Selasa, 06 September 2016

PAKAI SIKAP QANA'AH UNTUK URUSAN DUNIA SAJA



PAKAI SIKAP QANA’AH UNTUK URUSAN DUNIA SAJA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Makna qana’ah dan hakikatnya.
Sehari hari kita akrab dengan kata qana’ah meskipun kata tersebut bukan asli bahasa Indonesia tapi berasal dari bahasa Arab. Kita sering mendengar orang orang memperbincangkan tentang qana’ah yang terkadang dengan ilmu yang terbatas  sehingga bisa salah dalam memahaminya.

Ketahuilah bahwa :Hakikat qana’ah adalah engkau ridha menerima berapapun yang diberikan Allah dalam kehidupan dunia ini, sedikit atau banyak. Engkau menyerahkan urusanmu kepada Allah. Engkau mengetahui dan yakin bahwa Allah  Mahamengetahui (tentang kebutuhanmu) dan Allah lebih sayang kepada dirimu dari pada sayangnya engkau kepada dirimu sendiri (Syaikh Abdullah bin Ibrahim, Kitabul Qana’ah).

Jadi qana’ah adalah merupakan salah satu sikap terpuji yang seharusnya dipelihara oleh seorang hamba. Ketiadaan sikap qana’ah ini adalah satu penyebab yang bisa menjadikan  seseorang selalu gelisah dan tidak mendapatkan ketenangan dalam hidupnya. Perhatikanlah berapa banyak orang yang selalu merasa kurang hartanya meskipun sudah memiliki harta lebih banyak dibanding orang lain. Dan sebaliknya berapa banyak orang yang hanya memiliki sedikit harta tapi menjalani hidup dengan tenang bahkan merasa berbahagia karena dia memelihara sikap qana’ah.

Selain itu, seorang yang tidak qana’ah bisa berarti dia tidak ridha terhadap apa yang telah  Allah tetapkan baginya. Pada hal semua ketetapan Allah adalah sesuatu yang memiliki hikmah yang Mahasempurna. Sungguh ketetapan Allah adalah  pilihan Allah untuk sesuatu yang terbaik bagi seorang hamba. Tinggal sekarang kita benar benar yakin atau tidak.

Qana’ah hanya berlaku untuk urusan dunia.
Ketahuilah bahwa sikap qana’ah  hanya dipakai dalam perkara dunia saja. Qana’ah adalah untuk hal-hal yang sifatnya akan punah dan hilang, yaitu perkara yang bersifat duniawi dan segala kenikmatannya.
Rasulullah bersabda :
 انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ. (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ).
Lihatlah orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, karena hal itu lebih pantas agar kalian tidak menganggap remeh nikmat Allah yang telah dianugerahkan kepada kalian.” (Muttafaq ‘alaihi).
Hadits ini adalah untuk perkara dunia seperti harta, kedudukan, pangkat dan jabatan yang pada waktunya akan punah.

Tanda qana’ah terhadap harta dunia
Seorang yang qana’ah atau merasa cukup dengan pemberian Allah maka dia (1) tidaklah rakus untuk mendapatkan tambahan yang sebenarnya tidak diperlukan. (2) Tidak memaksa-maksakan diri dalam mencarinya apalagi dari sumber yang tidak jelas. (3) Tidak mau meminta-minta, sehingga terjaga kehormatan diri. (4) Selalu merasa cukup dan ridha dengan pemberian Allah sedikit atau banyak.

Fastabiqul khairat untuk urusan akhirat.
Ketahuilah bahwa untuk urusan akhirat tidak ada istilah qana’ah, tapi haruslah fastabiqul khairat. Berlomba lomba dalam mengejar kebaikan. Paling tidak ada tiga hal kiranya bisa diambil manfaat dari pemahaman yang benar terhadap qana’ah.

Pertama : Tidak pernah merasa cukup atau qana’ah dalam hal menjaga dan melakukan ketaatan atau beribadah kepada Allah.

Kedua : Tidak ada ruang untuk merasa cukup atau qana’ah dalam urusan akhirat seperti mencari ilmu yang bermanfaat, beribadah, berakhlak mulia, berbuat baik dan yang lainnya.
 
Ketiga : Ketahuilah bahwa para sahabat, tabiin, tabiut tabiin serta orang-orang shalih tidak pernah merasa kenyang apalagi bosan, dalam menuntut ilmu, beribadah, berdakwah  dan melakukan berbagai macam kebaikan untuk bekal mereka di akhirat.

Pemahaman yang ada baiknya diluruskan.
Ada yang kiranya perlu diluruskan terhadap sebagian orang dalam memahami perkara dunia dan perkara akhirat yang berkaitan dengan qana’ah ini.

Pertama : Dalam perkara dunia.
Kita melihat sebagian manusia zaman sekarang :  (1) Selalu merasa kurang, tidak pernah merasa cukup. (2) Memiliki harta yang banyak tapi merasa masih sedikit. (3) Senantiasa melihat orang yang diatasnya dalam hal harta dan kenikmatan dunia. (4) Banyak mengeluh sebagai tanda tidak ridha dan tidak puas. (5) Sibuk dengan harta dan kenikmatan dunia, sibuk mencari harta dunia. (6) Sibuk dalam menghitung-hitung harta yang telah dan akan dikumpulkan. (7) Sibuk memelihara dan  melipat gandakan harta. (9) Sibuk dalam membelanjakan harta. Akibatnya bisa melalaikan dirinya untuk beribadah.

Kedua : Dalam perkara akhirat.
Kita melihat sebagian manusia zaman sekarang : (1) Merasa sudah cukup dengan ilmu agamanya, sehingga tidak bersemangat lagi belajar. Bahkan dalam ilmu agama ada manusia yang tidak tahu bahwa dia tidak tahu. Atau berlagak tahu, yang berujung pada sok tahu. (2) Merasa sudah cukup dengan amalnya sehingga tidak ada upaya untuk memperbaiki dan meningkatkannya. (3) Merasa sudah banyak berbuat kebaikan sehingga tidak mau meningkatkannya. (4) Merasa tidak perlu mendakwahkan ilmunya meskipun sedikit dan semampunya.

Oleh karena itu mari kita luruskan pemahaman kita tentang makna qana’ah. Sungguh sifat qana’ah itu adalah kebaikan untuk perkara dunia. Sedangkan untuk perkara akhirat jangan menggunakan sikap qana’ah tetapi fastabiqul khairaat, berlomba dalam mencari dan mengamalkan kebaikan.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (786).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar