Senin, 19 September 2016

MANUSIA SEPERTI APA YANG TIDAK BOLEH DIPILIH MENJADI PEMIMPIN



MANUSIA SEPERTI APA YANG TIDAK BOLEH DIPILIH
 MENJADI PEMIMPIN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok apakah kelompok besar ataupun kelompok kecil. Setiap kelompok membutuhkan pemimpin. Jika tidak ada pemimpin, maka tidak akan ada yang mengarahkan dan membimbing manusia lainnya dalam menjalankan kehidupan secara bersama.

Sekiranya tidak ada pemimpin yang mengatur suatu kelompok, misalnya negara atau propinsi, maka kehidupan  tidak akan berjalan secara teratur. Kenapa karena manusia memiliki kebutuhan atau kepentingan yang berbeda bahkan bisa jadi berlawanan. Pemimpinlah  yang akan  memberikan arahan dan petunjuk  dengan membuat berbagai ketentuan atau peraturan yang berlandaskan al Qur an dan as Sunnah. Dengan demikian  diharapkan  menciptakan suasana  yang aman, tenteram dan damai serta adanya pengayoman terhadap kepentingan masyarakatnya.

Rasulullah menganggap adanya pemimpin adalah suatu hal yang sangat serius dan harus diutamakan meskipun dalam kelompok yang sangat kecil apalagi kelompok besar. Beliau bersabda: “Jika ada tiga orang bepergian, hendaknya mereka mengangkat salah seorang di antara mereka menjadi pemimpinnya.” (HR Abu Dawud dari Abu Hurairah).

Dari hadits ini pula kita bisa memahami bahwa Rasulullah telah mengingatkan kita tentang pentingnya keberadaan pemimpin dalam satu kelompok masyarakat. Kalau keberadaan pemimpin adalah sangat penting maka sangatlah logis bahwa menetapkan atau memilih siapa yang akan menjadi pemimpin termasuk  termasuk hal yang sangat penting pula.

Oleh sebab itu tidak pantas untuk memilih pemimpin sembarangan apalagi yang akan membahayakan pada kehidupan terutama kehidupan beragama. Mari kita lihat beberapa tipe  MANUSIA YANG   TIDAK BOLEH DIPILIH MENJADI PEMIMPIN, diantaranya adalah :

Pertama :  Manusia yang menyuruh kepada kemungkaran dan melarang kepada kebaikan.
Jika manusia model begini dijadikan pemimpin maka akan rusaklah kehidupan beragama. Sebab salah satu inti  pokok dalam agama ini adalah menyeru kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran.

Allah berfirman : “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang orang yang beruntung”. (Q.S Ali Imran 104)

Pada footnote al Qur an terjemahan Departemen Agama edisi  tahun 2002 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan makruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala sedangkan mungkar adalah segala perbuatan yang menjauhkan diri dari Allah Ta’ala. 

Lalu siapakah yang menyuruh kepada kemungkaran dan melarang kepada kebaikan, DENGAN MAKNA AYAT INI ?. Siapa lagi kalau bukan orang orang kafir karena merekalah yang melakukan perbuatan yang menjauhkan diri dari Allah Ta’ala.

Kedua : Manusia yang menyukai apa saja yang menyusahkan dan mengharapkan kehancuran bagi orang beriman.
Sangatlah logis bila manusia yang berakal (sehat) tidak akan pernah memilih pemimpin yang akan merasa senang bila sipemilih ini mendapat kesusahan. Itu bukan pemimpin tapi perusak. Begitupun orang beriman tidaklah boleh bahkan tidak akan mau memilih pemimpin yang sekiranya pemimpin itu merasa senang kalau kaum muslimin mendapat kesusahan bahkan mengharapkan kehancuran bagi kaum muslimin. 

Allah berfirman : “Wahai orang orang yang beriman !. janganlah kamu menjadikan teman orang orang yang di luar kalanganmu (dalam hal agama) sebagai teman kepercayaanmu (karena) mereka tidak henti hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh telah nyata kebencian dari mulut mereka dan apa yang yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat ayat (Kami) jika kamu mengerti. (Q.S Ali Imran 118).

Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa’di berkata : Ini adalah peringatan Allah buat hamba hamba-Nya dari menjadikan orang orang kafir sebagai pemimpin mereka. Menjadikan orang kafir sebagai sahabat sahabat terpercaya, kolega kolega dan teman teman dekat, menampakkan dan membuka rahasia rahasia kaum mukmin kepada mereka.

Allah Ta’ala menjelaskan kepada hamba hamba-Nya yang beriman tentang perkara perkara yang mengharuskan mereka anti dari mengambil orang orang kafir itu sebagai sahabat terpercaya, yaitu bahwasanya mereka “tidak henti hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka berusaha dan tidak pernah lelah dalam (melakukan berbagai hal yang) mengakibatkan kemudharatan bagi kalian. Dan sesungguhnya telah nampak adanya kebencian dari perkataan dan ucapan ucapan sinis mereka. Juga kebencian dan permusuhan yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi dari apa yang ditampakkan oleh mereka dalam perkataan maupun perbuatan mereka. (Kitab Tafsir Taisir Karimir Rahman).  
  
Ketiga : Manusia yang sejahat jahat makhluk.
Ini suatu yang sangat mudah dipahami, bahwa tidaklah  seorang beriman akan memilih pemimpin yang oleh Allah Ta’ala telah dicap sebagai sejahat jahat makhluk. Oleh karena itu maka orang orang yang memilih sejahat jahat makhluk sebagai pemimpin maka bisa jadi dia adalah termasuk orang yang mengingkari ayat al Qur an. Jadi jangan memilih sejahat jahat makhluk jadi pemimpin.

Lalu siapakah yang dimaksud dengan sejahat jahat makhluk. Ini dijelaskan Allah Ta’ala dalam  firman-Nya :  “Innalladzina kafaruu min ahlil kitaabi wal musyrikiina fii naari jahannama khaalidiina fiihaa, ulaa-ika hum syarrul bariiyah”. Sungguh, orang orang yang kafir dari golongan ahlil Kitab dan orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama lamanya. Mereka itu adalah sejahat jahat makhluk.(Q.S al Baiyinah 6).

Syaikh as Sa’di berkata : “Mereka itu (orang kafir dan orang musyrik)  adalah seburuk buruk makhluk” maknanya adalah : Karena mereka tahu kebenaran namun mereka meninggalkannya, mereka rugi dunia dan akhirat. (Tafsir Taisir Karimir Rahman)
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Orang orang kafir dari kalangan Yahudi, Nasrani dan Musyrik adalah sejahat jahat makhluk di sisi Allah Ta’ala. 

Jika (Allah mencap) mereka sebagai makhluk yang jahat maka tidak akan terbesit dalam benak kita kecuali hal hal yang buruk (tentang mereka), karena penjahat akan melahirkan kejahatan. Maka tidak mungkin kita dapat berprasangka baik kepada mereka.  (Kitab Tafsir Juz ‘Amma).

Keempat : Manusia yang kalau melihat orang beriman mendapat kebaikan maka dia akan bersedih.
Akal sehat kita akan bertanya : Apakah pantas saya memilih sebagai pemimpin bagi saya, orang yang selalu bersedih jika melihat kaum muslimin mendapat kebaikan. ?. Jawabnya tidak. Sekali kali tidak.

Sungguh Allah Ta’ala telah berfirman : Jika kamu memperoleh kebaikan (niscaya) mereka (orang orang kafir) bersedih hati tetapi kalau kamu tertimpa bencana mereka bergembira karenanya. Allah berfirman : “Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka (orang orang kafir) bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana mereka bergembiranya karenanya. (Q.S Ali Imran 120).
Tentang ayat ini, Imam Ibnu Katsir berkata : Keadaan (yang disebut dalam ayat) ini menunjukkan kerasnya permusuhan mereka (orang orang kafir) terhadap orang orang beriman. Ketika orang beriman mendapatkan kebahagian, kemenangan dan dukungan serta bertambah banyak dan semakin kuat para pendukungnya maka mereka bersedih hati. Dan jika orang beriman tertimpa kesulitan atau menderita kekalahan maka mereka bergembira ria dan bersuka cita. (Tafsir Ibnu Katsir).
Prof. DR Hamka berkata tentang makna ayat dalam surat Ali Imran 120 ini  : “Jika kamu memperoleh kebaikan mereka susah”  Tidur mereka sudah tidak tenang lagi, makan mereka sudah tidak enak. Mereka sendiri yang meracuni jiwa mereka dengan rasa benci dan dendam itu. Mereka susah melihat orang (yang beriman) beruntung. Kalau mungkin mereka akan menghambur hamburkan harta (uang) lagi untuk menghalangi datangnya kebaikan kepada kamu (orang orang beriman).
“Dan jika kamu tertimpa kesusahan, mereka bergembira karenanya”. Tentu mereka akan tertawa tawa dan merasa puas hati. Padahal di dalam perjalanan hidup, senang atau susah tidaklah bercerai. (Kitab Tasir al Azhar).
Lalu kalau demikian keadaannya apakah orang beriman akan memilih mereka sebagai pemimpin ?. Jangan, jangan sekali kali memilih pemimpin model demikian. Dengan sifatnya yang buruk itu maka  pada waktunya mereka akan mendatangkan kesulitan yang besar kepada orang beriman.

Kelima : Manusia yang membenci kaum muslimin.
Diantara yang tidak boleh dipilih jadi pemimpin adalah manusia yang membenci kaum muslimin. Itulah salah satu peringatan Allah kepada orang yang beriman yaitu sebagaimana firman-Nya. “Dan orang orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya). Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah. (Q.S al Baqarah 120).

Syaikh as Sa’di berkata : Allah Ta’ala mengabarkan kepada Rasul-Nya bahwa orang orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (mereka membenci kamu) hingga kamu mengikuti agama mereka. Mereka adalah penyeru penyeru kepada agama yang mereka anut yang mereka anggap sebagai petunjuk (yang benar).  Tafsir Taisir Karimir Rahman.

Perhatikanlah pula bahwa dalam  bagian akhir ayat tersebut Allah mengancam : Jika orang beriman  mau mengikuti kemauan manusia yang tidak senang kepada orang beriman (termasuk kemauan mereka agar orang beriman   memilih mereka menjadi pemimpin) maka Allah akan mencabut perlindungan dan pertolongan-Nya bagi orang beriman.

Keenam : Manusia yang membenci kebenaran.
Sungguh kebenaran itu dari Allah.  Allah berfirman : “Al haqqu min rabbika, falaa takun  minal mumtariin” Kebenaran itu dari Rabbmu, maka janganlah engkau menjadi orang-orang yang ragu. (Q.S  Ali Imran 60). 

Syaikh Abu Bakr Jabir memberi nasehat : Hendaklah seorang muslim mencintai dan melaksanakan kebenaran, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
Termasuk dalam memilih pemimpin maka orang beriman tidak boleh memilih  orang orang yang membenci kebenaran yang datang dari Allah Ta’ala. Sungguh Allah Ta’ala telah mengajarkan kebenaran melalui al Qur an tetapi orang orang kafir membencinya bahkan melarang untuk mendengarkannya.

Allah berfirman : “Dan orang orang kafir berkata : Janganlah kamu mendengarkan (bacaan) al Qur an ini dan buatlah kegaduhan terhadapnya, agar kamu dapat mengalahkan (mereka). (Q.S Fussilat 41).  

Ketujuh : Manusia yang menghina orang beriman.
Apakah ada yang orang beriman mau memilih manusia yang menghina mereka. Tentu tidak. Dia dipilih jadi pemimpin tapi salah satu kerjaannya menghina kaum muslimin. Jadi jangan memilih manusia model begini.

Sungguh Allah telah berfirman : “Kehidupan dunia dijadikan terasa indah dalam pandangan orang orang yang kafir, dan mereka menghina orang orang yang beriman. Padahal  orang orang yang bertakwa itu berada diatas mereka pada hari Kiamat. Dan Allah memberi rizki kepada orang yang Dia kehendaki tanpa perhitungan. (Q.S al Baqarah 212).

Kedelapan : Manusia yang memilih kehidupan dunia.
Sungguh kehidupan dunia adalah sangat sementara dan akan punah bahkan seperti fatamorgana. Lalu ada manusia yang memilih kehidupan dunia, tidak mau tahu dengan kehidupan dan pertanggung jawaban di akhirat kelak. Lalu manusia seperti ini layakkah dijadikan pemimpin ?. 

Ketahuilah kalau dia dipilih jadi pemimpin, maka dengan kekuasaannya mereka  akan berusaha untuk merusak prinsip dasar orang beriman yaitu mengutamakan akhirat dari pada dunia. Selain itu sebagai pemimpin tidaklah mereka akan menciptakan suasana yang kondusif bagi  orang beriman untuk mendapatkan kebaikan kampung akhirat karena mereka hanya memilih kehidupan dunia. Bahkan dapat dipastikan bahwa  pemimpin model begini akan menghalangi orang beriman mencari akhiratnya dengan beribadah kepada Allah Ta’ala. 

Allah berfirman : Bal tuktsiruunal hayaatad dun-yaa. Wal aakhiratu khairun wa abqaa”. Sedangkan kamu (orang orang kafir) memilih kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. (Q.S al A’la 16-17).

Oleh karena itu orang beriman jangan menjadikan manusia kafir sebagai pemimpin karena mereka memilih kehidupan dunia dan ini berseberangan dengan prinsip dasar orang beriman yang mengutamakan kehidupan akhirat. 

Kesembilan ; Manusia yang hatinya telah terkunci.
Orang beriman tentu tidak  memilih sebagai pemimpinnya, manusia yang tidak bisa menerima peringatan karena  hatinya telah terkunci. 

Allah berfirman : “Sesungguhnya orang orang kafir, sama saja bagi kereka, engkau beri peringatan atau tidak engkau beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup dan mereka akan mendapat adzab yang berat”. (Q.S al Baqarah 6-7) 
 
Terjemahan al Qur an Departemen Agama 2012 memberikan catatan kaki tentang ayat ini. (1) Kafir, jamaknya kuffar, yaitu orang yang tidak percaya kepada Allah, rasul rasul-Nya, malaikat malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan hari Kiamat. (2) “Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka” akibatnya nasehat atau hidayah tidak bisa masuk kedalam hati mereka.   
    
Kesepuluh : Manusia yang makan seperti hewan makan.
Na’udzubillah. Ini adalah salah satu tipe manusia yang tidak boleh dipilih jadi pemimpin. Allah Ta’ala telah menjelaskan tentang orang ini yaitu orang kafir. Allah berfirman : “Walladziina kafaruu yatamatta’u wa ya’kuluuna kamaa ta’kulul an’aamu wan naaru matswan lahum. Dan orang orang yang kafir menikmati kesenangan (dunia) dan mereka makan seperti hewan makan dan (kelak) nerakalah tempat tinggal bagi mereka. (Q.S Muhammad 12).

Imam Ibnu Katsir berkata : Mereka (orang kafir) bersenang senang, mereka makan dari dunia itu sama seperti makannya binatang dan mereka tidak mempunyai keinginan lain kecuali hal itu. (Tafsir Ibnu Katsir)

Syaikh as Sa’di berkata : (Orang orang kafir) Mereka pun tidak memiliki sifat sopan dan tidak memiliki sifat sifat kemanusiaan bahkan derajat mereka terhempas jauh kebawah hingga menjadi seperti binatang yang tidak memiliki akal dan akhlak. Sebagian besar keinginan serta tujuan mereka adalah bersenang senang dengan kenikmatan dan hawa nafsu duniawi. Gerakan mereka baik yang tampak maupun yang tidak tampak berporos di sekitar kesenangan dunia dan tidak  menuju pada kebaikan dan kebahagiaan (akhirat). Lihat Tafir Taisir Karimir Rahman.

Itulah diantara tipe manusia yang tidak boleh dipilih jadi pemimpin bagi kaum muslimin karena akan membahayakan dunianya bahkan agamanya. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (802).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar