ila hudan kaana lahu minal ajri mitslu ujuuri, man tabi’ahu laa yanqushu dzalika min ujuurihim syai-an, waman da-aa ila dhalaalatin kaana ‘alaihi minal itsmi mitslu aatsaami man tabi’ahu laa yanqushu dzalika min aatsaamihim syai-an” Barang siapa mengajak kepada kebaikan  maka ia akan mendapat pahala sebanyak pahala yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.  Barang siapa mengajak kepada kesesatan, maka ia akan mendapat dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.(H.R Imam Muslim)

Lima tipe manusia yang sulit menerima nasehat.
Ketahuilah bahwa tidak semua manusia suka menerima nasehat. Malah ada yang memang sulit untuk mau menerima nasehat orang lain meskipun yang disampaikan adalah kebenaran yang nyata. Diantara manusia yang sulit menerima nasehat adalah :

Pertama :  Tipe benar sendiri.
Manusia seperti ini sulit menerima nasehat karena merasa dia sudah benar dalam segala perkataan dan perbuatannya. Dia merasa memiliki ilmu yang cukup dalam menjalani  kehidupan ini. Oleh karenanya maka setiap nesehat yang datang kepadanya dianggap sesuatu yang tidak bermanfaat lalu diabaikan saja.

Kedua : Tipe kuping kiri kuping kanan.
Manusia seperti ini biasanya mau mendengar nasehat orang lain. Tapi untuk melakukannya tunggu dulu. Setiap nasehat yang datang kepadanya masuk dari kuping kirinya lalu keluar melalui kuping kanan atau sebaliknya. Jadi nasehat sebaik apapun tidak bermanfaat baginya.

Ketiga : Tipe sombong.
Manusia yang sombong memang sulit menerima nasehat. Dia biasanya meremehkan orang lain. Apa itu penyakit sombong ?  Rasulullah telah menjelaskan dalam sabda beliau yang diriwayatkan oleh Imam Muslim : “Al kibru, batharul haqqi wa ghamdunnas” Sombong adalah menolak kebenaran dan menghinakan manusia.
Dua hal yang menghambat orang ini untuk menerima nasehat (1) Karena sombong dia menolak kebenaran (2) Karena sombong maka dia meremehkan orang lain.
Ali bin Abi Thalib berkata : Jangan engkau lihat siapa yang mengatakan tapi lihatlah apa yang dikatakannya.

Keempat : Tipe bebal.
Manusia tipe bebal ini sepertinya kebal terhadap nasehat. Semua nasehat yang disampaikan kepadanya akan mental. Dengan kata lain dinasehati atau tidak sama saja. Tidak ada manfaat.

Kelima : Tipe pemikir negatif.
Manusia tipe ini suka memelihara sifat buruk sangka. Jika dinasehati dia akan berfikir, jangan jangan yang memberi nasehat ini ada maunya, jangan jangan yang memberi nasehat ini ingin menjerumuskan saya dan lain sebagainya. Karena ketahuilah manusia tipe pemikir negatif sulit mempercayai orang lain. Akibatnya kebanyakan nasehat akan diabaikannya saja.

Oleh karena itu maka dalam memberi nasehat sangatlah dibutuhkan kesabaran. Jangan cepat berputus asa dalam memberi nasehat. 

Suatu yang sudah maklum, bahwa manusia yang paling durhaka kepada Allah adalah Fir’aun. Sedemikian durhakanya, sampai sampai dia berkata : Ana rabbakumul a’la. Aku tuhanmu yang paling tinggi.

Allah sudah pasti Mahamengetahui bahwa Fir’aun ini tidak akan mau menerima nasehat dan  bertaubat sampai nyawanya berada dikerongkongan. Namun demikian Allah tetap menyuruh Nabi Musa dan Harun untuk mendatangi Fir’aun memberi nasehat bahkan disuruh berbicara kepada Fir’aun dengan lemah lembut. 

Allah berfirman : “Idzhaba ila fir’auna innahu tagha. Faqula lahu qaulan laiyinal la’alahu yatadzakkaru au yakhsya Pergilah kalian (berdua Musa dan Harun) kepada Fir’aun. Sesungguhnya dia telah melampaui batas. Dan berbicaralah kepadanya dengan perkataan yang lemah lembut. Mudah mudahan dia sadar (atas kesalahannya) atau takut (kepada Allah). Q.S Thaaha 43-44.  

Ini menjadi pelajaran bagi kita untuk tetap memberi nasehat kepada saudara kita sesama muslim meskipun kita mungkin berprasangka  bahwa orang yang akan dinasehati tersebut tidak  akan mau menerima nasehat.   

Jika keadaan membutuhkan dan memungkinkan berilah nasehat dengan berulang ulang. Jangan pernah bosan apalagi putus asa. Apakah nasehat diterima dan diamalkan, jangan terlalu dipermasalahkan karena hidayah adalah milik Allah semata.

Tulisan ini kami tutup dengan satu firman Allah yang mengingatkan kita untuk tetap memberi peringatan atau nasehat. Allah berfirman : “Wa dzakkir fainna dzikraa tanfa’ul mu’miniin” Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang orang yang beriman. (Q.S adz Dzaariyaat 55).  

Insya Allah bermanfaat. Wallahu A’lam. (272)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar