Sabtu, 08 Oktober 2016

NIAT BAIK HARUS DIIKUTI DENGAN ITTIBA'



NIAT BAIK HARUS DIIKUTI DENGAN ITTIBA’

Oleh : Azwir B. Chaniago

Tidak ada khilaf, semua ulama sepakat bahwa syarat sah atau diterimanya suatu amal adalah : (1) Ikhlas karena Allah Ta’ala , dan : (2) Mengikuti petunjuk atau sesuai dengan diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam.

Allah berfirman :  “Alladzii khalaqal mauta wal hayaata li yabluwakum aiyukum, ahsanuamala, wa huwal ‘aziizul ghafuur”.Yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu siapa yang paling baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun. (Q.S al Mulk 2). 
       
Al Imam Fudhail bin Iyadh menjelaskan bahwa :  Ahsanu amala, paling baik amalnya  dalam ayat ini maksudnya adalah paling ikhlas dan paling sesuai dengan syariat. Kemudian ada yang bertanya : Apakah maksud yang paling ikhlas dan paling sesuai dengan syariat ? Lalu beliau menjawab : Sesungguhnya amalan apabila ikhlas tetapi tidak sesuai dengan syariat maka tidak diterima. Demikian pula apabila sesuai dengan syariat tetapi tidak ikhlas maka amalan itu tidak diterima, hingga amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan syariat. (Hilyah al Auliya’).

Jadi jika seorang hamba telah melakukan amal shalih ikhlas karena Allah maka dia juga berkewajiban untuk mengikuti dalil yaitu petunjuk atau contoh dari Rasulullah dalam beramal. 

Sebenarnya dalam urusan dunia pun hakikatnya kita juga harus mengikuti dua hal ini yaitu niat baik dan cara yang benar. 

Mari kita lihat satu ilustrasi berikut ini. Seorang murid Sekolah Dasar disuruh gurunya menjawab sebuah pertanyaan : Berapa luas persegi panjang yang mempunyai panjang 4 cm dan lebar 2 cm. Anak ini berusaha menjawab dengan niat baik yaitu memenuhi tugas atau pertanyaan gurunya. 

Lalu dia menambahkan panjang dan lebar, 4 + 2 = 6 M2.  Dalam hal ini meskipun niatnya baik tapi caranya salah, sehingga hasilnya juga salah karena  tidak mengikuti dalil. Seharusnya 4 dikalikan dengan 2 sehingga hasil 8 M2.

Ketahuilah contoh  yang semisal ini sangatlah banyak dan sangat mudah kita temukan dalam berbagai urusan dunia. Apalagi untuk urusan ibadah tentu lebih penting lagi untuk mengikuti dalil.

Rasulullah mengingatkan kita dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim : “Man ‘amila ‘amalan laisa ‘alaihi amruna fahuwa raddun” Barang siapa melakukan suatu amalan yang tidak ada petunjuk kami maka amalan itu tertolak.
Perhatikanlah bagaimana ulama terdahulu menjaga ititba’ kepada Rasulullah dalam beribadah, diantaranya :

Pertama : Sa’id bin Musayyab, seorang ulama senior dikalangan Tabi’in. Beliau adalah murid Ibnu Abbas dan juga banyak belajar ilmu dari Aisyah. Pada waktu shalat shubuh, suatu kali beliau melihat seseorang shalat sunnah Fajar lebih dari dua rakaat. Lalu Sa’id menegurnya : Kenapa engkau shalat sunnah Fajar lebih dari dua rakaat ?.

Orang itu menjawab :  Ya Abu Ali apakah Allah akan mengadzabku karena shalat ?. Sa’id bin Musayab menjawab : Tidak. Allah tidak akan mengadzabmu karena shalat tapi kamu akan diadzab karena menyelisihi Rasulullah Salallahu ‘alaii wasallam.

Kedua : Diriwatkan oleh Khatib al Baghdadi bahwa pada satu kali Imam Malik  dimintai pendapatnya oleh seseorang yang akan melakukan ibadah umrah dari Madinah. Orang ini berkata : Wahai Syaikh, aku mau Umrah dan aku akan mengambil miqad (tempat start dan berniat untuk umrah, pen.) dari Masjid Nabawi.  Imam Malik berkata : Jangan lakukan itu. Itu menyelisihi  Rasulullah.  Ambillah miqad dari Dzul Hulaifah yaitu sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah.

Tapi orang ini menjawab : Aku ingin miqad dari Masjid Nabawi, yaitu Masjid Nabi, jadi  lebih utama. Imam Malik berkata : Kalau engkau lakukan, kata Imam Malik, maka aku khawatir engkau akan tertimpa fitnah (ujian atau cobaan).

Fitnah apa wahai Syaikh, saya cuma menambah jarak dan mengambil miqad dari tempat yang mulia yaitu Masjid Nabawi, agar lebih afdhal.  

Imam Malik menjawab : Engkau akan tertimpa fitnah dan adzab karena engkau menganggap dirimu lebih baik dan lebih tahu dari Rasulullah. Lalu Imam Malik membacakan firman Allah dalam surat an Nur 63 : “Falyahdzarilladziina yukhaalifuuna ‘an amrihii an tushiibahum fitnatun au yushiibahum ‘adzaabun aliim”  Maka hendaklah orang orang yang menyelisihi perintah Rasul, takut akan ditimpa fitnah atau azab yang pedih.

Oleh karena itu adalah merupakan kewajiban kita untuk selalu beribadah dengan niat ikhlas karena Allah Ta’ala dan mengikuti cara yang diajarkan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam.Kita bermohon kiranya Allah Ta’ala menerima semua ibadah kita. Aamiin.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (827)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar