Rabu, 19 Oktober 2016

BERUSAHA MENJAGA HAFALAN AL QUR-AN



BERUSAHALAH MENJAGA HAFALAN AL QUR AN

Oleh : Azwir B. Chaniago

Menghafal al Qur-an adalah suatu yang sangat dianjurkan dalam syariat Islam. Sungguh dalam sebuah hadits disebutkan bahwa penghafal al Qur-an mendapat predikat  yang istimewa yaitu shaahibul Qur-an.

Dalam sebuah hadits disebutkan  tentang shaahibul Qur-an. Dari Abdullah bin ‘Amr bin bahwa  Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Yuqaalu li shahibil qur-an iqra’ war taqi warattil kamaa kunta turattilu fid dun-yaa fa inna manzilaka ‘inda akhiri aayatin taqra-uuhaa”. Dikatakan kepada orang yang membaca (menghafalkan) al Qur an nanti : Bacalah dan naiklah serta tartillah sebagaimana engkau mentatilnya !. Karena kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca (hafal).  H.R  Abu Dawud, dan at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani.

Imam al Khathabi  menjelaskan : Ada dalam atsar bahwa jumlah ayat al Qur an menentukan ukuran tangga surganya. Disampaikan kepada para penghafal al Qur an : Naiklah ke tangga sesuai yang kamu baca dari al Qur an. Barangsiapa yang menyempurnakan bacaan seluruh al Qur an maka ia mendapat tangga surga tertinggi dan siapa yang membaca satu juz darinya maka akan naik ke tangga sesuai ukuran tersebut. Sehingga ujungnya pahala berada pada ujungnya bacaan. (Mu’aalim as Sunan). 

Syaikh al Albani memberi penjelasan tentang apa yang disampaikan oleh Imam Khathabi tersebut, yakni : Ketahuilah bahwa yang dimaksudkan dengan Shaahibul Qur an (orang yang membaca al Qur an) disini (dalam hadits ini) adalah orang orang yang menghafalkannya dari hati sanubari. Sebagaimana hal ini ditafsirkan berdasarkan hadits yang lain : Suatu kaum akan diimami oleh orang yang paling menghafal Kitabullah (al Qur an).

Kedudukan yang bertingkat tingkat di surga nanti tergantung dari banyaknya hafalan seseorang di dunia dan bukan tergantung pada banyak bacaannya saat ini. Sebagaimana hal ini banyak disalah pahami oleh banyak orang.

Inilah keutamaan yang nampak bagi seseorang yang menghafalkan al Qur an namun dengan syarat hal ini dilakukan  untuk mengharap wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala semata. Bukan untuk mengharapkan dunia, dirham dan dinar. (Lihat Silsilah Hadits Shahih).

Namun demikian ada sebagian saudara kita yang kurang semangat menghafal al Qur-an. Mereka hanya berusaha menghafal sedikit dari ayat ayat al Qur-an. Mereka menyebutkan  beberapa alasan. Satu diantaranya adalah karena takut lupa jika terlalu banyak memiliki hafalan. Mereka berkata : Bukankah seseorang yang lupa terhadap hafalan al Qur-an nya adalah sesuatu yang tercela ?.

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin pernah ditanya tentang orang orang yang lupa terhadap hafalan al Qur-an nya. Beliau menjawab : Lupa terhadap hafalan al Qur an terdapat dua sebab : (1) (Lupa) adalah perkara yang sudah menjadi tabiat manusia. (2) (Lupa) karena berpaling dari al Qur-an dan tidak mempedulikannya.

Yang pertama : Seseorang tidak berdosa disebabkannya dan tidak diadzab. Telah terjadi pada diri Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam ketika shalat bersama manusia beliau lupa satu ayat. Ketika beliau telah selesai shalat maka Ubay bin Ka’ab menuturkan ayat tersebut kepada beliau kemudian Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya : ‘Kenapa engkau tidak mengatakan padaku” ?. (H.R Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah). 

Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam telah mendengarkan bacaan seorang qari kemudian beliau bersabda : “Yarhamullahu fulaanan, faqad dzakaranii aayatan qad kuntu unsiituhaa”. Semoga Allah merahmati si Fulan, dia telah mengingatkanku satu ayat yang mana telah terlupakan olehku. (Mutafaq ‘alaihi).

Ini menunjukkan bahwa lupa yang sudah menjadi konsekuensi tabiat manusia. Dan ini tidak menjadi celaan bagi seseorang. 

Yang kedua : Adapun sebabnya jika berpaling dan tidak memperdulikannya maka hal ini mungkin dia berdosa karenanya. Sebagian manusia diperdaya dan dibisiki oleh syaithan agar tidak menghafal al Qur-an. Supaya tidak melupakannya kemudian terjatuh kepada dosa maka Allah berfirman : “Fa qaatiluu aulaiyaa-asy syaithaani inna kaidasy syaithaani kaana dha-iifaa”. …Sebab itu perangilah kawan kawan syaithan itu , karena sesungguhnya tipu daya syaitha itu lemah. (Q.S an Nisaa’ 76).

Maka hendaklah seseorang menghafal al Qur-an, karena itu lebih baik dan berharap untuk tidak melupakannya. (Al Fatawa al Muhimmah). 
     
Tentu sangatlah baik bagi orang orang yang memiliki hafalan al Qur an sedikit atau banyak untuk terus menghafal al Qur-an semampunya. Kemudian berusaha menjaganya dengan banyak muraja-ah atau mengulang ulang baik dalam shalat maupun di luar shalat. Juga tidak lupa berdoa kepada Allah Ta’ala agar hafalannya selalu bertambah dan tetap terpelihara.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (841)
  
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar