Minggu, 16 Oktober 2016

TIDAK BERLEBIHAN DALAM SEGALA SESUATU



TIDAK BERLEBIHAN DALAM SEGALA SESUATU

Oleh : Azwir B. Chaniago

Berlebihan dalam segala sesuatu tidaklah dianjurkan. Bahkan dalam beribadah pun berlebihan yang dalam bahasa agama disebut ghuluw juga tidak baik. Imam Ibnu Hajar mengatakan : Ghuluw adalah berlebihan terhadap sesuatu dan menekan hingga melampaui batas (Fathul Bari). 

Imam Ibnul Qayyim memberikan nasehat agar manusia  tidak berlebihan dalam empat hal, yaitu : (1) Dalam hal berbicara. (2) Dalam hal bergaul. (3) Dalam hal makan, dan  (4) Dalam hal memandang. (Lihat al Fawaid). Sedikit uraiannya   insya Allah akan disebutkan dalam tulisan ini.  

Allah Ta’ala berfirman : “Katakanlah : Wahai ahli Kitab. Janganlah kamu berlebih lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang orang yang telah sesat dahulu (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia). Dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. (Q.S al Maa-idah 77)

Kemudian beliau bersabda : “Wahai sekalian manusia jauhilah sikap ghuluw dalam agama. Sesungguhnya perkara yang membinasakan umat sebelum kalian adalah sikap ghuluw mereka dalam agama” (H.R Imam Ahmad, an Nasa’i dan Ibnu Majah). 
Berlebihan dalam sesuatu  banyak kita temukan dalam kehidupan masyarakat.  biasanya terjadi karena tidak mengetahui kerugian yang ada pada sikap ini. Diantara sikap berlebihan adalah :

Pertama : Berlebihan dalam bicara
Rasulullah salallahu alaihi wassalam bersabda: “Man kana yu’minu billahi wal yaumil akhiri fal yaqul khairan au liyasmut”. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam. (H.R. Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah).

Dari hadits diatas dapatlah diambil faedah bahwa tidaklah Rasulullah menganjurkan umatnya untuk banyak berbicara kecuali untuk sesuatu yang baik.  

Umar bin Khaththab berkata : “Semoga Allah merakhmati orang yang menahan diri dari banyak berbicara dan lebih mengutamakan banyak beramal”. (Uyun al Akhbar, Ibnu Taimiyah). 
Coba kita perhatikan sebagian manusia sekarang ini. Sungguh akan kita dapati sebaliknya. Mereka sering berlebihan dalam  berbicara sementara amal mereka dipertanyakan.

Ibnu Mas’ud berkata : “Jauhilah oleh kalian sikap berlebihan dalam berbicara. Cukuplah bagi seseorang untuk berbicara seperlunya” (Jami’ul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab al Hambali).

Atha’ bin Rabbah seorang Tabi’in berkata : Kaum  salaf membenci sikap berlebihan dalam berbicara. Mereka menganggap selain membaca al Qur an, ber-amar ma’ruf nahi munkar, atau berbicara tentang kehidupan yang harus dibicarakan, sebagai sikap berlebihan dalam berbicara.

Kedua : Berlebihan dalam bergaul
Tidaklah nyaman jika manusia hidup sendiri sendiri karena fitrahnya manusia adalah makhluk sosial. Tetapi sangatlah dianjurkan untuk tidak berlebihan dalam bergaul apalagi dengan orang orang yang tidak mengajak kepada ketaatan. 

Rasulullah telah berpesan kepada umatnya melalui sabda beliau : Rasulullah bersabda : “Al mar-u ‘alaa diini khaliilihi, fal yanzhur ahadukum man yukhaalil”. Seseorang itu tergantung dari agama sahabat karibnya maka hendaklah salah seorang di antara kalian memperhatikan dengan siapa ia bersahabat karib. (H.R Abu Dawud, at Tirmidzi, Imam Ahmad dan al Hakim).

Sungguh orang yang cerdas tidaklah bergaul dekat dengan semua orang kecuali dengan orang orang shalih dan teman teman yang saling mengingatkan dalam kebaikan.
Syafiyuddin al Huliy memberi nasehat dalam syairnya : Berkumpul dengan manusia tidak ada manfaatnya. Selain berbicara tidak karuan dan desas desus. Maka sedikitkanlah berkumpul dengan manusia. Kecuali jika untuk menuntut ilmu atau memperbaiki keadaan.

Ketiga : Berlebihan dalam makan
Orang yang makan berlebihan cenderung mengantuk, sulit untuk bersegera melakukan sesuatu, termasuk unuk beribadah. Pengalaman banyak orang mengatakan bahwa orang yang berlebihan makan pada saat berbuka  puasa maka berat baginya melaksanakan shalat Isya di masjid dan mendatangkan kantuk yang berat pada saat shalat taraweh. 

Allah berfirman : “Wa kuluu wasyrabuu qa laa tusyrifu, innallaha laa yuhibbul musyrifin”. …Dan makanlah dan minumlah tetapi jangan berlebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebihan. (Q.S al A’raaf 31)  

Rasulullah bersabda, “Tidaklah ada bejana yang diisi anak adam yang lebih buruk dari perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak bisa, maka hendaknya sepertiga dari perutnya diisi dengan makanannya, sepertiga dengan minumannya dan sepertiga untuk bernafas. “ (H.R Imam Ahmad, at Tirmidzi, an Nasa’i, dan Ibnu Majah).

Diantara manfaat  makan tidak berlebihan adalah  membuat kita semakin mampu untuk melawan syahwat. Lihatlah bagaimana  Rasulullah menganjurkan pemuda-pemuda yang belum mampu menikah agar (banyak) berpuasa. 
Beliau bersabda  : ”Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian telah mampu untuk menikah, hendaknya ‎‎bersegera menikah, karena yang demikian itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga ‎‎kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu hendaknya dia bershaum  karena itu adalah ‎‎pemutus syahwatnya.‎” (H.R Imam Bukhari  dan Imam Muslim).‎

Keempat : Berlebihan dalam memandang.
Sungguh dewasa ini sangatlah banyak ditemukan hal hal yang tidak sepantasnya dilihat oleh seorang yang ingin menjaga imannya. Diantaranya adalah gambar atau photo  wanita wanita yang berpakaian tidak lengkap, majalah atau buku buku dengan   gambar yang akan merusak hati dan akhlak. Seorang hamba bukan hanya tidak boleh berlebihan dalam memandangnya  tapi diharamkan secara mutlak kecuali tanpa kesengajaan. 

Dan termasuk dalam hal ini adalah menonton acara acara televisi yang sebagian besar menayangkan acara acara yang tidak layak tonton bagi seorang yang beriman dengan benar.

Sungguh Allah Ta’ala berfirman : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”. (Q.S an-Nuur 30).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam pernah berpesan kepada Ali bin Abi Thalib dalam sabda beliau : “Yaa ‘aliyyu ! Laa tutbi’in nazhrata, fa inna lakal uulaa wa laisat lakal aakhirah”. Wahai Ali !. Janganlah engkau mengikuti engkau mengikuti satu pandangan dengan pandangan lainnya karena yang pertama untukmu yang kedua bukan untukmu. (H.R at Tirmidzi dan Abu Dawud, Hadits Hasan). 

Oleh sebab itu mari kita pelihara diri kita dari segala sesuatu yang berlebihan yang  berujung pada kerusakan bagi dunia dan akhirat. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (839).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar