Selasa, 20 September 2016

MIZAN DI YAUMIL AKHIR PASTI ADANYA



MIZAN DI YAUMIL AKHIR PASTI ADANYA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu keadaan yang pasti akan dijalani orang orang muslim  di akhirat kelak adalah hisab atau perhitungan amal baik dan buruk.  Allah akan menegakkan mizan atau timbangan untuk menghitung kebaikan dan keburukan seseorang. 

 Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Mizan atau timbangan adalah alat untuk mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan. Adapun mizan di akhirat adalah sesuatu yang Allah letakkan pada hari Kiamat untuk menimbang amalan hamba-Nya. (Syarah Lum’atul I’tiqaad)

Seberapa besar ukuran timbangan itu hanya Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahui. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa  seandainya langit dan bumi diletakkan dalam daun timbangannya, niscaya mizan tersebut akan tetap lapang.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Pada hari Kiamat, mizan akan ditegakkan. Andaikan ia digunakan untuk menimbang langit dan bumi, niscaya ia akan tetap lapang. Maka Malaikat pun berkata, “Wahai Rabb-ku, untuk siapa timbangan ini?” Allah berfirman: “Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku.” Maka Malaikat berkata, “Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya.” (H.R al Hakim, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Mizan ini sangat akurat dalam menimbang, tidak akan ada yang lebih dan tidak akan ada yang kurang sedikitpun. Allah Ta’ala berfirman: “Dan Kami akan tegakkan timbangan yang adil pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun yang dirugikan walaupun sedikit. Jika amalan itu hanya seberat biji sawi pun, pasti Kami akan mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan (Q.S  al Anbiya’ 47).

Lalu, apa yang ditimbang ?. Para ulama  berbeda pendapat tentang apa yang akan ditimbang di hari Kiamat. Ada beberapa pendapat ulama dalam hal ini, diantaranya :

Pertama : Yang akan ditimbang adalah amal
Pendapat ini disandarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, bahwa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda : “Ada dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, tetapi berat dalam timbangan (pada hari Kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih): Subhaanallahi wa bihamdihi dan Subhanallahil ‘Azhim.” (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu Hajar al-Ashqalani rahimahullah. Beliau mengatakan bahwa yang ditimbang adalah amal, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Tidak ada sesuatu yang lebih berat ketika ditimbang (di hari Kiamat) daripada akhlak yang mulia.” (H.R Imam Bukhari dalam Adab al-Mufrad dan dishahihkan  oleh Syaikh  al Albani). 

Kedua : Yang akan ditimbang adalah orangnya
Ada beberapa hadits yang menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah orangnya. Berat atau ringannya timbangan tergantung pada keimanan orang tersebut, bukan berdasarkan ukuran berat tubuh atau fisik.  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk.”  Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Bacalah..:“Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.” (Q.S  al-Kahfi 105)  (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Abdullah bin  Mas’ud radhiyallahu ‘anhu adalah seorang sahabat betisnya kecil. Tatkala ia mengambil ranting pohon untuk siwak, tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang dan menyingkap pakaiannya, sehingga terlihatlah kedua telapak kaki dan betisnya yang kecil. 

Para sahabat yang melihatnya pun tertawa. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Apa yang sedang kalian tertawakan ?” Para sahabat menjawab, “Kedua betisnya yang kecil, wahai Rasulullah. Beliau shallallahualaihi wa sallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat dari pada gunung Uhud.” (H.R Imam Ahmad dan at Thabrani, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Ketiga, Yang ditimbang adalah lembaran catatan amal
Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiyallahuanhuma, Rasulullah shallallahualaihi wa sallam bersabda : “Sungguh Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat dimana ketika itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang, kemudian Allah berfirman: ‘Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini ? Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah menganiayamu?,’ Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’ Allah bertanya: ‘Apakah engkau memiliki udzur (alasan) ?, Dia menjawab: Tidak Wahai Rabbku.

Allah berfirman: “Bahkan sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak akan dianiaya sedikit pun. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu  yang di dalamnya terdapat kalimat : “Asyhadu alla ilaha ilallah wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh”. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

Lalu Allah berfirman: “Hadirkan timbanganmu.” Dia berkata: ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan seluruh gulungan (dosaku) itu ?.  Allah berfirman: ‘Sungguh kamu tidak akan dianiaya.’ Kemudian diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu (laa ilaaha illallah) lebih berat. Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih berat dari sesuatu yang padanya terdapat Nama Allah.” (H.R at Tirmidzi, Ibnu Majah, al Hakim dan Imam Ahmad, dishahihkan oleh Syaik al Albani).

Imam al Qurthubi. Beliau mengatakan : Yang benar, mizan menimbang berat atau ringannya buku-buku yang berisikan catatan amal… (Kitab at Tadzkirah).

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa secara umum yang ditimbang adalah amal perbuatannya, karena kebanyakan dalil-dalil menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah amal perbuatan. Adapun timbangan buku catatan amal dan pelakunya, maka itu khusus untuk sebagian orang saja. (Syarah ‘Aqidah Wasithiyyah).

Ketahuilah saudaraku apapun yang akan ditimbang kelak, apakah amalnya atau  yang ditimbang orangnya ataupun  lembaran catatan amalnya tapi yang pasti semuanya adalah berkaitan atau mengacu kepada seluruh perbuatan manusia itu sewaktu berada  di dunia.  Yang mencakup amal baik maupun amal yang buruk. Sungguh  manusia yang beruntung  pada saat menghadapi mizan di akhirat kelak adalah  mereka yang berat timbangan  amal shalihnya.
   
Allah berfirman : “Wal waznu yaumaidzinil haqqu fa man tsakulat mawaaziinuhuu fa ullaa-ika humul muflihuun. Wa man khaffat mawaaziinuhuu fa ulaa-ikal ladziina khaasiruu anfusahum bimaa kaanuu bi aayaatinaa yazhlimuun”.   Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Maka barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan) nya , mereka itulah orang yang beruntung. Dan barangsiapa ringan timbangan (kebaikan) nya maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat ayat kami. (Q.S al A’raf 8-9).

Semoga Allah Ta’ala memberi kekuatan kepada kita semua untuk melakukan amal shalih yang akan memberatkan timbangan kebaikan kita di akhirat kelak. Sungguh sekecil apapun amalan yang kita lakukan, tidak akan disia-siakan walaupun hanya sebesar biji tanaman sawi.  Allah berfirman : “Faman ya’mal mitsqaala dzarratin khairan yarah”.  Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah niscaya dia akan melihat (balasan) nya (Q.S az Zilzaal 7).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (803)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar