Jumat, 30 September 2016

USAHA DAN DOA MENDAHULUI TAWAKKAL



USAHA DAN DOA HARUS MENDAHULUI TAWAKKAL

Oleh : Azwir B. Chaniago

Adalah kewajiban manusia untuk bertawakkal atau berserah diri kepada Allah Ta’ala  atas segala sesuatu kebaikan yang dia inginkan ataupun ingin terhindar dari sesuatu yang dia khawatirkan berbahaya bagi dirinya. Ketahuilah bahwa seseorang yang bertawakkal maka  haruslah berusaha melakukan sebab untuk mendapatkan sesuatu yang dia harapkan itu.

Dalam hal rizki misalnya. Sungguh Allah telah Ta’ala telah menjamin rizki bagi seluruh makhluk sebagaimana firman-Nya : “Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rizkinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuuz)” Q.S Huud 6.

Namun demikian rizki itu sedikit atau banyak tentulah tidak datang dengan sendirinya tapi dimulai dengan usaha dan cara cara yang halal, lalu berdoa dan  berserah diri kepada Allah Ta’ala. Selanjutnya haruslah ridha terhadap apa yang telah ditetapkan-Nya bagi seorang orang hamba.

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Kewajiban kita adalah ridha kepada Allah sebagai Rabb, ridha terhadap pembagian dan takdir-Nya dan ridha atas ketentuan ketentuan-Nya.

Syaikh Utsaimin pernah ditanya tentang  tawakkal. Beliau memberikan fatwa : Tawakkal adalah berpegang yang (secara) benar kepada Allah Ta’ala dalam meraih segala manfaat dan menolak marabahaya, serta melakukan berbagai sebab yang dipeintahkan Allah dengannya. Tawakkal bukanlah berpegang kepada Allah tanpa melakukan sebab atau usaha. Sesungguhnya berpegang kepada Allah Ta’ala tanpa melakukan sebab atau usaha adalah mencela perbuatan Allah dan hikmah-Nya, karena Allah mengaitkan antara akibat dan sebabnya. 

Disini muncul pertanyaan : Siapakah manusia yang paling bertawakkal kepada Allah Ta’ala ?. Jawabannya adalah Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa sallam. (Pertanyaan selanjutnya), Apakah beliau yang melakukan sebab atau usaha untuk menghindari bahaya dengannya. Jawabnya : Benar, ketika beliau keluar ke medan perang beliau memakai baju perang (dari besi) untuk menjaga diri dari anak panah. Dalam perang Uhud beliau memakai baju perang dua lapis. Semua itu untuk persiapan apa yang akan terjadi.  Oleh karena itu melakukan usaha tidaklah menghalangi tawakkal apabila manusia meyakini bahwa semua usaha atau sebab ini hanya semata mata sebab saja yang tidak memberikan pengaruh baginya kecuali dengan izin Allah Ta’ala.  (Fatawa al ‘Ilaj bil Qur an was Sunnah).

Oleh karena itu seorang hamba haruslah selalu mengambil sebab atau melakukan usaha agar mendapatkan yang inginkan atau ingin menjauh dari marabahaya yang tidak diharapkan.  Kemudian dia berdoa dan berserah diri terhadap apapun   yang telah ditetapkan Allah Ta’ala baginya. 

Sunguh Allah Ta’ala  telah berfirman : “Qul lan yushiibanaa illa maa kataballahu lana, huwa maulaanaa wa ‘alallahi falyatawakkalil mu’minuun”. Katakanlah, Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang beriman. (Q.S at Taubah 51). 

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (816)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar