Rabu, 12 Oktober 2016

NABI MENGAJARKAN UNTUK MEMPERHATIKAN PERASAAN ORANG LAIN



NABI MENGAJARKAN UNTUK MEMPERHATIKAN
PERASAAN ORANG LAIN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Semua manusia mengklaim dirinya punya perasaan, punya hati nurani. Cuma sayangnya, sebagian manusia beranggapan bahwa dirinya saja yang punya perasaan. Orang lain nir perasaan.
Oleh karena itu banyak diantara manusia yang berbicara sesukanya tidak berfikir akibatnya terhadap perasaan orang lain. Asal bicara. Apalagi kalau dia punya kekuasaan, punya target  atau tujuan tertentu.

Sungguh Allah Ta’ala telah mengingat dalam firman-Nya : “Maa yalfizhu min qaulin illaa ladaihi raqiibun ‘atiid”. Tidak ada satu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada padanya malaikat pengawas yang selalu hadir. (Q.S. Qaaf 18).

Ayat ini antara lain menjelaskan bahwa setiap kata yang kita ucapkan akan dicatat dengan sangat lengkap oleh malaikat yang selalu berada dikiri kanan kita. Imam Hasan al Bashri dan Qatadah berpendapat bahwa jika melihat kepada zhahir ayat jelaslah bahwa Malaikat akan mencatat setiap ucapan.

Ali bin Abi Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia (Malaikat) akan menulis setiap kebaikan dan keburukan yang diucapkan. Bahkan ia akan mencatat ucapan aku makan, minum, datang , pergi, melihat dan sebagainya (Tafsir Ibnu Katsir).
Apalagi jika seseorang berbicara tanpa memperhatikan perasaan orang lain tentulah tak akan lolos dari catatan malaikat dan kelak harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Ta’ala. 

Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam, sebagai uswah hasanah bagi kita pernah berbicara kepada seorang pemuda yang intinya memberi pengajaran agar memperhatikan perasaan orang lain.

Haditsnya  dari Abi Umamah, dia  berkata: Sesungguhnya seorang pemuda datang kepada Nabi  seraya berkata: “Ya Rasulullah, izin aku  berzina”.
Maka para sahabat berpaling kepada pemuda ini sambil menahannya, dan  berkata: “Jangan, jangan (janganlah kamu  berkata seperti itu). Maka beliau bersabda :  “Bawa pemuda itu  mendekat denganku”. Maka pemuda itupun  mendekat kepada Rasulullah. (Abu Umamah) berkata: maka (pemuda itu) lalu duduk dekat  Rasulullah.

Beliau bersabda: “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi pada ibumu ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi  tebusannya.
Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi) kepada ibu-ibu mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada anak perempuanmu ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya.  Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga  tidak suka hal itu (terjadi) kepada anak-anak perempuan mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi : “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada saudara perempuanmu ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya. Rasulullah bersabda: “(Begitulah juga halnya) orang lain juga tidak suka hal itu (terjadi) kepada saudara-saudara perempuan mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada bibimu  (dari pihak ayahmu) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak.  Diriku jadi tebusannya. Rasulullah bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi) kepada bibi bibi (dari pihak ayah) mereka”.

Rasulullah  bersabda lagi: “Apakah kamu suka itu (perbuatan zina) terjadi kepada bibimu  (dari pihak ibumu) ?” Lantas pemuda itu menjawab: “Demi Allah, tidak. Diriku jadi tebusannya.
Rasulullah bersabda : “(Begitulah juga halnya) orang lain tidak suka hal itu (terjadi) kepada bibi bibi (dari pihak ibu) mereka”.

Abu Umamah berkata: Maka Rasulullah  meletakkan tangannya di atas tubuh pemuda itu, lalu berdoa: “Allahhummaghfir zanbahu, wa thaahir qalbahu wa hassin farjahu”. Ya Allah ampunkanlah dosanya, sucikanlah hatinya (dari memikirkan sesuatu maksiat), dan jagalah kemaluannya (dari melakukan zina)

Semenjak  itu, dengan doa Rasulullah, pemuda tersebut tidak lagi condong untuk melakukan maksiat. (H.R Imam Ahmad,  dishahihkan oleh Syaikh al-Albani.  Kitab Silsilah Hadits  Shahih).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam (834)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar