Kamis, 17 Januari 2019

BERSABAR MENERIMA APAPUN KETETAPAN ALLAH


BERSABAR MENERIMA APAPUN KETETAPAN ALLAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Al Iman Ibnul Qayyim dalam Madarijus Saalikin  menjelaskan makna dan hakikat sabar yaitu : (1) Secara bahasa sabar bermakna mencegah dan menahan. (2) Hakikat sabar adalah menahan diri dari berputus asa, meredam amarah jiwa, mencegah lisan untuk mengeluh serta menahan anggota badan untuk berbuat kemungkaran.

Sabar adalah akhlak mulia yang muncul dari dalam jiwa. Dapat mencegah perbuatan yang tidak baik. Sabar adalah kekuatan jiwa yang dengannya akan tegak dan baik segala perkara.

Para ulama menjelaskan bahwa ada tiga tempat sabar yaitu : (1) Bersabar dalam melakukan ketaatan. (2) Bersabar dalam menghindari maksiat. (3) Bersabar dalam menerima takdir atau ketetapan Allah Ta’ala.

Tentang bersabar dalam menerima apapun ketetapan atau takdir Allah berupa musibah, Syaikh Utsaimin memberikan nasehat bahwa seorang hamba harus menahan dirinya dari mengungkapkan kemarahan hati dan hendaknya dia menyatakan keridhaan atas keputusan Rabb-nya.

Menahan diri dari kemarahan lisan yaitu tidak menyebut kata kata celaka dan kebinasaan. Serta menahan diri dari kemarahan yang berbentuk perbuatan seperti merobek robek saku, menampar nampar pipi atau semisalnya. Inilah yang disebut dengan sabar atas takdir Allah Ta’ala, meskipun dirinya tidak suka kejadian yang buruk tersebut menimpanya. (Syarah Arba’in Nawawiyah). 

Seorang hamba haruslah meyakini bahwa ujian berupa musibah  adalah ketetapan Allah dan itu  yang terbaik. Kalau seseorang  yakin dan menyadari bahwa ujian  adalah ketetapan Allah yang terbaik bagi hamba-Nya tentulah sangat baik jika diterima dengan sabar.

Allah Ta'ala berfirman :

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

Katakanlah (Muhammad) sekali kali tidak akan menimpa kami melainkan apa  yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakal orang orang yang beriman.   (Q.S at Taubah 51).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di berkata : Maksud ayat ini adalah bahwa Dia yang menakdirkannya dan memberlakukannya di Lauhul Mahfudz. Dialah pelindung kami yang mengurusi perkara kami, baik urusan agama maupun dunia. Maka kita wajib ridha terhadap takdir-Nya dan kita tidak memiliki sedikitpun hak dalam perkara kita. (Kitab Tafsir Karimir Rahman).

Ketahuilah bahwa bersabar adalah perbuatan yang sangat mulia.  Allah Ta’ala berjanji akan memberikan pahala tanpa batas, sebagaimana firman-Nya :

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah  yang disempurnakan pahala mereka tanpa batas (Q.S az  Zumar 10)

Syaikh Utsaimin berkata : Adapun kesabaran, pahalanya berlipat ganda tidak terbatas. Ini menunjukkan bahwa ganjarannya sangat besar sekali hingga tak mungkin bagi seorang insan untuk membayangkan pahalanya karena tidak bisa dihitung dengan bilangan. Bahkan juga, pahala sabar termasuk pahala yang maklum diisi Allah tanpa bisa dibatasi. Tidak pula dapat disamakan dengan mengatakan satu kebaikan dilipat gandakan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat.  Kesabaran itu pahalanya tanpa batas. (Syarah Riyadush Shalihin).

Oleh karena itu kesabaran seorang hamba haruslah tanpa batas sebab Allah Ta’ala akan memberikan pahala tanpa batas. Dan ketahuilah bahwa ketetapan atau takdir Allah pasti terjadi apakah kita sabar atau tidak sabar. Jadi bersabarlah dengan sebenar benar sabar ketika ketika menerima ketetapan Alllah Ta’ala.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.514)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar