Jumat, 02 September 2016

KHAWATIR JIKA IMAN TERASA MENURUN



KHAWATIR JIKA IMAN TERASA MENURUN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Kata iman berasal dari bahasa Arab yang artinya percaya.  Menurut istilah, makna iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.

Oleh karena itu maka  seseorang dikatakan sebagai mukmin  yang sempurna imannya adalah dengan memenuhi ketiga unsur keimanan diatas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak boleh dipisahkan.

Seorang yang hamba akan selalu menjaga imannya agar tetap kokoh. Bahkan dia berusaha meningkatkannya. Dia sangat khawatir bila imannya terasa menurun. Kenapa sangat khawatir, karena :

Pertama : Iman itu bisa bertambah bisa pula berkurang. Sangatlah banyak dalil yang menjelaskan tentang hal itu, diantaranya : 

(1) Firman Allah Ta’ala ,
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung.  (Q.S Ali Imran : 17) 
)
 (2) Firman Allah Ta’ala,
وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ مَرَدًّا
Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya. (QS Maryam: 76).
Syaikh  as-Sa’di rahimahullah menjelaskan tafsir ayat ini dengan menyatakan : Terdapat dalil yang menunjukkan pertambahan iman dan pengurangannya, sebagaimana pendapat para as-Salaf ash-Shaalih. Hal ini dikuatkan juga dengan firman Allah Ta’ala,
وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آَمَنُوا إِيمَانًا
Dan supaya orang yang beriman bertambah imannya.” (QS al-Mudatstsir: 31

(3) )Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ
Tidaklah seorang pezina berzina dalam keadaan mukmin dan tidaklah minum minuman keras ketika minumnya dalam keadaan mukmin serta tidaklah mencuri ketika mencuri dalam keadaan mukmin.  (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
  (4)Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
Iman itu lebih dari tujuh puluh atau lebih dari enampuluh. Yang paling utama adalah perkataan: “Laa Ilaaha Illa Allah” dan yang terendah adalah membersihkan gangguan dari jalanan dan rasa malu adalah satu cabang dari iman. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Hadits yang mulia ini menjelaskan bahwa iman memiliki cabang-cabang, ada yang tertinggi dan ada yang terendah . Cabang-cabang iman ini bertingkat-tingkat dan tidak berada dalam satu derajat dalam keutamaannya, bahkan sebagiannya lebih utama dari lainnya. Oleh karena itu Imam at Tirmidzi memuat bab dalam sunannya: “Bab Kesempurnaan, bertambah dan berkurangnya iman”.

Syaikh as-Sa’di rahimahullah ketika menjelaskan hadits di atas menyatakan :  Ini jelas sekali menunjukkan iman itu bertambah dan berkurang sesuai dengan pertambahan aturan syariat dan cabang-cabang iman serta amalan hamba tersebut atau tidak mengamalkannya. Sudah dimaklumi bersama bahwa manusia sangat bertingkat-tingkat dalam hal ini. Siapa yang berpendapat bahwa iman itu tidak bertambah dan berkurang, sungguh ia telah menyelisihi realita yang nyata di samping menyelisihi nash-nash syariat sebagaimana telah diketahui.

Kedua : Andaikata seorang hamba diwafatkan Allah pada saat iman sedang turun apalagi hilang maka ini adalah musibah besar bagi seorang hamba dan akan mendatangkan penyesalan berkepanjangan. Bukankah manusia dinilai dari keadaan akhir.
                                                              وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ                  
Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya. (H.R Imam Bukhari)
Yang dimaksud bil khawaatiim adalah amalan yang dilakukan di akhir umur atau akhir hayat seseorang. Seberapapun baiknya amalan seseorang selama berpuluh puluh tahun tetapi diakhir hayatnya ditutup dengan amal yang buruk misalnya melakukan kesyirikan ataupun dosa dosa besar lainnya maka merupakan malapetaka baginya.

Az-Zarqani dalam Syarh Al-Muwatha’ menyatakan bahwa amalan akhir manusia itulah yang jadi penentu dan atas amalan itulah akan dibalas. Siapa yang beramal jelek lalu beralih beramal baik, maka ia dinilai sebagai orang yang bertaubat. Jika dia berpindah dari iman menjadi kufur, maka ia dianggap murtad.

Setelah kita mengetahui
iman itu bertambah dan berkurang, maka mengenal sebab-sebab bertambah dan berkurangnya iman memiliki manfaat dan menjadi sangat penting sekali. Sudah sepantasnya seorang muslim mengenal kemudian menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, agar imannya bertambah sempurna dan semakin kuat. Juga untuk menjauhkan diri dari lawannya yang menjadi sebab berkurangnya iman sehingga dapat menjaga diri dan selamat didunia dan akhirat. Diantara cara yang bisa dilakukan agar iman terus kokoh bahkan meningkatkan iman  adalah :  

Pertama: Belajar ilmu yang bermanfaat yang bersumber dari al-Qur`aan dan as Sunnah. Hal ini menjadi sebab pertambahan iman yang terpenting dan bermanfaat karena ilmu menjadi sarana beribadah kepada Allah Ta’ala dan mewujudkan tauhid dengan benar sesuai syariat. 

Kedua: Merenungi ayat-ayat kauniyah. Merenungi dan meneliti keadaan dan keberadaan makhluk-makhluk Allah Ta’ala yang beraneka ragam dan menakjubkan merupakan faktor pendorong yang sangat kuat untuk  mengokohkan iman.

Syaikh  as-Sa’di rahimahullah berkata : Di antara sebab dan faktor pendorong keimanan (agar tersu bertambah) adalah tafakur kepada alam semesta berupa penciptaan langit dan bumi serta makhluk-makhuk penghuninya dan meneliti diri manusia itu sendiri beserta sifat-sifat yang dimiliki. Ini semua adalah faktor pendorong yang kuat untuk meningkatkan iman.

Ketiga: Berusaha sungguh-sungguh melaksanakan amalan shalih dengan ikhlas dan ittiba’.  Beribadahlah terus menerus.  Ketahuilah bahwa  semua amalan shalih yang dilaksanakan dengan ikhlas dan sesuai  syariat akan menambah iman. Sungguh  iman bertambah dengan  ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah pernah menuturkan, “Di antara sebab pertambahan iman adalah melakukan ketaatan. Sebab iman akan bertambah sesuai dengan bagusnya pelaksanaan, jenis dan banyaknya amalan. Semakin baik amalan, semakin besar penambahan iman dan bagusnya pelasanaan ada dengan sebab ikhlas dan mutaba’ah. 

Sedangkan jenis amalan, maka yang wajib lebih utama dari yang sunnah dan sebagian amal ketaatan lebih ditekankan dan utama dari yang lainnya. Semakin utama ketaatan tersebut maka semakin besar juga penambahan imannya. Adapun banyaknya amalan, maka akan menambah keimanan, sebab amalan termasuk bagian iman. Sehingga pasti iman bertambah dengan bertambahnya amalan.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (779)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar