Rabu, 30 Januari 2019

HARTA PUNYA POTENSI MENIPU PEMILIKNYA


HARTA PUNYA POTENSI UNTUK MENIPU PEMILIKNYA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Allah Ta’ala memberi rizki berupa harta kepada hamba hamba-Nya. Ada yang dapat harta  banyak dan ada pula yang dapat kurang banyak. Semuanya sesuai kehendak-Nya.  Allah Ta’ala berfirman : 

وَٱللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ فِى ٱلرِّزْقِ ۚ

Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rizki. (Q.S an Nahal 71)
Allah Ta’ala berfirman : 

أَوَلَمْ يَعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Dan tidaklah mereka mengetahui bahwa Allah melapangkan rizki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya (bagi siapa yang Dia kehendaki) ?. Sesungguhnya yang demikian itu terdapat tanda tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal. (Q.S az Zumar 52).

Ketahuilah bahwa rizki berupa harta yang diberikan Allah Ta’ala kepada seorang hamba adalah untuk memenuhi kebutuhan dirinya, keluarga dan orang orang yang menjadi tanggungannya. Selain dan utama sekali adalah sebagai sarana agar bisa lebih mudah dan lebih baik dalam beribadah karena memang ada  ibadah yang membutuhkan harta.

Namun demikian, ingatlah bahwa orang beriman harus mencari  dan membelanjakan mencari dan membelanjakan hartanya dengan benar sebagaimana tuntunan syariat. Sungguh harta bisa menjadi fitnah atau cobaan.

Bahkan bisa jadi, harta yang sudah dicari dengan susah payah, bisa MENIPU PEMILIKNYA. Diantara tipuan itu adalah ketika :

Pertama : Tak memilah atau memilih dalam mencari harta.

Memang di zaman ini banyak orang yang sudah tak peduli  apakah hartanya di dapat dari yang halal, haram ataupun syubhat. Semua diambil bahkan diperebutkan demi mendapat harta yang banyak. 

Bahkan ada yang dengan enteng berkata : Saat ini mencari yang haram susah apalagi mencari yang halal. Ketahuilah bahwa ini orang asal berbicara tak menggunakan otaknya untuk berfikir sebelum berbicara.

Nah, setelah terkumpul harta yang banyak tentu dia merasa sangat senang meskipun harta itu hampir semuanya berasal dari penghasilan yang haram. Tapi ketahuilah bahwa hakikatnya dia telah tertipu dengan hartanya karena hartanya tak menolongnya di akhirat kelak.

(1) Kalau harta itu dimakannya maka badannya tumbuh dari yang haram maka doanya tak diterima. Sungguh Rasulullah telah mengingatkan umatnya akan bahaya dan dampak buruk makanan yang haram, diantaranya :

Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada Rasulullan, Ya Rasulullah, doakan saya kepada Allah agar doa saya terkabul.” Rasulullah bersabda : “Wahai Sa’ad, perbaikilah makananmu, maka doamu akan terkabulkan.” (HR at-Thabrani).

Disebutkan pula dalam hadis  bahwa Rasulullah  bersabda :  “Seorang lelaki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut, mukanya berdebu, menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan, “Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!” Padahal makanannya haram dan mulutnya disuapkan dengan yang haram, maka bagaimanakah akan diterima doa itu?” (H.R Imam Muslim).

(2) Kalau harta itu diinfakkan atau disedekahkan maka Allah Ta’ala tidak akan menerima dan tak ada pahalanya. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : 

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا

Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thayyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoayyib (baik).“ (H.R Imam Muslim).
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  bersabda:

مَنْ جَمَعَ مَالاً مِنْ حَرَامٍ ثُمَّ تَصَدَّقَ بِهِ لَمْ يَكُنْ لَهُ فِيْهِ أَجْرٌ وَكَانَ إِصْرُهُ عَلَيْهِ

Barangsiapa yang mengumpukan harta dari jalan yang haram, kemudian dia menyedekahkan harta itu, maka sama sekali dia tidak akan memperoleh pahala, bahkan dosa akan menimpanya.(HR Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban, dan al-Hakim).

Jadi pemilik harta  ini telah ditipu oleh hartanya. Dia merasa bisa mendapatkan pahala dari infak atau sedekahnya ternyata tidak dapat kecuali dosa.

Kedua : Harta bisa membuat lalai dari  mengingat Allah.

Ketika seseorang memiliki harta yang banyak maka dia bisa tertipu dengan hartanya. Dengan hartanya dia cenderung kepada bermegah megah dalam hidupnya. Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala mencela manusia yang  bermegah megahan di dunia sampai (akhirnya) masuk ke dalam kubur. Allah Ta’ala berfirman :

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ
حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ

Bermegah megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk kedalam kubur. (Q.S at Takaasur 2-3)

Pada catatan kaki terjemahan al Qur an Departemen Agama disebutkan bahwa bermegah megahan itu adalah dalam perkara anak yang banyak, harta yang banyak, pengikut yang banyak kemuliaan dan sebagainya telah melalaikan kamu dari ketaatan kepada Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

Wahai orang orang yang beriman !. Janganlah harta bendamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang orang yang rugi. (Q.S Munafiqun 9).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala melarang hamba hamba-Nya yang beriman agar tidak dipersibuk oleh harta dan anak sehingga lalai untuk berdzikir kepada Allah. Kebanyakan jiwa manusia itu terbentuk untuk mencintai harta dan anak sehingga lebih dikedepankan daripada mengingat Allah dan itu akan menimbulkan kerugian yang besar. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)

  
Ketiga : Berinfak dan bersedekah dengan riya dan sum’ah.

Riya dan sum’ah dalam berinfak atau bersedekah adalah  salah satu yang  membuat seseorang tertipu dengan  hartanya. Kenapa ?, karena dia telah mengeluarkan hartanya untuk berbuat kebaikan,  Cuma saja dibarengi dengan perbuatan riya dan sum’ah sehingga tak benilai di sisi Allah. 

Ketika dia memberikan santunan kepada anak yatim misalnya maka dia mengundang banyak orang dan ditampilkan di media sosial agar diketahui manusia. Dia merasa sangat bangga ketika semakin banyak manusia mengetahui tentang kedermawannya. Jadi, dalam hal ini ternyata infak dan sedekahnya telah tercemar dengan perbuatan riya dan sum’ah.   

Perhatikanlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah tentang ketiga golongan manusia yang akan dihisab. Satu diantaranya  adalah seorang yang diberi rizki yang luas tetapi menginfakkan hartanya DENGAN PAMRIH di dunia.

Beliau bersabda : “Dan seorang laki laki yang Allah luaskan rizkinya dan memberinya segala jenis harta. Lalu dia dihadapkan. Kemudian Dia memperlihatkan kepadanya kenikamatan-kenikmatan-Nya (pada lelaki itu) sehingga dia mengetahuinya. Kemudia Allah berfirman : Apa yang telah engkau perbuat dengannya.

Dia, laki laki itu menjawab : Saya tidak membiarkan suatu jalan yang Engkau suka harta diinfakkan di sana kecuali aku menginfakkan di sana karena Engkau. Allah Ta’ala berfirman : Engkau dusta. Akan tetapi engkau melakukan hal itu supaya engkau dikatakan dermawan dan kini engkau telah disebut sebut demikian. Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka. (H.R Imam Muslim).
    
Oleh karena hendaklah seorang hamba berhati hati dalam mencari dan membelanjakan harta agar tak tertipu dengannya. Wallahu A’lam (1.531).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar