Kamis, 12 Desember 2019

SEORANG HAMBA RUGI BESAR JIKA MENUNDA NUNDA IBADAH


SEORANG HAMBA RUGI BESAR JIKA
MENUNDA NUNDA  IBADAH

Oleh : Azwir B. Chaniago

Kewajiban paling utama manusia adalah sesuai dengan tujuan penciptaannya yaitu mengabdi, menyembah dan beribadah kepada Allah Ta’ala. Sungguh Allah Ta’ala berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzaariat 56)

Syaikh as Sa’di berkata : Inilah tujuan Allah Ta’ala menciptakan jin dan manusia. Dan Allah Ta’ala mengutus semua Rasul untuk menyeru kepada tujuan tersebut. Tujuan tersebut adalah menyembah Allah Ta’ala, mencintai-Nya, kembali kepada-Nya. Menghadap kepada-Nya dan berpaling dari selain-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Ketahuilah bahwa ketika kewajiban beribadah telah sampai seorang hamba tak punya pilihan kecuali bersegera mengamalkannya. Diantaranya contohnya adalah (1)  Ketika masuk waktu atau menjelang masuk waktu shalat maka segera ke masjid. (2) Ketika waktu shubuh sudah dekat bersegera bangun untuk beribadah. (3) Ketika sudah mampu bersegera mendaftar untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. (4) Ketika bersalah kepada manusia bersegera meminta maaf. (5) Ketika orang tua masih hidup bersegera meminta doanya dan berbuat baik kepadanya.

Sungguh dalam melakukan ibadah, hakikatnya hamba hamba Allah Ta’ala di perintahkan UNTUK BERSEGERA. Allah Ta’ala berfirman :

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan BERSEGERALAH kamu mencari ampunan dari Rabb-mu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang orang yang bertakwa. (Q.S Ali Imran 133).

Bahkan orang orang beriman diperintahkan untuk berlomba dalam melakukan kebaikan terutama dalam beribadah. Allah Ta’ala berfirman :

فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ

Maka berlomba lombalah kamu dalam kebaikan. (Q.S al Baqarah 148)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengingatkan agar umatnya bersegera dalam beribadah, sebagaimana sabda beliau :

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

BERSEGERALAH melakukan amalan shalih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia. (H.R Imam Muslim, dari Abu Hurairah).

Imam Ibnul Jauzi berkata : Jangan sekali-kali mengulur-ulur waktu, karena ia merupakan tentara iblis yang paling besar. Penundaan merupakan bekal orang yang bodoh dan lalai. Karena itu orang yang shalih berwasiat : Jauhilah SAUFA (nanti sajalah), yang dikembalikan juga kemalasan, merupakan penyebab kerugian dan penyesalan.

Nah, di zaman ini ada sebagian manusia yang suka menunda nunda waktu dan kesempatan dalam beribadah. Bahkan ada pula yang MEMBUAT RENCANA MENUNDA IBADAH sampai waktu tertentu.

Perhatikanlah bahwa sebagian  manusia ada    yang suka membuat janji beribadah kepada dirinya. Diantaranya adalah :  

(1) Kalau anak anak sudah besar saya baru  akan menunaikan ibadah haji karena sekarang masih kecil kasihan jika ditinggal.

(2) Kalau sudah pensiun nanti saya akan tekun belajar agama dan beribadah.

(3) Kalau saya sehat dari penyakit ini maka saya akan sering menghadiri majlis ilmu.

(4) Kalau proyek saya yang besar ini telah tuntas maka saya akan mulai mempelajari al Qur-an.

(5) Bahkan ada yang lebih parah lagi yaitu yang mengatakan : Saya mau puas dulu bersenang senang dengan harta yang saya miliki, mumpung masih muda. Nanti kalau sudah tua saya baru bertaubat. Allah-kan Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Na’udzubillah.

Lalu setelah janji itu datang waktunya untuk dipenuhi ternyata muncul lagi berbagai alasan untuk tidak juga melaksanakannya. Bisa jadi mereka  menunda lagi sampai waktu yang tidak jelas.

Mereka telah mencederai janji kepada dirinya sendiri yaitu dengan terus menunda nunda waktu untuk melakukan kebaikan sehingga mendapat kerugian yang besar.  Lalu dimana ruginya :

Pertama :  Bagaimana  jika sekiranya Allah mewafatkannya sebelum sempat memenuhi ibadah yang ditundanya. Ini tentu mendatangkan kerugian yang lebih besar lagi. Bukankah  kematian bisa datang kapan saja dan dimana saja dan tidak bisa ditunda barang sejenakpun. Allah Ta’ala berfirman : 

وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Dan Allah (sekali kali) tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S al Munafiqun 11).

Kedua : Tak ada yang menjamin bahwa Allah akan memberi hidayah kepadanya untuk melakukan ibadah apalagi DIA TELAH DENGAN SENGAJA DAN BERENCANA  BERLALAI LALAI DALAM IBADAH yang diperintahkan kepadanya.

Oleh karena itu orang orang beriman tidaklah menunda nunda untuk melakukan ibadah dan berbagai kebaikan sehingga tidak  menjadi orang merugi. Wallahu A’lam. (1.826).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar