Senin, 31 Oktober 2016

GOLONGAN YANG TIDAK DISUCIKAN ALLAH TA'ALA



GOLONGAN YANG TIDAK DISUCIKAN ALLAH TA’ALA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ثَلاَثَةٌ لاَ يُكَلِّمُهُمُ اللّٰهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُزَكِّيهِمْ وَلاَ يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ شَيْخٌ زَانٍ وَمَلِكٌ كَذَّابٌ وَعَائِلٌ مُسْتَكْبِرٌ.

Tiga golongan yang Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka, tidak akan melihat
 kepada mereka pada hari kiamat, tidak akan mensucikan mereka dan bagi mereka adzab yang pedih; Orang tua yang yang berzina, raja yang pendusta dan orang miskin yang sombong. (H.R Imam Muslim).

Penyebutan kata tiga golongan dalam hadits ini bukanlah pembatasan, akan tetapi ia hanyalah penjelasan terhadap orang-orang yang disebutkan dalam hadits, karena telah datang ancaman yang serupa untuk orang-orang selain yang disebutkan dalam hadits di atas. Maka dari sini kita memahami bahwa jumlah-jumlah dalam konteks kata seperti ini tidak memiliki mafhum, maksudnya tidak menunjukkan sebuah pembatasan, yakni pembatasan bahwa hukuman itu hanya berlaku untuk tiga golongan ini saja dan menafikan dari selain ketiganya. 

Akan tetapi, di dalam hadits-hadits lain ada tambahan tentang golongan orang-orang yang berhak mendapatkan ancaman yang serupa dengan yang ada dalam hadits di atas. 

Adapun makna sabda beliau : “Tiga golongan yang Allah tidak akan berkata kata kepada mereka”,   maksudnya, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla mengadzab mereka pada hari Kiamat dengan tidak mengajak bicara mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Allah tidak meridhai mereka, dan bahwasanya amalan yang berkonskwensi pada hukuman yang seperti ini (tidak diajak bicara oleh Allah) merupakan perbuatan yang diharamkan, karena hukuman ini adalah ancaman di Akhirat dan perbuatan ini salah satu dosa besar. 

 Sabda beliau : Allah tidak berbicara kepada mereka”, dan pembicaraan yang ditiadakan dalam hadits ini adalah pembicaraan yang menunjukkan kasih sayang dan kebaikan. Bukan peniadaan pembicaraan sama sekali, karena tidak ada seorang pun pada hari Kiamat melainkan akan diajak bicara oleh Allah, dan tidak ada penterjemah antara dia dengan Allah, sekalipun dia adalah orang kafir. 
 
Sabda beliau: “Allah tidak mensucikan mereka”  maksudnya mereka tidak dipuji oleh Allah, dan tidak disucikan dari dosa, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah. Sedangkan Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwa makna sabda beliau ini adalah bahwa Allah tidak memberikan rekomendasi dan pengakuan terhadap mereka. Tidak ada juga yang bersaksi atas keimanan mereka disebabkan apa yang mereka kerjakan berupa perbuatan yang keji ini.

Adapun sebab dikhususkannya mereka dengan hukuman tersebut, sebagaimana dijelaskan oleh al-Qadhi ‘Iyadh, “Karena mereka yang melakukan maksiat tersebut sangat tidak layak dengannya, tidak ada alasan mendasar untuk melakukannya dan sangat lemah motivasi mereka, Walaupun tidak seorangpun memiliki udzur (alasan) untuk melakukan dosa, namun ketika tidak ada alasan yang mendesak untuk melakukan maksiat ini dan tidak ada dorongan kuat seperti biasanya, maka melakukannya lebih dekat kepada tindakan penentangan dan penyepelean terhadap hak Allah subhaanahu wata’ala. Dia bermaksud untuk bermaksiat kepadaNya bukan untuk yang lainnya.

Orang orang berilmu ada yang menjelaskan bahwa  ketiga golongan yang disebut dalam hadits diatas disiksa dengan adzab yang demikian berat karena sebenarnya pendorong mereka untuk berbuat maksiat tersebut kecil. Namun hawa nafsu mereka telah mengalahkannya. Lihatlah :

Pertama : Seorang yang telah tua berzina. Seharusnya faktor umur telah menjadikan akalnya lebih sempurna dan mampu berpikir lebih matang. Gejolak syahwatnya mestinya bisa lebih dikendalikan. Jika dia berzina maka itu menunjukkan lemahnya imannya sehingga dikalahkan oleh hawa nafsu.

Kedua : Seorang raja yang berdusta. Sungguh aneh kalau dia mau berdusta. Orang yang berdusta biasanya karena takut kepada seseorang. Seorang raja tentu tak ada orang yang perlu ditakutinya sehingga dia perlu berdusta. Ini tentu bisa terjadi karena mengikuti kemauan hawa nafsunya sehingga mau berdusta.

Ketiga : Seorang miskin yang sombong. Tidak layak baginya untuk berlaku sombong karena tidak ada yang bisa membuatnya sombong. Semestinya lebih tawadhu’ dan jauh dari sifat sombong. 

Oleh karena itu mereka layak mendapat hukuman yang berat sebagai mana dijelaskan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam sebab mereka telah berbuat maksiat yang sebenarnya mudah untuk ditinggalkan kalau mereka mau. 
    
Wallahu A’lam. (854)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar