Selasa, 29 Januari 2019

KEWAJIBAN MENJAGA KEPALA DAN PERUT


KEWAJIBAN MENJAGA KEPALA DAN PERUT

Oleh : Azwir B. Chaniago

Allah Ta’ala telah menciptakan manusia dengan sebaik baik bentuk. Terasa betul bahwa anggota tubuh kita tak ada yang kurang. Semua serasi, sesuai serta sempurna.

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya. (Q.S at Tiin 5).

Diciptakan dengan sebaik baik bentuk tentu bukan tiada maksud. Dan maksud paling utama diciptakan manusia adalah untuk menyembah, beribadah dan mengabdi kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariyat 56).

Penciptaan manusia dengan sebaik baik bentuk adalah juga untuk memudahkannya dalam menjalani kehidupan serta untuk memudahkannya pula memenuhi dan melaksanakan ibadah yang diperintahkan Allah Ta’ala.

Oleh karena itu  sungguh sangat tercela orang orang yang telah diberi nikmat berupa  sebaik baik  bentuk lalu tak digunakan sesuai tujuan penciptaannya. Yang lebih parah lagi adalah menggunakan anggota tubuhnya untuk bermaksiat kepada Allah Ta’ala.

Ketahuilah bahwa anggota tubuh manusia yang paling utama dan penting adalah KEPALA DAN PERUT. Perhatikanlah jika seseorang tak memiliki kaki atau tangan misalnya, maka dia masih bisa hidup meskipun ada kekurangan. Tetapi ketika manusia tak memiliki kepala atau tak memiliki perut maka hakikatnya dia tak bisa hidup.

Di kepala ada bagian penting anggota tubuh yaitu otak, mata, telinga, mulut dan yang lainnya. Sedangkan perut hakikatnya itulah badan manusia dan disitu terletak organ 
tubuh seperti lambung, paru, hati dan yang lainnya.  

Oleh karena itu diantara kewajiban manusia adalah menjaga dua anggota tubuh  ini yaitu kepala dan perut agar selamat di dunia dan selamat pula di akhirat.  

Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

الاِسْتِحْيَاءَ مِنَ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى وَتَحْفَظَ الْبَطْنَ وَمَا حَوَى

Sifat malu kepada Allah yang sebenarnya adalah engkau menjaga kepalamu dan setiap yang ada di sekitarnya, begitu pula engkau menjaga perutmu serta apa yang ada di dalamnya. (H.R at Tirmidzi, Hadits Hasan, dari Abdullah bin Mas’ud. Hadits ini hasan).

Imam Ibnu Rajab al Hambali berkata : Yang dimaksud dengan menjaga kepala termasuk  setiap apa yang ada di sekitarnya.  Termasuk pula  di dalamnya adalah menjaga pendengaran, penglihatan dan lisan dari berbagai keharaman.
Sedangkan yang dimaksud menjaga perut dan segala apa yang ada di dalamnya, termasuk di dalamnya adalah menjaga hati dari terjerumus kepada yang haram. (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam) 

Selanjutnya di dalam Kitab Kaifa Tuwajih al Ibtila’ disebutkan bahwa : (1) Menjaga kepala dan apa yang terkumpul padanya, termasuk di dalamnya adalah menjaga PENDENGARAN, PENGLIHATAN DAN LISAN dari perkara perkara yang diharamkan Allah Ta’ala. (2) Menjaga perut dan apa yang berhubungan dengannya yaitu meliputi PENJAGAAN HATI dari sesuatu yang haram. Allah Ta’ala berfirman : 

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ

Ketahuilah bahwa Allah mengetahui APA YANG ADA DI DALAM HATIMU maka takutlah kepada-Nya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun. (Q.S al Baqarah 235).

Dan tentang dua penjagaan ini yaitu kepala dan perut Allah kumpulkan dalam firman-Nya :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua akan diminta pertanggung jawabannya. (Q.S al Isra'’36).

Satu hal yang juga berkaitan dengan penjagaan perut adalah menjaganya agar senantiasa tidak dimasuki oleh makanan dan minuman yang haram baik dari segi dzatnya maupun cara mendapatkannya. 

Inilah yang pernah dicontohkan oleh Abu Bakar ash Shiddiq ketika pada suatu kali beliau tanpa sengaja memakan sesuatu yang haram. Kisah ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Kitab Shahihnya.

Diriwayatkan dari putri Abu Bakar ash Shiddiq radliallahu ‘anhu yaitu ‘Aisyah radhiallahu’anha, menceritakan bahwa Abu Bakar ash Shiddiq memiliki seorang budak yang setiap hari memberi setoran berupa harta atau makanan. Setoran tersebut beliau gunakan untuk makan sehari-harinya. Suatu hari, budak tersebut membawa makanan dan Abu Bakar  memakannya seperti biasa.

Berkatalah si budak : Apakah anda mengetahui apa yang anda makan ini ?. Beliaupun balik bertanya : Makanan ini  dari mana ?.

Lalu budak itu menceritakan bahwa makanan itu ia dapatkan sebagai hadiah dari seseorang yang dia tipu saat melakukan praktik perdukunan di zaman Jahiliyah. Setelah mendengar pengakuan budaknya itu Abu Bakar segera memasukkan jari tangan beliau ke dalam mulut, lalu beliau memuntahkan semua makanan dalam perut beliau.

Begitulah seharusnya komitmen orang orang beiman dalam menjaga apa yang akan dia makan atau dia minum sebagai upaya menjaga perut.

Namun demikian ketahuilah bahwa penjagaan yang paling utama yang harus dilakukan oleh orang orang beriman dan tak boleh diabaikan sedikitpun adalah bertauhid atau meng-Esakan Allah, serta menjaga batas batas yang telah ditetapkan Allah baik berupa perintah maupun larangan-Nya agar selamat di dunia dan di akhirat.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.530)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar