Sabtu, 17 September 2016

LEBIH BAIK SEDIKIT BICARA



LEBIH BAIK SEDIKIT BICARA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Kalu kita perhatikan, sebagian manusia di zaman ini sangat senang berbicara di mana mana tempat.  Terkadang dia tidak paham akan apa yang dibicarakan karena memang bukan bidangnya. Terkadang juga ada yang berbicara tentang sesuatu yang secuilpun tidak ada hubungan dan urusan dengannya. Bahkan ada yang tidak peduli bahwa  pembicaraannya bisa jadi membahayakan  dunia dan akhiratnya.

Sungguh syariat Islam yang agung tidak menganjurkan manusia untuk banyak berbicara kecuali untuk sesuatu yang bermanfaat.  Ketahuilah bahwa banyak bicara adalah suatu perkara yang dibenci  oleh sahabat,  ulama ulama salaf dan orang orang shalih. Mereka  mengingatkan manusia agar bicara secukupnya saja.

Umar bin Khaththab berkata : Semoga Allah merahmati orang yang menahan diri dari banyak berbicara dan lebih mengutamakan banyak beramal. (Uyun al Akhbar, Ibnu Taimiyah). 

Ibnu Mas’ud mengingatkan : Jauhilah oleh kalian sikap berlebihan dalam berbicara. Cukup bagi seseorang untuk berbicara seperlunya. (Jami’ul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab).

Atha’ bin Rabbah seorang Tabi’in berkata : Kaum  salaf membenci sikap berlebihan dalam berbicara. Mereka menganggap selain membaca al Qur an, ber-amar ma’ruf nahi munkar, atau berbicara tentang kehidupan yang harus dibicarakan, sebagai sikap berlebihan dalam berbicara.

Ibnu Hibban berkata : Yang harus dilakukan orang yang berakal adalah DIAM SAMPAI ADA HAL YANG HARUS DIBICARAKAN. Orang yang paling lama kesedihannya dan orang yang paling besar ujiannya adalah orang yang diuji dengan lisan yang banyak bicara dan kurang bermanfaat. 

Imam an Nawawi dalam syarah shahih  Muslim berkata : Orang yang ingin berkata hendaknya dia memikirkan perkataannya sebelum diucapkan. Jika terlihat mashlahatnya, silahkan ia berbicara. Jika tidak, sebaiknya ia menahan perkataannya.  

Ketahuilah saudaraku bahwa kebiasaan banyak berbicara akan membuka celah berbuat kesalahan. Orang yang banyak bicara akan banyak pula salahnya sehingga membahayakan dirinya. Rasulullah bersabda : “Tsakilatka ummuka ya muaadz, wa hal yukibbun naasa ‘ala wujuuhihim finnaari illaa hasha-idu alsinatihim”. Merugi ibumu wahai Muaadz. Tidak ada yang melemparkan manusia ke neraka kecuali hasil yang dipetik dari lisan mereka. (H.R Ibnu Majah dan at Tirmidzi).  

Rasulullah juga telah mengingatkan kita  dalam sabda beliau : “In min husni islamil mar’i tarkuhu maa laa ya’nih”. Sesungguhnya salah satu tanda bagusnya keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak perlu baginya. (H.R. At Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Ahmad dan selainnya).

Imam Ibnu Rajab antara lain menjelaskan : Maksud hadits ini, salah satu tanda bagusnya keislaman seseorang adalah meninggalkan apapun yang tak perlu baginya baik itu berupa perkataan maupun perbuatan. Ia hanya berkata dan berbuat apa yang perlu baginya. Keperluan yang dimaksud adalah perkara yang ia butuhkan sehingga ia mencari dan mengharapkannya (Jami’al ulum wal Hikam).  

Selanjutnya Imam  Ibnu Rajab berkata : Para ulama salaf sangat memuji orang diam yang ingin meninggalkan keburukan dan perkara yang tidak perlu baginya. Mereka selalu membina dan memperjuangkan diri untuk diam dari hal-hal yang tidak perlu bagi mereka. (Jami’ul Ulum wal Hikam)

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Orang yang menyibukkan dirinya dengan perkara yang tidak berguna baginya (perkataan dan perbuatan, pen), maka kualitas keislamannya tidak baik. Dan hal ini nampak pada sebagian besar manusia, dimana anda dapati mereka banyak mengatakan sesuatu yang tidak berguna atau menanyakan sesuatu yang tidak bermanfaat kepada orang lain. Semua ini menunjukkan lemahnya kualitas keislaman mereka. (Syarah Hadits Arba’in an Nawawiyah).

Imam Hasan al Bashri berkata : Mereka berkata bahwa lidah orang bijak ada dibelakang hatinya. Ketika ingin berbicara ia memikirkan dulu di hatinya. Jika perkataaan itu baik ia mengucapkannya dan jika tidak maka ia menahan lidahnya. Adapun orang bodoh, hatinya diujung lidahnya dimana lidahnya tidak kembali kehatinya. Apa yang ada diujung lidahnya dia ucapkan semuanya.

Ketahuilah bahwa diantara penyebab manusia banyak bicara adalah karena mereka selalu membicarakan semua yang dia dengar dan yang dia lihat. Akhirnya bisa jatuh kepada kebohongan padahal berbohong adalah salah satu dosa besar. (Lihat al Kaba-ir, Imam adz Dzahabi)

Rasulullah salallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kita dalam sabda beliau : “Kafa bil mar’i kadziban aiyuhaditsa bi kulli ma sami’. Cukuplah bagi seseorang untuk dikatakan berbohong jika ia membicarakan segala sesuatu yang ia dengar. (H.R Imam Muslim).

Kita berdoa  kiranya Allah Ta’ala menjaga lisan kita dari banyak berbicara yang tidak bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (800). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar