Minggu, 25 September 2016

SEMANGAT ULAMA MENGKHATAMKAN AL QUR AN



SEMANGAT ULAMA MENGKHATAMKAN AL QUR AN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu cara yang diajarkan oleh Rasulullah kepada ummatnya untuk mendapatkan kebaikan dan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala  adalah dengan melazimkan diri untuk membaca firman-Nya yaitu al Qur an. Sungguh sangatlah banyak keutamaan membaca apalagi mengkhatamkan al Qur an bagi seorang hamba, diantaranya adalah sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam dalam beberapa sabda beliau. 

Pertama : Rasulullah bersabda : “Man qara-a harfan min kitaabillah falahu bihi hasanatun. Wal hasanatun bi’asyri amtsalihaa. Laa aquulu “aliflammim” harfun. Wa  lakin alifun harfun, wa laamun harfun wa miimmun harfun” Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan Alif Lam Mim satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf. (H.R Imam at Tirmidzi).

Perhatikanlah saudaraku, berapa banyak huruf yang ada dalam setiap ayat, setiap surat dan setiap juz dari al Qur an. Diantara surat yang pendek dalam al Qur an adalah surat al Kautsar yang terdiri dari 42 huruf. Untuk membacanya membutuhkan waktu hanya kira kira 13 detik dan mendatangkan 420 pahala. Kemudiaan surat al Ikhlas. Surat ini terdiri dari 47 huruf dan untuk membacanya butuh waktu kira kira 15 detik. Ini akan mendatangkan 470 pahala bagi yang membacanya.

Bahkan orang yang belum mahir membaca dan masih terbata bata  ketika  membaca al Qur an dijanjikan dengan dua pahala, bukan satu, yaitu pahala karena mau membacanya dan pahala karena berat dan susahnya dalam membaca. Sedangkan yang mahir akan bersama malaikat yang mulia.

Kedua : Rasulullah bersabda : “Orang yang membaca al Qur an dengan mahir, akan bersama Malaikat yang mulia lagi taat dan yang membaca al Qur an dengan terbata bata dan merasa berat, maka ia mendapat dua pahala”  (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim).

Sungguh membaca dan mengkhatamkan al Qur an dicontohkan oleh Rasulullah bersama Jibril terutama di bulan Ramadhan. Ini menjadi dalil bagi para ulama untuk mengkhatamkan al Qur an setiap waktu. Memang hal ini tidaklah wajib. Artinya jika tidak mengkhatamkan al Qur’an secara periodik tidaklah  berdosa. Namun demikian tentulah ia akan luput dari pahala dan keutamaan  yang besar.

Perhatikanlah bahwa  Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam  mengkhatamkan al Qur’an di hadapan Jibril   sekali setiap tahunnya bahkan pada tahun beliau wafat beliau mengkhatamkan dua kali.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata :

كَانَ يَعْرِضُ عَلَى النَّبِىِّصلى الله عليه وسلمالْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً ، فَعَرَضَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ فِى الْعَامِ الَّذِى قُبِضَ ، وَكَانَ يَعْتَكِفُ كُلَّ عَامٍ عَشْرًا فَاعْتَكَفَ عِشْرِينَ فِى الْعَامِ الَّذِى قُبِضَ { فِيهِ }
Jibril itu (saling) belajar Al-Qur’an dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap tahun sekali (khatam). Ketika di tahun beliau akan meninggal dunia dua kali khatam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa pula beri’tikaf setiap tahunnya selama sepuluh hari. Namun di tahun saat beliau akan meninggal dunia, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.” (H.R Imam  Bukhari)

Kemudian lihatlah bagaimana semangat para ulama dan orang orang shalih mengkhatamkan al Qur an, diantaranya adalah  sebagaimana disebutkan dalam Siyar an Nubala’.

Pertama : Seeorang ulama besar Tabi’in yang bernama al Aswad bin Yazid  wafat tahun 74 atau 75 H di Kufah-  mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua malam. Dari Ibrahim An-Nakha’i, ia berkata :  Al Aswad biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan setiap dua malam.

Disebutkan dalam kitab tersebut bahwa  di luar bulan Ramadhan, al Aswad biasa mengkhatamkan al Qur’an dalam enam malam. Waktu istirahat beliau untuk tidur hanya antara Maghrib dan Isya.
Kedua : Seorang ulama di kalangan tabi’in yaitu Qatadah bin Da’amah yang meninggal tahun 60 atau 61 Hijriyah dan salah seorang murid dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu. Beliau ini sampai dikatakan oleh Imam Ahmad bin Hambal sebagai ulama pakar tafsir dan paham akan perselisihan ulama dalam masalah tafsir. Sampai-sampai Sufyan Ats-Tsaury mengatakan bahwa tidak ada di muka bumi ini yang semisal Qatadah. Salam bin Abu Muthi’ pernah mengatakan tentang semangat Qatadah .membaca al Qur an
Qatadah biasanya mengkhatamkan al Qur’an dalam tujuh hari. Namun jika datang bulan Ramadhan ia mengkhatamkannya setiap tiga hari. Ketika datang sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, ia mengkhatamkan setiap malamnya.
Ketiga : Muhammad bin Idris asy-Syafi’i yang kita kenal dengan Imam Syafi’i yang terkenal sebagai salah satu ulama madzhab.  Sebagaimana disebutkan oleh muridnya ar-Rabi’ bin Sulaiman bahwa : “Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan al-Qur’an di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali. Ditambahkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa khataman tersebut dilakukan dalam shalat. Bayangkan, Imam Syafi’i berarti mengkhatamkan Al-Qur’an sehari dua kali. Subhanallah

Keempat : Ibnu Asakir adalah seorang ulama hadits dari negeri Syam, dengan nama kunyah Abul Qasim, beliau penulis kitab diantaranya yang terkenal yaitu Tarikh Dimasqy. Anaknya yang bernama al Qasim mengatakan mengenai bapaknya. Ibnu ‘Asakir adalah orang yang biasa merutinkan shalat jama’ah dan tilawah al-Qur’an. Beliau biasa mengkhatamkan al Qur’an setiap pekannya. Lebih luar biasanya di bulan Ramadhan, beliau khatamkan alQur’an setiap hari. Beliau biasa beri’tikaf di al Manarah asy-Syaqiyyah. Beliau adalah orang yang sangat gemar melakukan amalan sunnah dan rajin berdzikir.

Selain itu ketahuilah bahwa pada tahun 1964  Prof. DR  Hamka  dimasukkan ke rumah tahanan oleh penguasa. Dalam waktu  dua tahun empat bulan berada di tahanan, beliau telah mengkhatamkan al Qur-an lebih dari 150 kali. Kalau kita hitung dengan masa beliau berada di tahanan berarti beliau mengkhatamkan al Qur-an antara tiga sampai empat hari sekali.  (Lihat Muqaddimah Kitab Tafsir al Azhar)

Yang lebih mengagumkan lagi bahwa disamping mengkhatamkan al Qur an lebih dari 150 kali beliau juga menyelesaikan tafsir al Qur an yaitu Tafsir Al Azhar sebanyak 28 juz. Untuk diketahui, sebelum masuk tahanan beliau telah menyelesaikan tafsir al Qur an  2 juz yaitu juz 18 dan juz 19.

Sungguh itulah hikmah dan prestasi yang besar serta kesungguhan beliau mengkhatamkan al Qur an meskipun berada dalam tahanan. Semuanya itu beliau capai tentulah dengan pertolongan Allah Ta’ala  serta niat yang ikhlas untuk mencari ridha Allah semata.

Demikianlah diantara contoh contoh nyata tentang kesungguhan  ulama dalam membaca dan mengkhatamkan al Qur an yang kiranya menjadi pendorong bagi kita semua. Wallahu A’lam (809)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar