Rabu, 23 Januari 2019

ORANG BERIMAN DIANJURKAN MENYEMBUNYIKAN AMAL


ORANG BERIMAN DIANJURKAN MENYEMBUNYIKAN AMAL

Oleh : Azwir B. Chaniago

Satu dari dua syarat DITERIMANYA AMAL SHALIH seorang hamba adalah BERIBADAH DENGAN IKHLAS untuk mencari ridha dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala semata. Allah Ta’ala berfirman :

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤْتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلْقَيِّمَةِ

Pada hal mereka hanya diperintah menyembah Allah DENGAN IKHLAS mentaati-Nya semata mata karena (menjalankan) agama dan juga agar melaksanakan shalat dan menunaikan zakat. Dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S al Baiyinah 5).

Ketahuilah bahwa diantara jalan terbaik untuk menjaga keikhlasan dalam beribadah adalah dengan menyembunyikan amal itu dari orang lain yaitu dengan cara tidak memperlihatkan dan tidak pula memperdengarkannya. 

Kita mengetahui bahwa memang tidaklah semua amal bisa disembunyikan dari orang banyak. Bahkan ada amal amal yang sebaiknya atau sangat dianjurkan untuk dilakukan bersama orang banyak. Diantaranya shalat wajib berjamaah di masjid bagi laki laki. Dan juga shalat taraweh yang dianjurkan untuk dilakukan bersama imam serta shalat dua hari raya dan yang lainnya.

Menyembunyikan amal yang bisa disembunyikan sangatlah dianjurkan terutama sekali sebagai penghambat perasaan ujub dan riya. Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menjelaskan bahwa orang yang menyembunyikan amalnya MENDAPAT KECINTAAN ALLAH TA’ALA, sebagaimana sabda beliau :

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِىَّ الْغَنِىَّ الْخَفِىَّ

Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, berkecukupan dan suka sembunyi sembunyi dalam beramal. (H.R Imam Muslim).

Sungguh orang yang menyembunyikan amalnya adalah salah satu golongan yang akan mendapat naungan di hari Kiamat kelak, sebagaimana disabdakan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam : 

وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ.…

….. seseorang yang bershadaqah dengan satu shadaqah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya …. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abu Hurairah)

Oleh sebab itu, Syaikh Hasyim Muhammad berkata : Setelah mereka mengetahui syarat ini (syarat diterimanya suatu ibadah, pen.) mereka pun berusaha amal shalih yang mereka kerjakan seraya berharap amal mereka diterima dan menghindari riya. Diantara mereka dengan Allah ada rahasia rahasia amal shalih yang tidak diketahui seorang pun. 

Seorang ulama berkata : Antara Allah dan hamba harus ada rahasia   berupa amal shalih. Jika rahasia ini kuat terjaga maka akan ditambah lagi dengan rahasia yang lain. Jika tambahan ini juga kuat terjaga maka ditambah lagi dengan rahasia yang lain. Sehingga antara dirinya dengan Allah terdapat banyak rahasia. Jika dia terhimpit kesulitan, dia akan memohon kepada Allah Ta’ala dengan rahasia rahasia itu. (Dinukil dari Kitab al Akhfiyaa).

Sungguh, orang shalih terdahulu selalu berusaha menyembunyikan amalnya. Ketahuilah, dalam satu riwayat, yang amat mengagumkan tentang seseorang  menyembunyikan amalnya,  disebutkan bahwa ketika Maslamah Ibnu Abdul Malik bersama pasukannya mengepung sebuah benteng Romawi, hanya ada satu jalan masuk ke dalamnya.

Setelah pengepungan berlangsung beberapa lama, Maslamah berseru kepada pasukannya :  Barangsiapa berani menerobos pintu, kalau dia mati saat menerobosnya maka dia akan mendapatkan surga, insya Allah. Kalau dia selamat maka tanah yang ada dibalik pintu (benteng) pantas untuknya. Lalu dia harus membuka pintu itu agar pasukan Islam dapat masuk ke dalam benteng sebagai pemenang.

Seorang prajurit, yang mukanya ditutup kain berdiri seraya berkata : Aku akan melakukannya wahai panglima. 

Selama tiga hari Maslamah Ibnu Abdul Malik bertanya tanya : Siapakah orang yang mengenakan tutup muka itu ?. Siapakah dia yang telah membuka pintu benteng musuh ?. Tapi tak seorang pun yang mengaku.

Pada hari ketiga Maslamah sebagai panglima perang berkata : Aku bersumpah, agar orang yang mengenakan tutup muka itu menemui aku. Kapan pun waktunya, siang ataupun malam.
Lalu pada tengah malam ada yang mengetuk pintu tendanya. Maslamah bertanya : Engkaukah orang yang mengenakan tutup muka ?. Orang itu menjawab  bahwa dia minta tiga syarat sebelum sebelum Maslamah melihat wajah orang itu. 

Maslamah berkata : Apa itu syaratnya ?. Orang itu menjawab : (1) Engkau tidak boleh mengumumkan namanya kepada orang banyak. (2) Engkau tidak boleh memberinya imbalan apa pun, dan (3) Engkau tidak boleh memandangnya sebagai orang yang memiliki keistimewaan. 
 
Aku terima kasih : Kata Maslamah. Kemudian orang itu berkata : Memang, akulah orang yang mengenakan tutup muka dan telah membuka pintu benteng Romawi.
Maslamah langsung menghampiri dan memeluknya. Setelah itu Maslamah selalu berdoa : Ya Allah, kumpulkan aku bersama orang yang menutup muka. Ya Allah, kumpulkan aku bersama orang yang menutup muka. (Dinukil dari Kitab al Akhfiya).  
  
Lalu bagaimana kalau kisah orang yang menutup muka ini dibandingkan dengan orang orang di zaman sekarang. Mungkin jalan ceritanya akan lain. Wallahu A’lam. (1.519). 
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar