Kamis, 22 September 2016

LAKUKAN MUHASABAH PADA SETIAP KEADAAN



LAKUKAN MUHASABAH PADA SETIAP KEADAAN 

Oleh : Azwir B. Chaniago

Berbagai kesulitan atau hambatan akan kita kita temui dalam menjalani hidup ini. Kesulitan itu bisa ada yang ringan dan bisa pula terasa berat. untuk itu berbagai cara dan upaya kita lakukan agar kesulitan yang kita hadapi berkurang atau teratasi dengan baik.
Terkadang kesulitan yang kita hadapi datang terus menerus seperti tidak ada habisnya. Lepas dari kesulitan yang satu datang kesulitan yang lain. Itulah hakikat kehidupan. Kita akan diuji dengan berbagai kesulitan berupa ujian atau musibah yang bisa jadi tersebab maksiat yang kita lakukan.  
                         
Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan manusia dalam firman-Nya : “Zhaharal fasaadu fil barri wal bahri bima kasabat aidin naasi liyudziiqahum ba’dal ladzii ‘amiluu la’allahum yarji’uun”. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Q.S. ar Rum  41.

Imam Ibnul Qayyim  menjelaskan : Bahwa yang dimaksud kerusakan dalam ayat ini adalah kekurangan, keburukan dan bencana-bencana yang dimunculkan oleh Allah di muka bumi akibat perbuatan maksiat para hamba-Nya.

Allah Ta’ala berfirman : “Wa maa ashabakum min mushiibatin fabima kasabat aidiikum wa ya’fuu ‘an katsiir”. Dan musibah apa saja yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kesalahanmu). Q.S asy Syuura 30.

Para ulama menjelaskan bahwa kasabat aidiikum, perbuatan tanganmu dalam ayat ini maknanya adalah dosa dosa kalian. 

Imam Ibnul Qayyim mengingatkan : Diantara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan juga mendatangkan bencana atau musibah. Oleh karena itu hilangnya nikmat dari seseorang adalah akibat dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah adalah juga disebabkan dosa (al Jawabul Kafi).

Ketahuilah bahwa jika kesulitan datang terus.  Jika semua urusan terasa sulit  maka berhentilah sejenak bertafakurlah, merenunglah dan segera lakukan muhasabah atau introspeksi diri. Barangkali kita sadar atau tidak banyak melakukan keburukan.  Bisa jadi iman kita sedang turun secara berangsur angsur.

Selain itu, sungguh SATU HAL YANG LEBIH PENTING LAGI UNTUK DIKETAHUI adalah kewajiban melakukan  muhasabah   ketika  terasa kita banyak  melakukan dosa dan maksiat akan tetapi secara zhahir ketika terlihat semakin baik,  rizki berupa harta terus bertambah bahkan semua urusan terasa mudah.  BISA JADI ITU ISTIDRAJ.

Apa itu istidraj. Istidraj secara bahasa diambil dari kata da-ra-ja yang artinya naik dari satu tingkatan ke tingkatan selanjutnya. Secara istilah istidraj dari Allah kepada hamba dipahami sebagai hukuman yang diulur  dan tidak diberikan langsung. Untuk sementara waktu Allah membiarkan orang ini dan tidak disegerakan adzab baginya bahkan diberikan kenikmatan dan kesenangan yang semu. Pada waktunya Allah akan menimpakan adzab yang sangat berat.

Penjelasan lain tentang istidraj adalah semua perbuatan  maksiat yang Allah balas untuk waktu tertentu dengan nikmat, dan Allah membuat dia lupa untuk mengingat-Nya serta lupa bertaubat dan beristighfar. Akibatnya dia semakin dekat dengan adzab sedikit demi sedikit, selanjutnya Allah berikan  hukuman yang berat, itulah istidraj

Sungguh Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : “Tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”. (Q.S al An’am 44)

Ayat di atas  memberikan ancaman kepada orang-orang yang telah diberikan peringatan sebelumnya, namun mereka melupakan dan mengabaikan peringatan dari Allah Ta’ala. Allah tidak segera menurunkan siksaa atau adzabnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala justru membukakan semua pintu-pintu kesenangan (sementara) untuk mereka. Dan mereka, manusia itu bergembira ria dengan semua kesenangan yang telah Allah bukakan pintu-pintunya itu. Dan apabila telah sampai pada waktunya, Allah akan menyiksa mereka, dengan sekonyong-konyong. Maka ketika itu, mereka terdiam, tidak berdaya serta berputus asa.

Rasulullah bersabda :   “Apabila engkau melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.” Kemudian beliau membacakan surat al Qalam ayat 44.  Allah berfirman : “Sanastadriju hum  min haitsu laa ya’lamun”  Nanti Kami akan menghukum mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui.

Dalam sebuah hadits juga disebutkan bahwa Rasulullah bersabda :  “Jika ada orang yang berbuat dosa tetapi mendapat kesenangan dan tidak mendapat adzab dari Allah maka bisa jadi itu adalah istidraj. Kesenangan tersebut hanyalah kesenangan sesaat di dunia yang akan dibalas  dengan adzab oleh Allah baik segera di dunia atau di akhirat.” (H.R Imam Ahmad dan ath Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani)

Ali bin Abi Thalib  berkata : Hai anak Adam ingat dan waspadalah bila kau lihat Rabbmu terus menerus melimpahkan nikmat atas dirimu sementara engkau terus-menerus melakukan maksiat kepadaNya.

Oleh karena itu sangatlah terpuji dan bermanfaat jika kita terus menerus melakukan muhasabah, mengintrospeksi diri pada setiap keadaan baik dalam keadaan sulit ataupun  lapang.

Rasulullah Salallahu ‘alahi wa Sallam telah mengingatkan kita semua dalam sabda beliau : “Orang yang pandai adalah orang yang menghisab (mengevaluasi, mengintrospeksi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala”. (H.R Imam at Tirmidzi).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (806)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar